Site icon Vivagoal.com

5 Fakta Matthijs de Ligt, Bek Tangguh Asal Belanda

Vivagoal5 Fakta – Musim 2018/19 menjadi titik balik bagi Matthijs de Ligt. Pemain kelahiran Leiderdorp, Belanda tersebut jadi pembicaraan banyak orang berkat penampilan apiknya sepanjang musim.

Sebelumnya tak banyak orang mengetahui sepak terjang bek kelahiran 1999 itu. Publik baru tersadar akan kehabatannya kala Ajax Amsterdam manggung di Liga Champions. Bahkan kapten Ajax itu mampu menembus semifinal UCL mengalahkan tim-tim raksasa macam Juventus dan Real Madrid.

Selain itu De Ligt pun mampu membawa tim asal Amsterdam itu menjadi kampiun Eredivise 2018/19. Mereka mampu menjadi juara dengan meraih 28 kemenangan dan empat kali kalah dengan menjadi tim paling subur dengan torehan 119 gol sepanjang musim.

Berposisi asli sebagai bek tengah, De Ligt bagaikan tembok kokoh di lini belakang.  Berkatnya, Ajax hanya kebobolan 32 kali sepanjang musim bergulir. Menjadi tim kedua yang paling sedikit kebobolan setelah PSV Eindhoven.

Baca Juga : Rahasia Rashford yang Selalu Jadi Pilihan Utama 

Punya postur ideal sebagai seorang bek,  serta kepandaiannya membaca permainan, banyak klub yang berebut mendapatkannya di  bursa transfer musim panas 2019. Selengkapnya Vivagoal telah merangkum 5 Fakta tentang Matthijs de Ligt yang mungkin tak banyak diketahui.

1. Pemain Termuda yang Manggung di Final Liga Europa dan Cetak Gol di Laga Debut

Matthijs de Ligt yang besar dan tumbuh bersama Ajax Amsterdam melakukan debut bersama tim utama Ajax pada 21 September 2016 melawan Willem II. Di laga debutnya itu, De Ligt bahkan mampu menyumbang gol setelah bermain selama 25 menit dengan memanfaatkan sepak pojok.

Berkat golnya itu, De Ligt menjadi pencetak gol termuda kedua Ajax Amsterdam. Diposisi pertama ada  Clerence Seedorf yang memgegang rekor sebagai pencetak gol termuda sepanjang sejarah Ajax.

Selain itu, De Ligt pun mampu menjadi pemain termuda yang manggung di Final Liga Eropa. Tepatnya pada 24 Mei 2017, kala umurnya baru 17 tahun 285 hari De Ligt sudah dipercayai mengawal lini pertahanan Ajax saat bersua dengan Manchester United.

Baca Juga : Tembok Pertahanan Asal Tengah dan Selatan Italia

Kala itu pelatih Ajax, Peter Bosz mempercayai  De Ligt untuk menjadi starter di laga yang digelar di The Friends Arena, Prague, Republik Ceko melawan MU. Namun sayang kala itu De Joden harus mengakui keunggulan Setan Merah berkat gol dari Paul Pogba dan Mkhitaryan.

2. Tak Pernah Mandapat Kartu Merah

Berposisi asli sebagai bek tengah, sudah sepatutnya De Ligt  berduel dengen para penyerang lawan. Meski demikian De Ligt tak pernah bermain keras apalagi kasar. Hal itu terlihat dari catatan kartu yang dimiliki sang pemain.

Sepanjang karier profesinalnya, De Ligt tak pernah sekalipun mendapatkan kartu merah. Dari 77 penampilannya bersama tim ibu kota terebut, sang pemain hanya mengoleksi sembilan kartu kuning.

Catatan tersebut membuktikan selama mengawal pertahanan Ajax, De Ligt mampu menunjukan ketenangannya meski masih berusia masih sangat muda. Kemampuannya dalam berduel serta membaca permainan membuat De Ligt dengan mudah memenangi duel tanpa melakukan pelanggaran.

Berkat ketenangannya itu pula, De Ligt dipercaya memegang ban kapten sejak Maret 2018 silam. Selain itu De Ligt pun selalu dipercaya untuk menjadi starting eleven di setiap laga Ajax baik kandang maupun tandang.

3. Punya Nilai Jual Lebih dari 1 Triliun Rupiah

Berkat kepiawan dan konsistensi permainannya, perlahan namun pasti De Ligt menjelma menjadi salah satu bek terbaik dunia. Begitu pula dengan nilai pasarnya yang lambat laun meningkatnya tingkat kematangan sang pemain.

Dilansir transfermarket, De Ligt saat ini mempunyai nilai jual sebesar 75 juta Euro atau setara dengan 1,17 Triliun rupiah. Nilai pasarannya  hanya kalah dari Virgil van Dijk dari Liverpool yang menyandang predikat bek termahal dunia dengan nilai pasar 100 juta Euro.

Selain itu, iapun menjadi pemain termahal di Ajax dan Eredivise dan berada di peringkat ke-35 dalam urutan pemain termahal dunia. Karenanya tak berlebihan jika banyak pihak yang menilai De Ligt punya masa depan cerah andai bisa memperthankan permainannya.

4. Empat Kali Jadi Kampiun

Merumput bersama Ajax sedari muda tak membuat De Ligt sepi gelar. Sejak membela tim muda Ajax, De Ligt rutin menyumbang trofi bagi klubnya itu. Tercatat, De Ligt sudah empat kali menjadi jawara baik bersama Ajax U19 ataupun tim utama Ajax.

Pada tahun 2015 dan 2016 De Ligt sukses menyumbang trofi Piala U-19 Belanda. Hal ini pulalah yang membuat pelatih Ajax kala itu meliriknya dan mempromosikannya ke tim utama Ajax.

Membela de Godenzonen sejak 2016 silam, De Ligt baru bisa memanen kerja kerasnya di tim utama pada musim 2018/19 lalu. Dipercaya menjadi kapten musim lalu, De Ligt bahkan langsung menyumbang dua trofi sekaligus di akhir musim.

Baca Juga : Son Heung Min, Senjata Rahasia Tottenham Hotspurs

Selain berhasil memenangi Eredivise, De Ligt bersama rekan-rekannya juga sukses menggondol piala Dutch Cup.  Bertanding di De Kuip, Rotterdam Ajax mampu menang telak di partai final dengan skor 4-0.

5. Bek Pertama yang Menangi Golden Boy Award

Matthijs de Ligt sukses memenangi Golden Boy Award pada 2018 silam. Atas keberhasilannya itu De Light tercatat menjadi bek pertama yang bisa memenangkan penghargaan bergengsi tersebut.

Sejak pertama digelar tahun 2003, pemenang Golden Boy Award selalu dimenangi oleh pemain yang berposisi sebagai striker atau playmaker. Berdasarkan catatan Football Italia, ada 8 gelandang dan 7 striker yang sudah memenangkanya.

De Ligt  keluar sebagai pemenang setelah nggul atas empat nama lainnya, seperti Justin Kluivert di AS Roma, Vinicius Junior dari Real Madrid, Penyerang AC Milan Patrick Cutrone dan bek Liverpool Trent Alexander-Arnold.

Baca Juga : Jadi Kiper Terbaik Dunia, Tanti Aguri Buffon

Golden Boy Award ini sendiri diadakan oleh media asal Italia, Tuttosport yang mengapresiasi pemain Eropa terbaik dibawah 21 tahun lalu. Dimana sebelumnya Kylian Mbappe menjadi pemenang pengahargaan ini.

Selalu update berita bola terbaru seputar 5 Fakta hanya di Vivagoal.com

Exit mobile version