Site icon Vivagoal.com

Vivagoal One on One: Peran Fisioterapis di Klub Profesional

Fisioterapi

Vivagoal – Liga Indonesia – Kepada Vivagoal, Luthfi Ananda, fisioterapis yang syarat akan pengalaman berkisah soal pengalamannya menjadi fisioterapi di klub sepak bola tanah air. 

Bekerja dibalik layar, banyak pihak kurang aware terhadap kehadiran fisioterapis di dalam klub. Padahal peran mereka di divisi medis terbilang vital.

Selain rekomendasi keadaan pemain pada pelatih kepala, dia bertanggungjawab pada program penyembuhan pemain yang tengah dalam proses penyembuhan cedera.

Ekstremnya, fisioterapis bertanggungjawab pada semua gerak tubuh seluruh pemain dalam tim. Apalagi para pemain profesional dengan skill tinggi membuat peran fisioterapis dipastikan vital di klub-klub profesional.

Vivagoal berhasil memwawancarai Luthfi Ananda yang sekarang bertugas untuk PS Sleman. Dimana sebelumnya dia pernah bahu-membahu bersama staff medis Timnas U-19 era Fachri Husaini. Berikut petikan wawancara kami dengan Luthfi dalam Vivagoal Live One on One beberapa waktu lalu:

Sebetulnya seperti apa pekerjaan seorang fisioterapi di klub sepak bola professional?

Fisioterapi di sepak bola sebenarnya bukan barang baru, apalagi di tim luar negeri, fisioterapi menjadi posisi penting. Di awal saya mulai masuk ke sepak bola di liga saat itu bersama sebuah klub, saya sadar populasi fisioterapi di dalam negri masih sangat minim. Jadi banyak yang menyebut dirinya fisio tapi nayatanya mereka bukan fisio, semacam black market lah.

Kami juga tidak bisa menyalahkan publik sepak bola yang tidak mengenal fision dengan terlalu baik. Mungkin sebelumnya masyarakat awam dan professional belum begitu tahu soal fisioterapi.


Baca Juga:


Seiring berjalannya waktu kami terus berkembang sebagai SDM . Sekarang kita bisa lihat klinik fisioterapi di luar Jakarta dan di luar Jawa terus banyak bermunculan. Bahkan banyak yang masuk ke perusahaan besar dan BUMN.

Apa bedanya dokter dan fisioterapi?

Beda, tapi kami tergabung di divisi medis. Idealnyabukan cuma fisio dan dokter saja, tapi harus ada nutrisionis juga perawat. Jadi titik berat fisio itu ada di kesembuhan pada penyakit. Demam, flu dan segala macam penyakit penyembuhannya ada di tim dokter. Kalo fisioterapi, kami lebih ke cedera, pemulihan, pencegahan dan recovery.

Pendekatan pembulihannya juga berbeda dengan dokter. Mereka menyebuhkan dengan obat, carian dan suntikan. Sedang kami menyembuhkan lewat exercise dan manual therapy.

Sebelum di PSS, dimana Anda berkarier?

Sebelum gabung di PSS, saya menjadi fisioterapi di Timnas U-19 besutan Fachri Husaini pas Bagus Bagas lolos ke Piala Asia Uzbekistan.

Menyoal Bagus, saat ini dia sedang cedera di Inggris, bagaimana kabar terbarunya?

Dia sempat konsultasi juga sama saya. Jadi kronologinya sudah pada tau ya, sebagai dia pemain harapan bangsa. Kebetulan dia cedera di pertandingan uji cobad an sedang moncer-moncernya. Kabar terakhir yang didapat, saya anjurkan dia untuk fokus melakukan penyembuhan di sana.

Jenis cederanya, kebetulan dia ada robekan yang lumayan di ligament angkelnya. Untuk membayangkannya di bawah mata kaki dan di samping mata kaki. Doakan saja Bagus bisa kembali ke performa terbaiknya lagi.

Sebagai fisio, ketika ada kasus yang menimpa pemain,  seperti apa penanganan awal untuk penyembuhan?

Raise, Ice, Compress dan Elevasi. Pertama harus diistirahatakan dan tidak dilakukan apapun. Hindari malakukan pergerakan, karena 2×24 jam itu terjadi angka-angka invlamasi. Apalagi di pijit, itu dilarang karena dikhawatirkan akan memperparah cedera.

Makannya ada cedera kambuhan, padahal sebenarnya itu tidak ada. Yang ada adalah cedera yang belum selesai penanganan tapi kita sudah percaya diri untuk kembali bermain kembali. Alhasil cedera lagi.

Apakah Anda ikut terlibat dalam medical check up di awal musim ketika para pemain baru tiba di klub?

