Analisa Vigo: Bundesliga Bisa Hancur Karena Ego Mereka Sendiri
Sumber: Twitter @matt_4d

Analisa Vigo: Bundesliga Bisa Hancur Karena Ego Mereka Sendiri

Muhammad Ilham - June 12, 2023
Dibaca Normal dengan Waktu Menit

VivagoalBundesligaDeutsche Fussball Liga (DFL) selaku promotor Bundesliga dan 2. Bundesliga kembali menerima penolak dari para klub-klub terkait masalah investor. Hal tersebut membuat Bundesliga dan 2. Bundesliga bisa hancur dan tertinggal dari liga-liga Eropa lainnya. 

Selain Liga Inggris, LaLiga, Ligue 1, dan Serie A, Bundesliga juga menjadi liga sepakbola paling favorit di Eropa, bahkan di dunia. Liga yang mempertandingkan tim-tim dari Jerman ini menjadi tempat kelahiran tim-tim besar seperti Bayern Munich dan Borussia Dortmund.

Selain melahirkan tim-tim dan pemain-pemain top, Bundesliga juga identik dengan regulasi unik terkait investor, yakni 50+1. Dilansir dari situs Bundesliga, regulasi 50+1 merupakan sebuah peraturan yang mengharuskan setiap investor klub di Bundesliga tidak boleh menguasai saham melebihi 49 persen. Hal tersebut dikarenakan saham mayoritas sebesar 51 persen harus dimiliki oleh para fans.

Regulasi ini tentu membahagiakan bagi para fans karena mereka bisa mengatur banyak hal di dalam klubnya, salah satunya harga tiket. Berdasarkan informasi dari Seat Pick, Bayern Munich bisa menjual tiket mereka dengan harga termurah yaitu 57 euro atau sekitar 910 ribu rupiah ketika tampil di Allianz Arena.

Harga tersebut berbanding jauh dengan harga yang ditawarkan oleh Manchester City. Berdasarkan informasi dari Seat Pick, harga tiket The Citizens per laganya sebesar 85 poundsterling atau setara 1,6 juta rupiah.

Namun, harga tiket dan kehadiran suporter dalam setiap keputusan yang diambil klub akibat regulasi 50+1 tersebut melahirkan masalah tersendiri. Bundesliga saat ini sulit untuk menyaingi liga-liga top Eropa lainnya, termasuk Liga Inggris.

Hal tersebut karena mereka tidak bisa memasukkan investor dari luar. Memang, terdapat beberapa kelonggaran terkait regulasi 50+1 dan itu bisa dilihat dari beberapa klub yang ada seperti Bayer Leverkusen, VfL Wolfsburg, RB Leipzig, dan TSG Hoffenheim yang telah dimiliki oleh investor secara utuh.

Namun, banyak klub yang keuangannya tercekik akibat regulasi 50+1, apalagi saat pandemi Covid-19 melanda dunia. Klub kesulitan untuk membayar gaji pemain, pelatih, perawatan stadion, dan lain-lain, dan itu dinilai Deutsche Fussball Liga (DFL) sebagai ajang untuk pembaharuan regulasi 50+1.


Baca Juga:


Dilansir dari Deustche Welle (DW), DFL memasukkan sebuah mosi untuk membuat Bundesliga ke dalam kemitraan multi-miliar dengan investor swasta, terutama dalam hak siar. Hal tersebut diinisiasi oleh Ketua Dewan Pelaksana DFL sekaligus Kepala Eksekutif Borussia Dortmund, Hans-Joachim Watzke.

Rencana tersebut tentu melahirkan keuntungan tersendiri bagi klub-klub Bundesliga dan 2. Bundesliga, yakni mendapatkan investasi sebesar 2 miliar euro dari investor. Sebagai imbalannya, para investor akan menerima 12,5 persen dari keuntungan yang dihasilkan oleh anak perusahaan DFL yang baru, DFL MediaCo, yang akan menjual dan mengelola hak siar Bundesliga.

Namun, hanya 20 dari 36 klub Bundesliga dan 2. Bundesliga yang setuju akan peraturan tersebut, lima di antaranya abstain, dan 11 tim lainnya menolak. Sedangkan, untuk bisa memenangi mosi mereka harus mendapatkan minimal dua per tiga suara (24 suara).

Analisa Vigo: Bundesliga Bisa Hancur Karena Ego Mereka Sendiri
Sumber: Get News Football Germany

Akibat dari hal ini, tim-tim dari Bundesliga dan 2. Bundesliga akan kesulitan dalam hal keuangan. Bahkan, tidak menutup kemungkinan jika popularitas Bundesliga dan 2. Bundesliga semakin menjauh dari Liga Inggris, Serie A, dan LaLiga.

“Mereka yang menolak (proposal) harus menjawab pertanyaan: Dari mana Bundesliga akan mendapatkan keamanan dan stabilitas di masa depan,” kata Axel Hellman, Dewan Direksi Eintracht Frankfurt, yang dilansir dari DW.

“Secara keseluruhan, saya kecewa karena hasilnya seperti ini. Karena saya pikir akan lebih baik bagi liga untuk mendapatkan aliran uang untuk berinvestasi dalam pengetahuan dan infrastruktur,” ucap Presiden Bayern Munich, Herbert Hainer, yang dilansir dari SportBILD.

Keputusan ini tentu tidak berpengaruh besar terhadap Bayern Munich dan Borussia Dortmund lantaran mereka memiliki investor dan prestasi yang besar di skala nasional maupun Eropa. Namun, itu tidak terjadi kepada klub-klub lain di Bundesliga maupun 2. Bundesliga.

Analisa Vigo: Bundesliga Bisa Hancur Karena Ego Mereka Sendiri
Sumber: Twitter @matt_4d

Minimnya dana yang masuk tentu membuat mereka kesulitan untuk merekrut pemain-pemain top. Jika itu tidak terjadi, maka performa mereka di Bundesliga atau 2. Bundesliga tidak akan naik, dan kompetisi semakin dikuasai oleh Bayern Munich dan Dortmund.

Para suporter Jerman boleh mengolok-olok Paris Saint-Germain (PSG), Manchester City, ataupun Chelsea FC karena prestasi mereka diraih atas uang dari investor. Namun, di sepakbola era modern seperti ini, uang menjadi salah satu faktor untuk mendapatkan prestasi, dan itu tidak bisa dipungkiri.

Tetapi, kembali lagi, para suporter di Jerman tetap memilih untuk memegang kendali atas takdir mereka sendiri. Mereka bertahan dengan prinsip 50+1 dan mereka harus menerima konsekuensinya, baik dan buruk.

Selalu update berita bola terbaru seputar Bundesliga hanya di Vivagoal.com