Qischil

Qischil Gandrum: Juru Gedor Asal Jatim dengan Segudang Pengalaman

Dimas Sembada - June 3, 2020
Dibaca Normal dengan Waktu Menit

Vivagoal – Liga Indonesia –  Berbicara soal angkatan emas Persik Kediri, Qischil Gandrum Minny, tak layak dilupakan. Pernah membawa Macan Putih berjaya, pemain yang akrab disapa Qis itu menjadi juru gedor favorit banyak juru taktik.

Mampu bermain di banyak posisi khususnya di lini serang, Qischil yang tak muda lagi masih selalu mendapat menit bermain reguler. Malang melintang di banyak klub Indonesia, membuatnya tetap diperhitungkan sebagai penyerang andal di Liga 2.

Manis pahit perjalanan karier pernah dihadapi sang pemain. Dari mulai cedera parah, mengangkat  trofi Liga Indonesia bersama Persik hingga mengantar PS Sleman dan Persita Tangerang ke kasta tertinggi pernah dicicipinya.

Kecintaannya terhadap Persik, tanpa letih belajar bersama pemain-pemain kelas wahid dan bekerja keras, membuat Qischil menjadi professional sejati. Beberapa waktu lalu, vivagoal berbincang dengan Qischil menyoal perjalanannya di sepak bola tanah air.  Berikut petikan wawancara kami dalam program Vivagoal One on One:

Bagaimana awal mula Anda terjun ke sepak bola professional?

Pada tahun 2005, Popda Kota Kediri meraih emas. Final di Brawijaya disaksikan Pak Mashud, Pak Iwan Budianto yang waktu itu menjabat sebagai ketua umum dan manajer Persik. Jadi bentuk apresiasi mereka saya dipanggil ke Persik Senior.

Di Persik saya dapat kontrak tiga tahun. Di musim perdana lolos delapan besar, 2006 dapat juara Liga dan ada musibah sedikit pada 2007 saya cedera lutut dan harus istirahat lama sekitar 10 bulan.

Karena masih ada kontrak jadi untuk mengembalikan permainan, setelah sembuh saya dipinjamkan di Persiku untuk mengembalikan performa.

Sebagai pemain muda, waktu itu ada di skuat juara, dapat kesempatan main gak?

Final saya gak main, tapi selama delapan besar saya line up satu atau dua kali kalo ga salah. Karena saya kan paling muda sendiri, belum lagi kan saingannya banyak sekali. Ada Christian Gonzales, Budi Sudarsono, Musikan dan pemain top semua.

Bagaimana rasanya bermain bersama generasi emas Persik?                

Tidak bisa diungkapkan, jelas terhormat, bangga dan senang. Apalagi mereka luar biasa baik. Saya belajar attitude, kerja keras dan tanggung jawab di lapangan. Mereka berpesan hal itu untuk awet berkarier sebagai pesepakbola. Kalo skill kita tahu di  Indonesia beda-beda tipis.

Posisi asli Anda kan penyerang, bagaimana menghadapi ketatnya perasaingan?

Dari awal memang striker, kebetulan saya langsung bermain di kasta tertinggi, jadi saya bersaing dengan banyak penyerang asing. Untuk bisa dapat menit bermain, kita harus bisa main di banyak posisi, setidaknya sayap. Pada akhirnya saya banyak bermain di flank, seperti di Persita kemarin, kadang di kanan, kadang di kiri, susai kebutuhan pelatih lah.


Baca Juga:


Banyak malang melintang di klub besar, sekarang membela Persekat, adakah kemungkinan naik kasta?

Optimis bisa, kalo liat antusias dari manajemen , materi pemain, pelatih, insyaallah bisa. Di sana banyak pemain senior juga macam; M Robby dan Amarzukih, apalagi Amarzukih beberapa kali bawa tim naik kasta. Terakhir Sleman bareng-bareng sama saya juga.

Betah tidak di Persekat?

Alhamdullilah betah, baik-baik, timnya kompak, manajemennya serius, juga supporternya antusias meskipun baru.