artikel-vigo-KAKA

Ricardo Kaka: Si Religius Penghancur Messi-Ronaldo di Ballon d’Or

Irman Maulana - April 22, 2020
Dibaca Normal dengan Waktu Menit

Kaka Memukau

Secara permaianan, Kaka memang tak stylist seperti Ronaldinho ataupun Neymar. Selain itu, dalam urusan passing atau mengatur serangan, sepertinya porsi Kaka lebih sedikit dibandingkan dengan Andrea Pirlo atau Seedorf. Tetapi akselerasi kecepatan, kecerdikan memanfaatkan ruang, serta ketajaman yang Ia miliki menjadi senjata utama yang membuat Kaka ditakuti para lawan.

Tak butuh banyak aksi, hanya dribel sederhana, Kaka bisa mencetak gol yang fantastis. Seperti yang Ia lakukan saat melawan Celtic. Lewat solo run dari tengah lapang, Kaka mampu melewati beberapa pemain bertahan Celtic, sebelum diakhiri dengan sontekan pelan yang mampu mengolongi kiper mereka Arthur Boruc.

Di musim yang sama, Old Trafford menjadi saksi lain betapa hebatnya Kaka di masa emasnya itu. Kaka mampu mengelabui Patrice Evra dan Gabriel Heinze dan selanjutnya dengan cukup mudah membobol gawang Edwin Van der Saar lewat sudut sempit. Jika tak memiliki kemampuan spesial tentu tak mudah membuat pemain sekelas Evra, Heinze, ataupun Van der Saar menjadi seperti anak-anak kecil yang bermain bola.

“Dia tak selevel Zidane, namun mendekati. Pemain terbaik kedua yang pernah aku latih dan dia yang paling pintar,”ungkap Carlo Ancelotti

BALLON D OR 2007Kehilangan Andriy Shevchenko ke Chelsea, sedikit banyak memang membuat pola permainan Kaka sedikit berubah. Ia lebih sering bermain sebagai second striker dibelakang Inzaghi dan membuatnya tak terlalu banyak berperan sebagai playmaker. Namun perubahan itu justru membuat ketajaman Kaka bertambah.

Di tahun 2009, akhirnya Kaka menerima pinangan dari Real Madrid dengan nilai transfer mencapai 67 juta euro atau sekitar 1,1 triliun rupiah, yang pada masa itu merupakan transfer tinggi. Real Madrid memang tengah membangun Los Galacticos Part II mereka kala itu. Bersama Cristiano Ronaldo, Xabi Alonso, Karim Benzema, serta para pemain Madrid lain, tentu membuat mereka terlihat sangat mewah.

Awalnya, semua berjalan lancar untuk Kaka dan Real Madrid. Ia bersama Ronaldo sukses membentuk duo idaman yang bisa tampil menawan dan dominan. Sempat dirumorkan bakal mewarisi nomor punggung lima milik Zidane, Kaka akhirnya memutuskan memilih nomor delapan. Kaka berhasil menjadi salah satu sumber gol besar Madrid, tentunya bersama Ronaldo di lini serang mereka.

El Classico melawan Barcelona pun terasa sangat luar biasa, karena rival mereka kala itu baru saja merekrut bintang sekelas Zlatan Ibrahimovic. Sehingga duel Kaka-Ronaldo-Benzema melawan Messi-Ibrahimovic-Henry membuat La Liga semakin bernilai di mata sepakbola dunia.