Site icon Vivagoal.com

Potensi Besar Xabi Alonso Sebagai Pelatih Madrid Berikutnya

Alonso Madrid

VivagoalLa LigaBulan Maret lalu, Xabi Alonso baru saja menyelesaikan musim pertamanya sebagai seorang pelatih. Alonso kala itu tengah menangani tim junior Real Madrid usia 13 tahun.

Tak terlalu buruk, 22 kemenangan serta satu hasil seri dari total 23 pertandingan. Timnya pun berhasil dibawanya menjadi juara Division de Honor saat itu.

“Ini adalah musim pertama saya (sebagai pelatih) dan itu sangat positif,” kata Alonso.

Real Madrid sendiri tampaknya senang dengan keputusan mereka mengakomodasi Alonso sebagai pelatih. Bisa jadi mereka berharap bisa terus mengikatnya hingga Alonso melatih tim senior di masa depan.

Baca Juga: Komentar Miring Legenda Madrid Soal Taktik Zidane

Biasanya memang akan ada rasa khawatir pada pelatih muda yang minim pengalaman saat menangani tim senior. Tapi kasus Alonso berbeda, pihak klub  optimis mantan pemainnya itu bisa berhasil.

Saat masih menjadi seorang pemain, mantan pemain Tim Matador itu dinilai memiliki kecerdasan taktik tinggi, organisasi permainannya sangat baik sebagai deep-lying playmaker, mengontrol permainan tanpa harus menjadi pemain yang licah.

Bahkan bisa dibilang dia merupakan pemain yang karismatik.  Karismanya pun menjadikan Alonso dihormati saat berada di ruang ganti pemain.

Sayangnya Pasca mendapatkan gelar bersama tim muda Real Madrid, Alonso di awal musim 2019/20 lalu memutuskan untuk melanjutkan karir pelatihnya bersama mantan timnya yang lain, yakni Real Sociedad.

Memang Alonso disana hanya akan melatih tim Sociedad B. Bukan tidak mungkin di masa depan Ia bakal naik tingkat ke tim senior.

Potensi besar Xabi Alonso sebagai pelatih itu telah diakui oleh mantan rekannya semasa bermain. Satu diantaranya adalah Luis Garcia.

Ia melihat Xabi memiliki prospek yang cerah sebagai pelatih. Pujian pun tak sungkan untuk Luis lontarkan pada Alonso.

“Kita semua yakin bahwa Xabi Alonso akan menjadi pelatih yang hebat karena ia sudah “melatih” sejak ia masih aktif bermain! Ia duduk di tengah lapangan dan mengarahkan pemain-pemain lainnya.

Baca Juga: Pantaskah Courtois Kawal Gawang Real Madrid?

“Ia bahkan memberi tahu siapa yang harus berlari ke arah mana dan apa yang harus mereka lakukan,” ujar Garcia dilansir Foxsports Asia.

Dalam benaknya, Alonso telah memikirkan secara matang rencana transisinya secara halus untuk menuju babak baru dalam kehidupan sepakbolanya. Tahun 2014 lalu, Alonso secara tiba-tiba meninggalkan Real Madrid, yang tengah berada di puncak sepakbola.

Ia seperti melihat adanya kesempatan bermain untuk seorang Joseph “Pep” Guardiola di Bayern Munich sekaligus “belajar” untuk menjadi seorang pelatih dari Pep.

“Saat saya selesai bermain sebagai pemain, saya tidak bisa begitu saja meninggalkan sepakbola,”ungkap Alonso dilansir The Guardian.

Hal itulah yang juga dilakukan oleh Pep dipengujung karirnya. Entah secara sengaja atau tidak, Ia pindah menuju AS Roma dari Brescia di musim 2002/03 untuk belajar dari allenatore Roma saat itu, Fabio Capello.

Transisi karir sepakbola Alonso ini memang tidak terlalu lama. Setahun pasca pensiun sebagai pemain, Alonso langsung memulai dan menyelesaikan lisensi kepelatihan UEFA nya bersama mantan kolega di Timnas Spanyol seperti Raul, Xavi, Victor Valdes, dan Joan Capdevilla. Saat itu lah Ia menerima tawaran untuk melatih tim junior Madrid U-13.

Bersama Raul di tim U15, Ia menjalani debutnya untuk melatih tim junior Los Blancos. Kesuksesan Alonso dan Raul membuat keduanya mendapat promosi. Raul “naik kelas” ke Real Madrid Castilla. Sementara Xabi Alonso menyebrang menuju tim b Real Sociedad.

