Site icon Vivagoal.com

5 Fakta Mengharukan Hingga Kesuksesan dari Paul Scholes

5 Fakta Mengharukan Hingga Kesuksesan dari Paul Scholes

Vivagoal5 Fakta – Paul Scholes (lahir 16 November 1974) adalah pemain sepak bola dari Inggris yang menghabiskan semua kariernya sampai saat ini bermain untuk klub Manchester United.

Pemain yang lahir di Hope Hospital di Pendleton, Greater Manchester merupakan salah satu pemain yang bersinar pada generasinya. Dia dihormati karena perilakunya di dalam ataupun di luar lapangan, serta permainannya di lapangan hijau.

Ia adalah bagian dari Class of ’92 Manchester United, beserta Ryan Giggs, Gary Neville, Phil Neville, David Beckham, Kevin Pilkington, Robbie Savage, dan pemain lainnya yang tersebar ke liga-liga domestik Inggris.

Ia dilahirkan untuk ibunya, Marina Scholes dan ayah, Stewart Scholes. Scholes berasal dari Irlandia. Paul lahir dengan asma. Lebih dari itu, sebagai seorang anak, Paul menderita penyakit Osgood-Schlatter, suatu kondisi lutut.

[irp]

Paul tumbuh bersama saudara perempuannya, Joanne Scholes. Keluarganya pindah ke Langley, Greater Manchester ketika bayi Paul berusia 18 bulan.

Mereka menetap di sebuah rumah di Bowness Road dan Talkin Drive. Paulus menghadiri Sekolah Dasar RC St Mary di Langley.

Di sinilah ia belajar sepak bola. Tim pertama yang ia mainkan adalah Langley Furrows. Ketika Paul tumbuh menjadi seorang remaja, kemiripannya dengan olahraga lain seperti kriket menjadi jelas.

Ini juga saat dia mendapat telepon dari United setelah pendaftaran yang sukses untuk karir remaja yang terlambat.

VIGO merangkum 5 Fakta Mengharukan Hingga Kesuksesan dari Paul Scholes.

1. Masa Kecil Paul Scholes Sampai Menikah

Pada usia 14, ia mulai berlatih dengan Manchester United yang menjadi pemenuhan impian masa kecilnya.

Dia kemudian bergabung sebagai trainee setelah meninggalkan Sekolah Tinggi Katolik Kardinal Langley di Middleton selama musim panas 1991.

Dalam masa jabatan terakhirnya di sekolah, ia terpilih untuk mewakili Sekolah Nasional Inggris Raya dalam sepak bola.

Setelah melihat kemajuan dan komitmennya terhadap sepak bola di Inggris, Manchester United menawarinya kontrak senior. Selebihnya, seperti yang mereka katakan, sekarang adalah sejarah.

[irp]

Paul menikahi kekasih masa kecil remaja, Claire (née Froggatt) di Wrexham pada bulan Februari 1999. Dia telah ada untuknya sepanjang karirnya, bahkan ketika ia 19 dan membuat debut seniornya untuk United di Port Vale pada 21 September, 1994.

Pasangan itu lebih suka tinggal di sebuah desa di Greater Manchester. Mereka memiliki tiga anak, satu putri dan dua putra. Yang tertua adalah Arron, saudara perempuannya Alicia dan Aiden kecil.

Sayangnya, anak termuda Paul Scholes, Aiden menderita autisme. Dia mengalami kesulitan belajar yang cukup parah, jadi dia tidak bisa mengikuti olahraga saat ini, meski begitu benar-benar menyukai renangnya seperti yang digambarkan di bawah ini.

2. Sempat Diremehkan di Klubnya

Baik Eric Harrison, pelatih akademi United saat itu, dan Sir Alex Ferguson, sama-sama tidak mendapatkan impresi yang bagus ketika bertemu Scholes pertama kali. Mereka berpendapat bahwa ia terlalu kecil, dan akan sangat sulit untuk menjadi pesepak bola. Bahkan dalam beberapa kejadian, Scholes hampir saja tidak bisa melanjutnya kariernya di dunia sepak bola.

Scholes tidak termasuk dalam tim yang berhasil memenangi Piala FA usia muda pada tahun 1992. Tetapi, ia masuk dalam bagian tim yang bertanding bersama Phil Neville di tahun berikutnya.

Pada awalnya tidak ada yag menyangka bahwa Scholes akan lebih cepat masuk ke tim utama United ketimbang para pemain lain. Tetapi sebuah kejadian kemudian mengubah segalanya.

[irp]

Dalam sebuah partai uji tanding di tempat latihan United yang lama, The Cliff, Lee Sharpe, Steve Bruce, Peter Schmeichel, Bryan Robson, dan Brian McClair menyaksikan pertandingan tim muda United.

