Vivagoal – Berita Bola – Piala Dunia 2002 akan menjadi turnamen yang paling dikenang banyak orang. Selain pertama kalinya diselenggarakan di benua Asia, turnamen sepakbola antarnegara tersebut juga melahirkan banyak sekali kontroversi yang sangat tidak masuk akal.
FIFA selaku organisasi tertinggi sepakbola dunia memiliki sebuah turnamen yang paling dinanti-nantikan oleh semua orang, dan itu adalah Piala Dunia. Perhelatan ini dilaksanakan empat tahun sekali dan telah berjalan selama 93 tahun lamanya (sejak 1930).
Timnas Brasil menjadi tim yang paling banyak mendulang piala dengan lima gelar, terakhir kali mereka menjadi juara pada Piala Dunia 2002. Turnamen tersebut sangat unik dan bersejarah lantaran untuk pertama kalinya FIFA menyelenggarakan di dua negara dan benua Asia, yakni Korea Selatan dan Jepang.
Kedua negara tersebut memang kental dengan rivalitas, mulai dari sejarah hingga sepakbola. FIFA menunjuk Korea Selatan dan Jepang sebagai tuan rumah Piala Dunia 2002 empat tahun sebelumnya, tepatnya pada 31 Mei 1996.
On this day in 2002, Brazil lifted their last World Cup.
Before the final, they got the whole squad in the team photo. Plenty of stars 🤩 pic.twitter.com/AZdCtcdUUs
— B/R Football (@brfootball) June 30, 2023
Sejatinya, Meksiko juga mengajukan diri sebagai tuan rumah Piala Dunia 2002. Namun, kampanye masif yang dilakukan oleh Korea Selatan dan Jepang membuat Presiden Konfederasi Sepakbola Asia (AFC) saat itu, Sultan Ahmad Shah, turun tangan agar kedua negara tersebut bisa dipilih oleh FIFA.
Namun, terdapat perpecahan antara pemangku kebijakan terkait hal itu. Presiden FIFA saat itu, Joao Havalange, lebih memilih Jepang sebagai tuan rumah, sedangkan Presiden UEFA, Lennart Johansson, ingin Korea Selatan dan Jepang jadi tuan rumahnya. Alhasil, keputusan adalah Korea Selatan dan Jepang jadi tuan rumahnya.
Sebanyak 199 negara ikut dalam kualifikasi Piala Dunia 2002. Timnas Prancis sebagai juara bertahan, Korea Selatan, dan Jepang sudah pasti masuk, sehingga 199 negara melakukan kualifikasi untuk memperebutkan 29 tiket yang sisa.
14 negara akan dipilih dari UEFA (benua Eropa), lima dari Konfederasi Sepakbola Afrika (CAF), empat dari Konfederasi Sepakbola Amerika Selatan (CONMEBOL), empat dari AFC, dan tiga dari Asosiasi Sepakbola Amerika Utara, Tengah, serta Karibia (CONCACAF). Lalu, dua sisanya diambil dari babak play-off antara AFC dan UEFA serta CONMEBOL dan Konfederasi Sepakbola Oceania (OFC).
Setelah melakukan proses kualifikasi yang panjang, tersaring lah ke-32 tim yang ikut dalam Piala Dunia 2002. Ke-32 tim tersebut adalah Cina, Jepang, Arab Saudi, Korea Selatan, Kamerun, Nigeria, Senegal, Afrika Selatan, Tunisia, Kosta Rika, Meksiko, Amerika Serikat, Argentina, Brasil, Ekuador, Paraguay, Uruguay, Belgia, Kroasia, Denmark, Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Polandia, Portugal, Irlandia, Rusia, Slovenia, Spanyol, Swedia, dan Turki.
Turnamen dilaksanakan pada 31 Mei hingga 30 Juni 2002 di 10 stadion Korea Selatan dan 10 stadion Jepang. Timnas Brasil berhasil keluar sebagai juaranya usai mengalahkan Timnas Jerman di partai final dengan skor 2-0, di mana keduanya dicetak oleh Ronaldo (67’ dan 79’).
Itu menjadi gelar kelima bagi Selecao sekaligus yang terakhir hingga saat ini. Meskipun kita bisa melihat kombinasi paling mengerikan antara Ronaldo, Rivaldo, dan Ronaldinho, Piala Dunia 2002 memberikan cerita buruk yang akan selalu dikenang pecinta sepakbola dunia.
Keanehan sejatinya tidak terjadi di partai final, melainkan laga-laga sebelumnya. Dilansir dari Vice, terdapat tiga hal yang janggal dalam Piala Dunia 2002, yakni keputusan FIFA memilih Korea Selatan dan Jepang sebagai tuan rumah, peraturan Golden Goal, dan keputusan wasit yang kontroversi.