Real Madrid secara diam-diam seperti membangun akademi kepelatihan yang melibatkan para mantan pemainnya. Hal itu bisa saja karena mereka lah yang mengerti dan paham bagaimana etos kerja klub bertabur bintang. Harapannya tentu untuk menemukan Zinedine Zidane baru di masa depan.

Baca Juga: Gelandang Juventus Buka Peluang Gabung Real Madrid

Tetapi, tak mudah untuk mempertahankan para mantan pemain mereka itu, kesempatan untuk melatih tim utama tidak pernah benar-benar diberikan. Tahun 2017, Guti Hernandez memenangkan treble bersejarah dengan Real Madrid Juvenil A atau Tim Madrid U-19.

Guti mendapat pujian karena penerapan taktik serta gaya bermain mereka. Bermain umpan panjang, operan cepat, menghentikan transisi menyerang lawan sedini mungkin, serangan bertubi-tubi dari bek sayap, dan memainkan tempo di setengah lapangan.

Saat Zidane memutuskan untuk pergi dari Santiago Bernabeu musim panas 2018 lalu, banyak yang menilai Guti lah yang akan menjadi suksesornya. Tetapi Madrid justru mengangkat Julen Lopetegui, sehingga Guti pun pergi ke Besiktas untuk menjadi asisten pelatih disana.

Meski dinilai lebih baik secara taktik dari Santiago Solari, Ia tak juga mendapat kesempatan saat Lopetegui dipecat dan justru digantikan oleh Solari yang sebelumnya menjadi pelatih Castilla.

Jika hingga waktu yang lama Xabi Alonso tak juga diberikan kesempatan, bukan tidak mungkin Ia benar-benar akan lebih memilih kembali klub lain diluar Madrid. Karena dibandingkan Guti, Ia lebih mendapatkan pengakuan dari klub lain salah satunya adalah Bayern Munich.

Munchen dipastikan bakal menyambut Alonso jika diberikan kesempatan. Bagaimana tidak, CEO Bayern Munich, Karl-Heinz Rummenigge merupakan sosok yang sangat mengidolai Xabi Alonso. Baik sebagai pemain maupun sebagai seorang pelatih potensial. Tanpa ragu Rummenigge pun melontarkan puja-puji nya pada Alonso.

“Dia akan menjadi seorang pelatih yang luar biasa. Xabi memancarkan aura kepemimpinan yang alami. Dia bekerja dengan pelatih-pelatih hebat dan bisa berbicara banyak bahasa. Saya akan senang jika kembali ke Bayern suatu saat nanti,”ujar Rummenigge.

Dari sudut pandang taktikal, sedikit sulit untuk menilai sepenuhnya skema seperti apa yang diterapkan oleh seorang Xabi Alonso saat menjadi pelatih utama nantinya. Saat bersama tim junior Madrid mereka terlalu mendominasi. Sehingga parameter untuk sampelnya terlalu kecil dan tim-tim lain kualitasnya berada di bawah Madrid.

Ketika ditanya mengenai masa depan kepelatihannya setelah membawa Madrid junior juara, Ia tak mau berbicara panjang lebar. Selain itu Alonso juga menunjukan sikap rendah hati dan keterampilannya sebagai seorang pemimpin.

“Pertama, yang menjadi bintang disini adalah mereka para pemain. Mereka lah yang pantas mendapatkannya. Mereka yang bertarung di dalam lapangan, merasakan penderitaan, dan membuat kita semua menikmatinya. Ini menjadi musim yang luar biasa,”katanya.

Ia pun menambahkan anak-anak didiknya saat itu sudah cukup matang. Banyak hal yang mereka pelajari untuk menjadi bahan evaluasi dan perbaikan di masa yang akan datang.

“Saya percaya anak-anak sudah sangat dewasa. Mereka banyak belajar banyak hal pada tahap ini, itulah yang menjadi penting,”tambanya.

Xabi Alonso memang menjadi salah satu mantan pemain Madrid yang paling dikenang oleh para Madridista. Kontribusi paling nyata adalah saat Alonso menjadi bagian dari kesuksesan Madrid merengkuh La Decima. Walaupun bukan sekarang, tetapi Ia sangat memiliki potensi untuk membangun dinasti kesuksesannya sendiri di Madrid sebagai pelatih.

Selalu update berita bola terbaru seputar La Liga hanya di Vivagoal.com

Exit mobile version