Vivagoal – Berita Bola – Luton Town mampu merajut mimpi dengan tampil di Premier League untuk musim 2023/24. Mereka seakan membuktikan jika tak ada yang mustahil dalam hidup melalui perjuangan dan bukukan catatan penting dalam Sejarah sepakbola mereka.
Nama Luton mungkin akan terdengar asing dengan berbagai tim tradisional Inggris lain macam AFC Wimbeldon, Charlton Athletic, Bolton Wanderers atau Middlesbrough. Berbagai tim yang disebut di atas sempat malang melintang di kasta atas sepakbola Inggris meski sampai saat ini mereka gagal mendulang hal serupa.
Sementara Luton, dalam sejarah sepakbolanya hanya berkutat di tier-tier bawah. Mereka belum pernah main di era Premier League. Mereka harus terdegradasi semusim sebelum PL dihelat. The Hatters, sebutan mereka, sudah lebih dari 30 tahun tak bermain di top flight. Bahkan, lima musim lalu, mereka ada di kasta empat sepakbola Inggris!
Namun peruntungan tim di musim lalu lumayan berubah. Di bawah arahan Nathan Jones dan kemudian Rob Edward yang menggantikan nama pertama pasca menerima pinangan Southampton pada November lalu, performa Carlton Morris dan kolega terbilang lumayan prima.
Baca Juga:
- Analisa Vigo: Kings League, Alternatif Dari Gerard Pique Bagi Kalian yang Bosan Dengan Sepakbola
- Analisa Vigo: Jude Bellingham adalah Dimensi Baru Bagi Real Madrid!
- Analisa Vigo: Menakar Kemungkinan Posisi Joao Cancelo di Barcelona
- Analisa Vigo: Juan Mata, Pahlwan Dalam Bayangan Chelsea di Liga Champions 2012
Di Champioship, mereka mampu finish di urutan tiga klasemen akhir dengan koleksi 80 poin dari 46 laga yang dimainkan. Posisi mereka ada di bawah dua tim teratas, Burnley dan Sheffield United. Posisi tersebut mewajibkan mereka memainkan laga play-off guna memperebutkan satu tiket tersisa untuk mentas di top flight.
Di fase play-off, mereka bersua dengan Sunderland. The Black Cats sukses mereka hempaskan dengan agregat 3-2. Sementara itu di final play-off yang dimainkan di Wembley akhir Mei lalu, mereka menumbangkan Coventry melalui drama adu penalti dengan skor akhir 6-5 pasca skor imbang 1-1 bertahan di waktu normal. Mereka pun memastikan diri lolos untuk kali pertama ke Premier League.
Saat ini, satu laga sudah dimainkan oleh tim besutan Rob Edwards melawan Brighton, 12 Agustus lalu. Mereka harus keok dengan skor 4-1. Laga melawan Burnley di kandang mereka sendiri, Kenilworth Road harus ditunda lantaran stadion belum dinyatakan siap menggelar laga. Guna merayakan keberhasilan Luton promosi, Vivagoal sudah merangkum 5 fakta menarik soal the Hatters. Apa saja? Berikut daftarnya.
- Memenangi Piala Liga
Luton boleh dibilang sebagai tim yoyo yang kerap turun naik divisi setiap tahunnya. Mereka pernah main di non league, prestasi terburuk yang ditorehkan tim. Berbagai gelar tier bawah sempat diraih. Namun pada akhir 80an, mereka pernah membukukan catatan penting.
Di musim 1987/88, mereka sempat tampil prima di ajang Piala Liga. The Hatters suskes mengalahkan berbagai lawan macam Wigan Athletic, Coventry City, Ipswich Town, Bradford, Oxford United hingga menuntaskan perlawanan Arsenal di final dengan skor 3-2. Gelar tersebut merupakan silverware terpenting yang mereka rengkuh.
◉2009: Relegated to non-league
◉2014: Promoted to League 2
◉2018: Promoted to League 1
◉2019: Promoted to Championship
◉2023: Promoted to Premier LeagueLuton Town, mad as a hatter. 🎩 pic.twitter.com/0eUlEXyrVx
— Squawka (@Squawka) May 27, 2023
Musim selanjutnya, mereka sempat melaju hingga babak final. Namun dewi fortuna lebih berpihak kepada Nottingham Forest yang kala itu masih dilatih Brian Clough. The Garibaldi sukses menang dengan agregat 2-1 dalam dua leg yang dimainkan.