Para pemain ini memang senang menyaksikan para pemain akademi United, dan biasanya memberikan saran kepada tim pelatih terkait pemain muda mana yang layak naik ke tim utama.

Bryan Robson bertanya pada Sir Alex saat itu, “(Dari para pemain muda ini) siapa yang akan dipertahankan, dan siapa yang akan dilepas?” Manajer menjawab saat itu, “Kami akan membawa (David) Beckham, (Nicky) Butt, (Gary) Neville, dan beberapa pemain lainnya. Tetapi kami tidak begitu yakin dengan yang kecil berambut merah di posisi gelandang.”

Hanya beberapa saat kemudian, Scholes muda kemudian mendapatkan bola tepat di depan kotak penalti. Ia kemudian melakukan gerak tipu, menggiring bola melewati pemain bertahan lawan.

[irp]

Melakukan gerak tipu lagi, melewati pemain lain, menembus dua bek tengah, berhadapan dengan kiper, lalu mencongkel bola masuk ke gawang.

Robson lalu berbalik dan berseloroh kepada manajer, “Anda yakin dengan apa yang Anda bicarakan tadi?”

Scholes mungkin tidak langsung melakukan ledakan hebat seperti yang dilakukan oleh Beckham atau Ryan Giggs ketika pertama kali muncul. Kemampuan hebatnya muncul secara natural dan sederhana.

Cara ini yang justru membuatnya meraih kejayaan yang mungkin tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Bahkan bisa diwajarkan, bagaimana senyum picik yang ia tunjukan ketika mendengar Steven Gerrard berbicara soal kepemilikan gelar juara Liga Primer Inggris.

3. ‘Si Wajah Pucat’ Paul Scholes

Ketika David Beckham untuk pertamakalinya berlatih dengan pemain Real Madrid, pertanyaan pertama yang diajukan rekan barunya bukan bagaimana rasanya pindah ke Spanyol. Bukan pula akan tinggal didaerah mana di Madrid.

Tentu juga bukan tentang istrinya, Victoria alias Posh Spice. Tetapi, “Bagaimana rasanya bermain dalam satu tim dengan Paul Scholes?”

Ya. Paul Scholes. Si pucat yang merupakan gelandang menyerang dari Manchester United. Walau penggemar sepakbola sering meremehkan pemain ini, tetapi dalam khazanah para jawara sepakbola di Eropa, namanya memang diunjung tinggi.

Bahkan sang maestro pemain tengah Eropa Zinedine Zidane menyebutnya sebagai pemain tengah terbaik untuk generasinya. Belum lama ini dalam sebuah wawancara ia mengaku menyesal tidak pernah berkesempatan bermain dengan Scholes. Maklum walau klub-klub besar Eropa tertarik, Paul Scholes tidak pernah ingin bermain untuk klub lain kecuali Manchester United.

[irp]

Paul Scholes adalah salah satu anggota generasi emas Man United tahun 90-an bersama David Beckham, Ryan Giggs, Nicky Butt, dan Neville bersaudara. Tetapi dibandingkan kelima rekan angkatannya, profil Scholes seperti lepas dari radar.

Bukan sekadar menjalin serangan, ia sendiri seorang penyerang berbahaya baik dengan kaki maupun kepalanya.

Ia mampu mencetak gol spektakuler dengan tendangan jarak jauhnya yang terkenal keras dan akurat. Tak heran kalau ia sudah mencetak 150 gol untuk Man United. Cukup bagus untuk seorang gelandang.

Menyebut sukses Man United usai Cantona, orang akan menyebut Beckham, Giggs, Keane, Cole, Yorke, Solksjaer dan nama-nama besar lainnya. Tetapi cabutlah Paul Scholes dari tim Man United itu maka semua pemain bintang itu akan mengatakan jangan.

Itulah sebabnya semua pemain boleh silih berganti tetapi Paul Scholes tetap menjadi pantek Man United.

4. Scholes Seorang Pemalu Tapi Mengerikan di Lapangan

Scholes memiliki pribadi yang sangat pemalu dan secara sengaja menutup diri dari sorotan. Ia sangat jarang memberikan wawancara kepada wartawan, tidak pernah datang ke pesta-pesta selebriti, sangat pendiam bahkan dengan teman-teman akrabnya. Konon selama hampir dua puluh tahun bersepakbola ia baru empat kali memberi wawancara eksklusif.

Scholes bisa dikatakan satu dari sedikit pemain bola yang tidak pernah mengekpresikan diri kecuali di dalam lapangan. Setelah Eric Cantona mundur dialah denyut yang menjalin permainan lini pertahanan ke garis penyerangan Man United.

