Harianto Persik Kediri

Sejarah Dibalik Panasnya Derby Jatim Antara Persik Kediri vs Arema FC

Fachrizal Wicaksono - June 2, 2020
Dibaca Normal dengan Waktu Menit

Vivagoal – Liga Indonesia – Kesuksesan seorang pemain sepakbola tak hanya sekadar terus berlatih keras. Tapi juga tergantung keputusannya untuk berganti klub demi pengembangan karier, meski keputusan itu akan membuatnya dimusuhi para suporter dari klub sebelumnya.

Dan kondisi itulah yang dialami seorang Harianto pada musim 2002 silam. Dia merasakan betul dibenci bahkan dicap pengkhianat oleh para Aremania setelah memilih loyal kepada Iwan Budianto dengan ikut bergabung bersama Persik Kediri.

Pasalnya di Arema, Harianto sedang memasuki era keemasannya dan begitu dipuja para pendukung setia klub yang bermarkas di Stadion Kanjuruhan itu. Namun, demi membalas budi baik Iwan Budianto, Harianto memutuskan menyeberang ke Persik yang saat itu sebenarnya masih berkiprah di Divisi II.

Yang makin membuat publik Malang bertanya-tanya adalah karena nama dan prestasi Persik tak sementereng jika dibandingkan dengan Arema.

“Hampir setahun saya berpikir keras, sebelum memutuskan menerima ajakan bos Iwan. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya saya gabung Persik. Padahal, saat itu saya bagus-bagusnya di Arema dan banyak diminati klub-klub besar Indonesia,” ungkapnya.

“Dengan bos Iwan, kami sudah seperti keluarga. Saya punya utang budi dengan beliau yang saya tak bisa ceritakan kepada publik. Jadi saya harus membalas kebaikan itu. Kalau mau cari uang dan karier, saya bisa saja menolak ajakan gabung Persik,” tambah Harianto.


Baca Juga:


Dalam perjalanannya, loyalitas Harianto ke Iwan Budianto itu berubah menjadi kesetiaan terhadap Persik. Hingga saat ini, ia bahkan dianggap sebagai salah satu legenda hidup klub berjuluk Macan Putih dan jersey nomor 12 yang kerap dipakainya kini sudah dipensiunkan untuk menghormati jasa-jasanya selama bermain untuk Persik.

Lebih lanjut, Harianto lantas mengungkapkan kepindahannya saat itu diikuti pemain lain seperti Johan Prasetyo, Suswanto, Khusnul Yuli, Siswantoro, Didit Thomas, Mecky Tata dan Sukrian jadi awal mula perseteruan Persik dan Arema yang dikenal dengan nama Derby Jatim.

“Kami pemain, pelatih, dan bos Iwan mulai dicap pengkhianat. Kepindahan kami ke Kediri jadi bibit keretakan hubungan dengan Arema dan timbulnya istilah Derby Jatim. Tapi menurut saya, label pengkhianat itu hanya bukti bahwa sebenarnya Aremania sangat mencintai kami. Mereka tak rela, kami pergi dari Arema.” jelas Harianto.

“Alhamdulillah, sekarang semua cap pengkhianat itu sudah tidak ada, dan hubungan saya dengan Aremania juga sudah baik, seperti tak pernah ada masalah,” tutupnya.

Selalu update berita terbaru seputar Bola Liga Indonesia hanya di Vivagoal.com