Vivagoal – Liga Inggris – Orang-orang Inggris kerap mengalami masalah terhadap penilaian wonderkid. Di era modern, ada beberapa nama macam Mikel Owen, David Bentley hingga Ravel Morrison. Pada Obrolan Vigo edisi kali ini, kita akan mendedah lebih jauh terkait nama yang disebut terakhir.
Biasanya, kegagalan seorang wonderkid berkembang lantaran cedera yang membekapnya. Pasca pulih dari cedera, inskonsistensi permainan pun mulai terjadi. Nama yang disebut pertama merupakan bukti nyata. Kita semua tahu darimana Michael Owen berasal. Ia sudah tampil di Piala Dunia 1998 bersama Timnas Inggris. Ia sempat bermain untuk Liverpool dan Real Madrid sebelum di puncak karirnya bertransformasi menjadi medioker lantaran cedera yang ia dapat.
Sementara David Bentley pun 11-12 dengan Owen. Pasca memulai debutnya bersama Arsenal, ia digadang menjadi bintang Inggris berikutynya. Bahkan julukan Next David Beckham pun sempat dilontarkan mantan pelatih Tiga SInga, Steve McLaren. Meski ekspektasi ada di bahunya, ia justru gagal membuktikan diri karena permainan yang tak berkembang. Bahkan Bentley pun harus pensiun di usia 29 tahun.
Di sisi Manchester, Ravel Morrison menjadi sosok yang gagal karena kelakuan buruk yang ia perbuat sendiri meskipun ia memiliki kemampuan baik di atas lapangan Sejatinya, awal karir pemain berdarah Jamaika ini nampak baik-baik saja. Menilik lebih jauh, Morrison, yang sukses menampilkan performa apiknya di masa muda mendapat privilege khusus, ia direkrut oleh tim pemandu bakat United kala anak-anak lain harus melakukan proses pendaftaran dan seleksi ketat untuk akademi Setan Merah.
Baca Juga: Wonderkid Gagal Manchester United Putuskan Kembali ke Inggris
Morrison memiliki beberapa aspek penting sebagai seorang gelandang. Ia memiliki kaki yang sama kokoh, visi bermain yang helas kecepatan dan umpan yang presisi dan yang terpenting, ia memiliki naluri mencetak gol yang tinggi. Morrison memiliki permainan yang menjanjikan. Bahkan bakatnya disebut melebihi rekan seangkatannya, Paul Pogba.
Rio Ferdinand Bahkan pernah menyebut jika Morrison merupakan bakat terbaik yang pernah dilihat Ferguson. “Lihatlah bocah lelaki itu. Manajer pikir dia adalah pemain terbaik yang pernah dilihat pada usianya saat itu,” ungkapnya dinukil dari BT Sports. Bahkan, pemain senior United lain, Darren Fletcher pun sempat takjub dengan kemampuan juniornya di atas lapangan.
“Morrison berbicara kepada saya. Dia berlari dengan bola, hanya berlari dengan itu dan dia hampir menatapku sambil membawa bola dan menunggu untuk saya bergerak dan kemudian dia baru bereaksi,” papar Fletcher.
Kisah manis pun berlanjut. Ia bahkan sukses membawa tim muda United menjuarai FA Youth 2010. Ia disebut siap menembus tim utama. Namun sebelum hal tersebut terjadi, serangkaian masalah yang ia buat sendiri pun menghampiri.
Masalah-Masalah Pada diri Morrison
Belum juga menjalani debut di tim utama, ia sudah membuat masalah. Ia diduga menguntit sepatu rekan satu timnya di ruang ganti. Saat Rio Ferdinand kehilangan jam tangan, eks pemain Leeds itu bahkan tak segan untuk menginterogasi Morrison. Tak berhenti sampai di situ, ia kerap keluar masuk pengadilan terkait peringai buruknya di luar lapangan.
Ferguson disebut kurang senang kala Morrison meminta bayaran lebih dari 15 ribu Pounds per pekan. Tentu saja hal tersebut membuat gaffer asal Skotlandia murka karena permintaan tinggi sang pemain yang belum membuktikan diri bersama tim utama.
Bahkan kala dimainkan pun, Morrison tak mencapai permainan maksimal. Bahkan serangkaian masalah di luar lapangan pun seakan menghampirinya. Ferguson, yang tak senang dengan aksi indisipliner pun mau tak mau harus melepas bakat besarnya tersebut ke West Ham United di bursa transfer Januari 2012.
“Ravel Morrison bisa dibilang salah satu contoh paling menyedihkan. Ia memiliki bakat alami sebesar pemain muda mana pun yang pernah kami datangkan, namun ia terus membuat masalah,” ujar Alex Ferguson menyatakan kecewanya, dinukil dari Panditfootball.
Baca Juga: 5 Mantan Pemain Manchester United yang Terlupakan di Old Trafford
“Menyakitkan sekali ketika harus menjualnya ke West Ham pada Januari 2012, karena sebenarnya ia bisa menjadi pemain yang sangat fantastis. Tapi, setelah beberapa tahun, masalah yang ia buat di luar lapangan terus meningkat, dan pada akhirnya tidak ada pilihan selain harus memutus tali menyulitkan ini,
Di West Ham, Morrison menerima bayaran sebesar 20 ribu Poundserling per pekan. West Ham, yang kala itu merumput di Championship memberikan debut kepada Morrison dalam laga kontra Leeds. Bakat besar sepertinya harus mengalami kenyataan pahit karena harus berkiprah di divisi Championship.