Permainan satu-duanya diakui para pesepakbola sebagai yang terbaik di Eropa. Umpan-umpannya baik yang menelusur tanah maupun lambung sama akuratnya dan mematikan. Imajinasinya dalam memberi umpan tidak lumrah.

[irp]

Yang luar biasa, menurut Ruud Gullit, adalah Scholes bisa melakukan semua itu dengan sangat sederhana. Sehingga yang ia lakukan seolah bukanlah sesuatu yang luar biasa. Itulah sebabnya, masih menurut Gullit, penonton melihatnya sebagai biasa-biasa saja, tetapi rekan maupun lawan sering terbengong-bengong.

Namun seperti telah dikatakan, ia bisa tampil sangat hebat di lapangan tetapi begitu pertandingan usai dan wartawan berebut ingin mewancarainya, ia menghilang dari pencarian. Orang tidak pernah tahu apa yang dipikirkan maupun pandangan-pandangannya mengenai berbagai hal menyangkut sepakbola.

Misalnya orang sangat ingin tahu mengapa ia memutuskan untuk mundur dari tim nasional Inggris lima tahun lalu. Isu yang beredar ia tidak suka dengan gaya permainan yang ditampilkan Sven Goran Eriksson dan bosan dimainkan di posisi yang bukan menjadi posisi terbaiknya. Tetapi ia tak pernah mengatakan apapun sama sekali. Tidak menjelekkan, tidak mengritik, tidak mencela.

Steve Mclaren yang menggantikan Sven, membuang David Beckham tetapi dua kali membujuk Scholes untuk kembali ke tim nasional. Dua kali pula Scholes menolak dengan alasan ingin lebih meluangkan waktu untuk keluarga.

[irp]

Bahkan diusianya yang ke-35, ketika kemampuannya sudah menurun terutama staminanya untuk menusuk ke kotak penalti, Fabio Capello membujuk untuk ikut ke Piala Dunia Afrika Selatan. Scholes menolak dengan alasan, salah satunya, tidak enak dengan pemain lain yang sudah berjuang untuk Inggris selama babak penyisihan.

Belum lama lalu ia mengaku menyesal tidak memenuhi panggilan itu. Itulah sebabnya kini terbetik berita Capello ingin memanggilnya untuk penyisihan Piala Eropa. Padahal pada saat bersamaan ia menutup pintu untuk pemain seangkatan Scholes dengan profil terbesar di Inggris, David Beckham dengan alasan sudah terlalu tua.

Sentimen Capello untuk pemain tua ini tidak luar biasa. Ambil misal pelatih jenial Arsenal Arsene Wenger. Belum lama ini ia masih mengatakan, kalau boleh memilih semua pemain Liga Primer yang ada, maka Scholes lah pemain pertama yang ada di susunan pemainnya. Carlo Ancelotti juga menyampaikan sentimen yang sama. Mungkin ini sudah agak usang karena dikatakan ketika ia masih memegang AC Milan.

Anak asuhnya saat itu akan bertemu dengan Man United di Piala Champions. Di hadapan wartawan ia mengatakan tidak satupun pemain Man United akan masuk ke 11 pemain utama Milan. Padahal disitu ada Ryan Giggs, Cristiano Ronaldo, Wayne Rooney dan sejumlah nama lain. Tetapi Ancelotti kemudian terdiam sebentar lalu berkata, “Yahhhh… kecuali Paul Scholes”.

5. Rekor dan Prestasi Paul Scholes

Ia merupakan salah satu pemain yang bersinar pada generasinya. Scholes banyak diidolakan pesepakbola lain karena gaya permainannya di lapangan hijau. Pada akhir musim 2010/2011 Scholes pensiun dari Manchester United.

Setelah pensiun Paul Scholes akan menjadi staff kepelatihan Manchester United, namun pada awal tahun 2012 Scholes kembali bermain untuk Manchester United sebelum resmi pensiun lagi pada tahun 2013.

[irp]

Prestasi Paul Scholes

UEFA Champions League (2):1998–99, 2007–08
Premier League (11): 1995–96, 1996–97, 1998–99, 1999–2000, 2000–01, 2002–03, 2006–07, 2007–08, 2008–09, 2010–11, 2012–13
FA Cup (3): 1995–96, 1998–99, 2003–04
Football League Cup (2): 2008–09, 2009–10
FA Community Shield (5): 1996, 1997, 2003, 2008, 2010
Intercontinental Cup (1): 1999
FIFA Club World Cup (1): 2008

Rekor Paul Scholes

Premier League PFA Team of the Year (2): 2002–03, 2006–07
Premier League 10 Seasons Awards (1992–93 to 2001–02)
English Football Hall of Fame: 2008
Premier League 20 Seasons Awards (1992–93 to 2011–12)
FWA Tribute Award: 2012[136]
FIFPro World XI Nominee: 2005, 2007

Exit mobile version