Obrolan Vigo: Yoan Gourcuff, Gagalnya Sang Penerus Zidane

Obrolan Vigo: Yoan Gourcuff, Gagalnya Sang Penerus Zidane

Heri Susanto - July 11, 2023
Dibaca Normal dengan Waktu Menit

Vivagoal – Berita Bola – Yoann Gourcuff sempat digadang sebagai the Next Zinedine Zidane. Namun karirnya justru melempem lantaran dirinya tak mampu tampil impresif kala mentas di luar Prancis. Sang pemain pun harus menerima kenyataan pensiun di tim semenjana.

Gourcuff, yang merupakan anak dari mantan pesepakbola Christian Gourcuff memulai karir di Stade Rennes. Rennes merupakan tim yang lumayan sering memberikan porsi pada pemain muda untuk berkembang. Sosok kelahiran 11 Juli 1986 itu pun tak luput mendapat kesempatan yang sama.

Sang pemain sudah memulai debutnya sejak 2004. Ia mentas di klub hingga 2006. Di musim 2005/06, sang pemain mulai bermain reguler. Di musim tersebut, ia sempat sumbangkan 6 gol serta empat assist bagi timnya.

Secara permainan, ia nampak lebih dinamis dan mampu meliak-liuk dengan bebas di atas lapangan. Hal tersebut yang membuatnya menyamai apa yang dibuat oleh Zidane dalam karir sepakbolanya. Selain itu, visi bermainnya juga lumayan jelas hingga tak mengherankan namanya lumayan sering untuk diperbincangkan.


Baca Juga:


Performa impresif darinya mengundang perhatian dari berbagai tim besar Eropa. Gourcuff dipantau berbagai tim besar Eropa macam Valencia, Arsenal hingga Ajax Amsterdam. Sosok yang biasa mentas sebagai pemain nomor 10 pada akhirnya merapat ke AC Milan dengan mahar yang lumayan kompetitif, 4,5 juta Euro.

Dua musim di Italia, ia hanya menjadi cameo dengan membukukan 54 laga dan mendulang tiga gol serta 7 assist. Di masa itu, Milan memang diperkuat berbagai pemain penting macam Kaka, Clarence Seedorf, Gennaro Gatusso hingga Andrea Pirlo. Formasi belah ketupat Milan di bawah Carlo Ancelotti itu memang lumayan sulit ditembus pemain lain, termasuk dirinya.

Meski tak menuai menit bermian mumpuni, sang pemian sempat persembahkan gelar-gelar kontinental bagi klub macam Liga Champions, Piala Super Eropa hingga Piala Dunia Antar Klub. selain kalah bersaing dengan pemain lain, legenda Milan, Paolo Maldini mengklaim jika sang pemain tak adaptif dan hal tersebut yang membuatnya gagal berkembang.

β€œ[Gourcuff] tidak cerdas dalam mengatur dirinya sendiri. Ketika dia bermain di sini, dia tidak ingin membuat dirinya tersedia untuk skuad,” kata Maldini pada L’Equipe pada 2010 lalu. Selain itu, Malndini menilai jika snag pemain enggan belajar Bahasa Italia dan hal tersebut berpengaruh besar dalam karirnya.


Baca Juga:


Meski gagal bersama Milan, dirinya masih mampu kembali dari keterpuruan bersama Girondins Bordeaux. Tim tersebut merupakan tim yang sama seperti yang pernah dibela Zidane sebelum karirnya merekah di Eropa bersama Juventus dan Real Madrid.

Bersama Les Girondins, Gourcuff berperan sentral di musim 2008/09. Ia menjadi motor serangan tim dengan membukukan 12 gol serta 11 assist. Permainannya berkembang di sana. Ada satu konklusi yang bisa ditarik, ia seakan bermain lepas di tim yang kurang diunggulkan sementara kala mentas di tim elit seperti Milan, karirnya justru melempem. Singkatnya, ia tak mampu tampil prima di bawah tekanan.

Mentalitas untuk tak tampil di level tertinggi pada akhirnya membuat Gourcuff tak pernah bisa menyamai apa yang terjadi pada Zidane. Pemain terbaik memang akan selalu hadir dalam kompetisi yang ketat. Kesuksesan yang diraih Zidane, Luis Figo, Lionel Messi hingga Erling Haaland tak pernah hadir dalam ruang kosong.

Ada kerja keras yang didapatkan. Selain itu, masalah kepercayaan diri menjadi sebuah hal yang membuatnya tak mampu menjadi apapun. Hal tersebut sempat disampaikan oleh asisten Laurent Blanc, Jean-Louis Gasset ketika keduanya masih bekejasama di Bordeaux.

β€œYoann memiliki karakter. Ia selalu bicara dan bergairah soal sepakbola. Namun jika dirinya tak mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Ia akan menjadi dirinya sendiri dan tak menghasilkan apapun. Ia seakan kurang percaya diri,” urainya.

Masalah kepercayaan diri pada akhirnya hanya membuat Gourcuff menjadi pemain semenjana. Pasca berbagai gelar di Milan dan Bordeaux. Ia harus menerima kenyataan pahit memperkuat beberapa tim yang kurang bersinar kala itu seperti Lyon, Rennes dan harus akhiri karir di Dijon.

Selalu update berita bola terbaru seputar sepak bola dunia hanya di Vivagoal.com