Banyak pecinta sepakbola, terutama di Eropa, kecewa dengan FIFA yang menunjuk Korea Selatan dan Jepang sebagai tuan rumah. Mereka harus menonton timnya tanding di pagi hari karena perbedaan waktu antara Asia dan Eropa yang jauh, dan itu bukan sesuatu yang pas untuk menyaksikan sepakbola.
Lalu, Jepang sendiri belum pernah menjadi masuk ke Piala Dunia sebelumnya. Ditambah lagi sepakbola belum besar di Korea Selatan dan Jepang saat itu, dan hal tersebut mengingatkan kita dengan Piala Dunia 2022 yang di mana Qatar sebagai tuan rumahnya.
Baca Juga:
- Analisa Vigo: Tiga Jalan David De Gea
- Analisa Vigo: Euro 2004, Saat Yunani Dilindungi Dewi Keberuntungan
- Analisa Vigo: Menakar Tim yang Tepat untuk Antonio Conte
- Obrolan Vigo: Romantisme Brasil dan Jepang dalam Urusan Sepakbola
Keanehan semakin menjadi-jadi saat Korea Selatan sukses mengalahkan Portugal di fase grup H dengan skor 1-0 berkat gol Park Ji-sung. Di laga tersebut, sang wasit, Angel Sanchez, melayangkan dua kartu merah kepada dua pemain Portugal, Beto dan Joao Pinto.
Peraturan Golden Goal juga menjadi salah satu yang paling kontroversi di turnamen tersebut, tepatnya di babak 16 besar antara Korea Selatan melawan Italia. Golden Goal sendiri adalah sebuah peraturan di mana tim yang mencetak gol pertama kali di babak tambahan waktu akan menjadi pemenangnya, tidak peduli apakah waktu masih tersisa atau tidak.
Di laga tersebut, Italia unggul terlebih dahulu berkat gol Christian Vieri di menit ke-18. Namun, Korea Selatan berhasil menyamakan kedudukan di menit ke-88 lewat Seol Ki-Hyeon, sehingga laga dilanjutkan di babak tambahan waktu.
Berharap laga bisa dilanjutkan ke babak penalti, Italia harus merasakan betapa pedihnya peraturan Golden Goal. Di menit ke-117, tiga menit sebelum laga dilanjutkan ke babak penalti, Ahn Jung-Hwan sukses menjebol gawang Italia yang dijaga oleh Gianluigi Buffon, sehingga Taeguk Warriors keluar sebagai pemenangnya.
Di laga tersebut juga kita bisa menyaksikan wasit yang berat sebelah. Wasit asal Ekuador, Byron Moreno, menjadi musuh masyarakat dunia, dan tentunya Italia, karena keputusan yang ia ambil di laga itu sangat kontroversi.
Korea Selatan tampil sangat beringas dengan melakukan permainan dan tekel keras kepada pemain-pemain Italia. Namun, Moreno tidak memberikan kartu kepada para pemain Korea Selatan.
Francesco Totti diganjar kartu merah oleh Moreno karena melakukan diving, gol Damiano Tommasi dianggap offside, Gianluca Zambrotta kena tekel dua kaki oleh Choi Jin-cheul, dan sikutan Kim Tae-yang ke Alessandro del Piero. Namun, tidak ada satupun tindakan di atas yang berujung kartu merah kepada pemain Korea Selatan.
Setelah 21 tahun lamanya, Byron Moreno akhirnya angkat bicara mengenai laga tersebut. Dilansir dari CGTN, Moreno akui ia melakukan banyak kesalahan di laga tersebut, salah satunya tekel Choi Jin-cheul kepada Zambrotta. Ia mengakui bahwasanya tindakan itu berujung kartu merah, bukan kartu kuning.
Memang, banyak sekali kontroversi yang terjadi di Piala Dunia 2002 termasuk tersingkirnya Spanyol dari Korea Selatan di babak perempat final. Namun, nampaknya kita patut berterima kasih kepada Korea Selatan dan Jepang karena berhasil menjadi negara Asia pertama yang menjadi tuan rumah Piala Dunia.
Scorer of South Korea's golden goal vs Italy in the 2002 World Cup 🤩
The next day, had his contract with Perugia cancelled for 'ruining Italian football' 😳
Happy Birthday, Ahn Jung-hwan! 🥳
— GOAL (@goal) January 27, 2020
Sayangnya, keberhasilan itu terasa hambar dengan kontroversi yang menyelimuti di dalamnya. Presiden Federasi Sepakbola Korea Selatan (KFA) saat itu, Ri Kwang-gun, boleh berbangga hati karena bisa menyelenggarakan dan melihat timnya hingga semifinal.
Namun, ia harus melihat semuanya dengan skala besar. Pasalnya, ia tampak tidak peduli dengan efeknya, di mana Federasi Sepakbola Italia (FIGC) menolak keinginan A.C. Perugia Calcio untuk meminjam pemain Korea Selatan, Jung-hwan, akibat sakit hati yang mereka perbuat.
Selalu update berita bola terbaru seputar sepakbola dunia hanya di Vivagoal.com