- Kota Produsen Topi
Julukan the Hatters datang bukannya tanpa sebab. Sejak abad ke-17, Luton dikenal sebagai salah satu kota Industri Inggris yang memproduksi topi. Hal tersebut berjalan hingga medio 2000an. Produksi topi dari Luton didistribusikan ke berbagai penjuru Inggris.
Bahkan sejak awal berdirinya tim di akhir abad 18, banyak pemain mereka yang berasal dari industri topi Jerami yang memang lumayan kesohor di kota itu. Sebagai bentuk apresiasi terhadap sentra topi, logo klub pun menyematkan penutup kepala itu hadir di dada kiri para pemain.
- Dimiliki Supporter
Skema klub yang dimiliki oleh fans mungkin lazim terjadi di Jerman. Bundesliga memang mewajibkan fans memiliki kontrol atas klubnya dengan skema 50+1. Artinya, selain berbagai klub BUMN dan RB Leipzig, investor hanya boleh tanamkan 49 persen saham di klub.
Di Inggris, fenomena tim yang dimiliki fans sempat terjadi dalam wujud FC United of Manchester. Klub baru yang hadir lantaran menentang rezim Keluarga Glazer di Manchester United. Luton pun tak ketiggalan. Sejak 2014, fans sudah mengakuisisi klub.
Mereka memiliki hak untuk memberikan veto terhadap klub mulai dari nama panggilan, warna hingga mascot klub. Luton Town Supporters’ Trust, kelompok fans yang menangungi klub saat ini masih berada di jajaran direksi.
Baca Juga:
- 5 Fakta Penjualan Termahal Benfica
- 5 Pemain dengan Gaji Termahal LaLiga
- 5 Fakta Wonderkid Tersukses Football Manager
- 5 Fakta Pemain dan Pelatih yang Pernah Menjuarai Liga Champions
- Minim Belanja
Dibanding tim-tim Inggris lain, Luton menjadi tim yang lumayan irit dalam urusan belanja pemain. The Hatters baru mengucurkan 20 juta paun untuk membeli pemain-pemain baru. Angka tersebut hanya unggul dibanding beberapa tim seperti Crystal Palace (17 juta paun) dan Everton (12 Juta)
Angka tersebut kurang dari sepertiga yang dikeluarkan Bunrley guna memperkuat komposisi tim besutan Vincent Kompany. Untuk pemain yang baru didatangkan, hanya Ryan Giles dan Tahith Chong yang punya harga premium. Keduanya bahkan hadir di bawah valuasi 10 juta paun.
- Punya Stadion Terkecil di Premier League
Selain mencatatkan sejarah sebagai tim debutan di Premier League, di kasta serupa, Luton juga catatakan status sebagai tim dengan kapasitas terendah di tier atas Inggrris. Kandang mereka, Kenilworth Road yang terletak di Bedfordshire hanya memiliki kapastias 10,356 tempat duduk. Bahkan akses masuk Stadion pun melewati rumah warga sekitar dan jauh dari jalan besar.
Angka tersebut membuat mereka kalah dari Vitality Stadium milik Bournemouth yang punya kapastias 1000 penonton lebih banyak. Namun stadion Luton masih belum bisa digunakan lantaran belum sesuai dengan standar yang ditetapkan Liga. Laga melawan Burnley pun harus ditunda dan hal itu sudah disampaikan oleh Direktur Luton, Gary Sweet.
Surprisingly good progress at Kenilworth road.
— Jamie McGowan (@JamMcGowan) August 18, 2023
“Keputusan untuk menunda pertandingan ini sangat disesalkan, terutama mengingat kemajuan luar biasa yang terus dibuat pada pekerjaan konstruksi kami,” katanya pada situs resmmi klub.
“Program kami saat ini memang tepat waktu, tetapi tidak ada kemungkinan tambahan. Oleh karena itu, kami tidak dapat memberikan jaminan kuat pada tahap ini jika masalah di luar kendali kami, betapapun kecilnya, tidak akan memaksa penundaan lebih jauh dan menyusahkan suporter kedua klub,” katanya.
Selalu update berita bola terbaru seputar sepak bola dunia hanya di Vivagoal.com