5 Fakta Klub Anti Mainstream yang Menuai Perhatian
- St Pauli
St Pauli merupakan tim yang berasal dari Hamburg. Jika Hamburg SV merupakan tim yang didominasi oleh para kelas menengah ke atas, Pauli adalah representatif dari kaum marjinal dan berbagai komunitas yang terpinggirkan.
Mereka memiliki logo Jolly Rodgers sebagai simbol klub kedua. Pauli memiliki fans perempuan terbesar di Jerman dan aktif melawan rasisme, homophobi serta perilaku seksis. Tak ada tempat untuk mereka yang memandang rendah perbedaan di sana. Selain itu, para fans juga bahu membahu melakukan pendanaan untuk membuat klub tetap ada.
Status sebagai tim yang sudah dikultuskan “dari fans untuk fans” merupakan sebuah anomali di tengah sepakbola modern. Di Indonesia, bahkan St Pauli sudah menjadi kultur pop lantaran banyak t-shirt mereka yang berseliweran di berbagai lokasi berbau sepakbola.
- Millwall
Tim asal London secara prestasi tak memiliki prestasi yang berarti lantaran mereka kerap berkubang di divisi bawah. Satu-satunya masih lekat dari ingatan kala mereka main di final Piala FA 2004. Kala itu tim masih diperkuat Tim Cahill dan kalah dari United di fase akhir.
Kultur Millwall sebagai klub memang medioker. Namun fans mereka terkenal lumayan beringas dan siap menerkam siapapun tim yang berusa dengan mereka. Menurut football rivary census yang dirilis pada 2012 lalu, mereka memiliki 92 rival di kompetisi domestik. Fans mereka bahkan tak segan melakukan aksi hooliganisme yang berdampak pada buruknya citra klub.
Millwall wypisane na twarzy pic.twitter.com/GEn7SAXjhN
— Futbolowa Rebelia (@FutbolRebelia) November 1, 2022
Millwall merupakan kultur pop yang kerap diangkat melalui berbagai film. Kisah para supporternya bisa dibaca dengan jelas di beberapa film macam Green Street Hooligans, Football Factory hingga the Firm. Wabah hooligansime Millwall bahkan masuk ke Indonesia. Jika anda menemui seseorang menggunakan t-shirt bertuliskan “No One Like Us We Don’t Care”, bisa dipastikan mereka menyukai Millwall.
- Athletic Bilbao
Dibanding semua tim yang tersemat dalam daftar, Bilbao merupakan tim yang lumayan berprestasi. Mereka saat ini berstatus sebagai pengepul terbanyak kedua Copa del Rey dengan koleksi 23 gelar. Selain itu, Los Leones juga menjadi salah satu tim LaLiga yang belum pernah terdegradasi ke divisi dua.
Jika banyak tim sepakbola yang menumpukan prestasi pada pemain asing, Bilbao seakan mempersetankan hal tersebut. Mereka banyak menetaskan bibit-bibit hebat dari tim akademi bernilai jual tinggi. Hanya ada pemain asli serta memiliki darah Basque atau mereka yang sudah menetap lama di sana yang boleh bermain untuk Bilbao.
Andai ada sensus soal tim sepakbola mana yang masih menjaga kemurnian serta kultur mereka secara lekat, hal tersbeut mungkin bakal jatuh ke tangan Bilbao.
Baca Juga:
- Obrolan Vigo: Brazil, Tim yang Layak Disegani di Piala Dunia 2022
- Obrolan Vigo Stephan El Shaarawy, Wonderkid yang Medioker
- Obrolan Vigo: Napoli yang Tak Lagi Jadi Kuda Hitam
- Obrolan Vigo: Manchester City Tak Punya Tempat untuk Pemain Akademinya
- FC United of Manchester
Mosi tidak percaya yang ditunjukan sebagian fans Manchester United jika keluarga Glazer bakal menimbulkan kekacauan di Manchester United langsung direspon oleh fans United. Melalui swadaya fans, klub baru bernama FC United of Manchester resmi dibangun pada 2005.
Saat ini, mereka main di divisi 9 dalam piramida sepakbola Inggris. Fans memiliki kuasa penuh atas tim ini dalam hal pendanaan. Mereka mampu lolos ke putaran kedua Piala FA pada 2011 lalu. Menunggu FCUM mentas di Premier League mungkin akan sangat lama terjadi. Namun mendukung tim dan melihat perkembangan mereka setiap langkah pertumbuhannya bisa menjadi kenikmatan tersendiri, bagi fans United yang ingin berubah haluan dan anti Glazer.
- Livorno
Status sebagai salah satu klub paling politis di Italia masih melekat pada Livorno. Sejak awal dibangun sampai sekarang, mereka masih memegang teguh nilai-nilai marxisme dan paham pemikiran kiri yang kental sampai saat ini.
Bendera Che-Guevara, sikap anti fasis serta dukungan kepada Palestina pernah mereka suarakan kala tim bertanding. Bahkan, mantan pemain mereka, Christian Lucarelli pernah menujukan baju bergambar Guevara kala membela Timnas Italia U-21 yang membuatnya mendapat sanksi tak bisa membela Timnas Italia di kemudian hari.
Livorno adalah gambaran kuat bagaimana sepakbola bisa dijadikan alat untuk meredam kapitalisme yang tengah menjalar dengan memegang teguh idealisme klub dalam berbagai situasi.
Selalu update berita bola terbaru seputar sepak bola dunia hanya di Vivagoal.com