Saya dan teman-teman fisio melakukan pengecekan ketika pembetukan tim terutama untuk pemain baru. Ini juga jadi alasan kenapa kita lebih dekat dengan pemain. Karena pemain setiap punya keluahan selalu laporan ke kita. Saya melakuakan pemeriksaan buat riwayat cedera setiap pemain bahkan kemungkinan cedera ketika liburan sebelum gabung harus cedera. Karena ini seperti sepele tapi, beberapa kali ada kejadian, pemain cedera sehari sebelum tandatangan kontrak.

Kita jelas melakukan pemeriksaan terutama yang berhubungan dengan gerak dan fungsi. Hasilnya nanti kita akan sebatas menjelaskan ke tim pelatih soal kondisi si pemain terutama masalah riwayat cedera. Tapi keputusan tetap ada di pelatih dan manajer tim.

Menyoal pemain yang kerap cedera seperti Dembele, apa yang sebenarnya terjadi?

Sebetulnya tidak ada cedera kambuhan, tapi cederanya yang belum tuntas.


Baca Juga:


Pelatih yang tidak tahu atau gimana?

Bongkar sedikit ya, kalo di klub itu banyak anak tangga. Saya pernah ikut pelatih lokal dan asing. Kadang ada pelatih yang ingin pemain seperti pemain jaman dulu. Contohnya kalo di Barca, pelatih memaksakan dengan bilang “anak muda jangan manja, waktu saya jadi pemain saya gak apa-apa tuh.” Jadi mereka yang masih dalam masa penyembuhan sudah dipaksakan bermain.

Kasus lainnya, fisio dan tim pelatih tidak memberi rekomendasi pemain yang bersangkutan untuk merumput. Tapi pemain kekeuh untuk tetap main. Hal ini yang kadang menjadi bias, si pemain ini lantas diturunkan kembali dan terbukti mereka cedera lagi dan pada akhirnya saling menyalahkan.

Untuk kasus Dembele sendiri sebanarnya ada masalah di Internal mereka. Kemungkinannya seperti yang dijelaskan tadi.

Terus bisa sembuh meski terus menerus masuk ruang perawatan?

Tidak ada cedera yang tidak bisa sembuh asal protokol dan timing kembalinya tepat. Jangan sampai pemain mengalami cedera kambuhan.

Siapa pemain yang paling parah yang pernah dihadapi?

Saya tidak akan sebut nama ya, sebut saja Mawar. Mawar kebetulan punya pemasangan key wire di angkel. Dia cedera di ISC 2016, dia merasa sakit dirontgen dan ternyata patah. Cuma seperti biasa ada pro kontra ketika mau diambil tindakan, dimana dia harus izin dulu pada orangtua. Padahal saat itu dia harus naik meja operasi.

Sayangnya, banyak pemain yang ingin jalan lain. Akhirnya si pemain memilih cara penyembuhan tradisional. Akhirnya kembali lagi berlatih dan mengaku normal, sayang dua minggu kemudian dia cedera lagi karena terjatuh.

Akhirnya dia kita cek MRI dan Rontgen, hasilnya total fracture dan harus dipasang key wire untuk menyanggah dan menunggu jaringan baru tumbuh. Jadi intinya kita harus aware, mungkin pengobatan tradisional bisa lebih murah dan praktis tapi untuk yang punya hobby cedera tubuh kita harus siap dan dilarang untuk memaksakan diri.

Lantas setelah cedera parah seperti itu, apakah ada penurunan performa?

Logikanya setelah cedera, harusnya pemain kembali bisa lebih kuat. Yang penting adalah kita harus yakin dan bekerja keras untuk bisa kembali ke level permainan terbaik.

Cristiano Ronaldo sepatutnya bisa menjadi teladan, tepatnya pada Euro.  Setelah Portugal juara, merayakan kemenangan dengan pawai dll, Ronaldo harus berkutat dengan masalah cedera.

Pasalnya liga akan segera bergulir dan harus berjuang untuk bisa tampil di pertandingan perdana. Di sisi lain, kala itu CR7 tengah dalam masa liburan usai Euro.

Kebetulan Ronaldo punya fisio pribadi, jadi dia boyong tim fisionya sampai empat orang beserta alat-alat termasuk mini gym di kapal pesiar di salah satu kepuluan di Eropa. Sehingga dia liburan sekaligus latihan dan penyembuhan. Dimana dia bisa sesegera mungkin sembuh.

Ini jadi bukti nyata, dimana setelah cedera, Ronaldo langsung bisa cetak trigol bahkan di akhir musim jadi juara. Jadi bukan alasan cedera bisa membuat performa pemain menurun.

Selalu update berita terbaru seputar  Liga Indonesia hanya di Vivagoal.com

Exit mobile version