Pada bursa transfer musim panas 2013, ia harus dipinjamkan ke Birmingham City karena performanya bersama Hammers kurang mengesankan. Dalam sisa Championship, ia hanya dimainkan selama Sembilan menit. Torehan minor itu yang pada akhirnya membuatnya harus dipinjaman guna bermain reguler.
Beruntungnya, Morrison mendapatkan menit bermain yang cukup di Birmingham. Ia sukses mengemas 30 penampilan dalam berbagai ajang dan mencetak tiga gol dan tiga assist dalam kesempatan tersebut. Meski begitu, ia terlibat sedikit friksi dengan pelatih the Blues saat itu, Lee Clark. Oleh karena itu, meski bermain impresif, ia harus dipulangkan kembali ke London Timur.
Baca Juga: Mantan Pemain Manchester City Resmi Gabung Sheffield United
Asa mulai berkembang saat ia kembali membela Hammers. Di musim 2013/14, ia sukses mengemas 16 laga di Premier League dan mengemas tiga gol serta sepasang assist. Meski begitu, tingkah Rock n Roll-nya tetap berlanjut. Ia kerap terlihat mabora bersama rekan-rekannya dan kedapatan merokok.
Kelakuan bar-bar Morrison membuatnya kembali dipinjamkan ke Queens Park Rangers di bursa transfer musim dingin. Bersama R’s asuhan Harry Redknapp, ia sukses mengemas 15 laga dan mencetak 6 gol serta dua assist. Redknapp sejatinya tertarik mempermanenkan sang pemain. Namun, West Ham yang memilki hak veto justru meminjamkannya ke Cardiff City.
Menjadi Kutu Loncat
Morrison kembali mengalami masa peminjaman. Berseragam Bluebirds, ia hanya mengemas tujuh laga. Setelahnya, ia kembali ke West Ham dan dilepas pasca kontraknya diputus Februari 2015. Banyak yang berspekulasi jika pemain didikan Red Devils itu akan hancur karirnya. Namun Lazio, nyatanya masih percaya bisa menyelamatkan karir sang pemain dengan membawanya ke Ibu Kota Italia.
Datang di bursa transfer musim panas 2015 Morrison tentu diharapkan bisa menjadi Paul Gascoigne baru. Gazza memang sempat menjadi idola Laziale kala merumput bersama I Biancolesti. Namun kenyataan jauh panggang dari api, pemain Inggris ini malah tampil melempem. Dalam 8 laga yang ia mainkan.
Baca Juga: Obrolan Vigo: Gabriel Batistuta, The Argentinian Assassin
Bahkan performa minornya tersebut membuatnya harus berpindah dari satu klub ke klub lainnya. Lazio, selaku tim pemilik meminjamkannya ke QPR dan Atlas Guadalajara (Meksiko). Bersama Atlas, ia sejatinya tampil lumayan impresif. Dalam 25 laga, ia sukses mengemas tiga gol. Setelahnya, ia kembali ke Italia dan kontraknya berakhir.
Bahkan, mantan pemain Birmingham ini sempat menjajal karir bersama Ostersunds FK yang berlaga di kompetisi teratas Liga Swedia. Namun di Skandinavia, ia hanya mampu mengemas enam laga dan dirinya kembali dilepas. Bahkan pihak klub pun mengakui tak mengontraknya kembali,
“Setelah musim panas tiba, kita tak lagi menjalin kontak dengannya. Ia sudah mengemas seluruh barangnya dan berlibur. Tak ada opsi untuk membawanya kembali,” ungkap perwakilan Ostersunds, dinukil dari Givemesports
Pasca petualangan singkatnya di Swedia, ia pun kembali ke Inggris guna membela Sheffield United di musim 2019/20. Kepulangannya terasa mengejutkan banyak pihak karena ia dirasa sudah habis. Namun manajer the Blades Chris Wilder punya pandangan lain kepadanya.
“Ravel [Morrison] adalah bakat yang tidak diragukan dan kami senang telah menyelesaikan kesepakatan ini. Kami mendatangkan pemain yang fantastis dengan silsilah karier yang luar biasa. Ini adalah peluang bagus untuk Rav. Kami percaya dapat membantunya kembali ke level yang diinginkan,” ungkapnya kepada situs resmi klub Juli lalu.
Baca Juga: Review 5 Pemain Termahal di Bursa Transfer Musim Panas 2019/20
Meski Widler yakin dengan sang pemain, kenyataan berkata lain, Morrison justru melempem bersama tim asal Kota Industri. Ia lebih banyak berkutat di bangku cadangan dan memainkan perannya di kompetisi nomor dua macam Piala Liga dan Piala FA. Bersama Sheffield, ia hanya mengemas 282 menit dan mengemas empat laga serta satu assist!
Kini, di bursa transfer musim dingin kemarin, ia menerima pinangan Middlesbrough yang berkompetisi di Championship. Ia akan berada di riverside hingga musim ini rampung. Sekedar catatan, Boro adalah tim kesembian yang dibelanya dalam enam musim terakhir
Bos Middlesbrough, Jonathan Woodgate meminta pihak klub untuk mendatangkannya. Ia yakin Morrison bisa memberikan sesuatu bagi klub dengan segudang pengalaman yang ia miliki. Semoga saja ucapan mantan pemain Real Madrid itu bisa menjadi kenyataan dan berbuah manis bagi karir Ravel Morrison. Jika tidak, rasanya pensiun menjadi hal yang tak terlalu buruk bagi mantan jebolan akademi Man United itu
Selalu update berita bola terbaru seputar Liga Inggris hanya di Vivagoal.com