5 Fakta Pesepakbola Top yang Gagal Saat Menjadi Pelatih

5 Fakta Pesepakbola Top yang Gagal Saat Menjadi Pelatih

Heri Susanto - August 12, 2021
Dibaca Normal dengan Waktu Menit
  1. Diego Maradona

Tidak ada yang perlu meragukan Maradona sebagai pesepakbola hebat. Karir manisnya di Napoli membuatnya dielu—elukan bak Dewa oleh masyarakat Naples. Secara harfiah, ia mampu sendirian mengangkat performa tim dan persembahkan dua gelar Serie A, Satu Piala UEFA, Coppa Italia dan Piala Super Italia. Dua gelar yang disebut pertama bahkan tak pernah kembali dirasakan Napoli sampai hari ini. Bahkan pasca dirinya hengkang, nomor 10 resmi dipensiunkan Napoli.

Namun kala menjadi pelatih, Maradona berubah menjadi medioker. Sisa-sisa kejayaannya sebagai pemain hampir sama sekali tak terlihat. Ia banyak melatih tim gurem di Argentina. Satu-satunya pencapaian terbaik yang ia lakukan adalah menangani Timnas Argentina dan mencapai babak quarter final di Piala Dunia 2010 lalu.

Setelahnya, ia kembali melatih tim-tim medioker di Timur Tengah, Meksiko dan Argentina. Ia belum pernah mendulang satu pun gelar dalam karir manajerialnya.

  1. Sir Bobby Charlton

Bobby Charlton adalah sosok yang selamat dari kecelakaan pesawat Manchester United pada 1956 silam yang menewaskan hampir sebagian besar skuat United kala itu. Pasca insiden pilu, Charlton, yang kala itu masih belia mendapatkan status sebagai pemain utama dan mampu mempersembahkan gelimang prestasi bagi Setan Merah.

Sebagai pemain, ia sukses mempersembahkan tiga gelar division one bagi United, satu Piala FA dan satu Europa League plus Piala Dunia 1966 bersama Timnas Inggris. Pasca United ia masih bermain untuk Preston North End dan berbagai tim asal Australia.

Di Preston, Charlton memulai peran sebagai player-manajer, ia gagal membawa timnya lolos dari jerat degradasi dan meninggalkan tim pasca berselisih paham dengan direksi. Pasca karir singatnya, ia banyak habiskan waktu sebagai direksi Wigan Athletic pada 1983 dan menjadi dewan Manchester United.


Baca Juga:


  1. Jurgen Klinsmann

Tak ada yang meragukan ketajaman Jurgen Klinsmann sebagai penyerang. Di medio 80 hingga 90an, reputasinya sebagai mesin gol terlihat. Dari tahun 1981 hingga 1997, rataan golnya selalu stabil. Ia juga sukses persembahkan berbagai gelar macam Piala Super Italia dan UEFA Cup bagi Inter Milan serta satu gelar Bundesliga dan Piala UEFA bagi Bayern.

Pasca pensiun sebagai pemain, Klinsmann mendapatkan tugas melatih Timnas Jerman menggantikan Rudi Voller yang babak belur di Euro 2004 lalu. Ia sempat merestorasi skuat Jerman yang menuai dengan rangkaian pemain muda. Namun di Piala Dunia 2006 yang dihelat di rumah sendiri, Jerman hanya menjadi juara tiga turnamen. Setelahnya, ia menolak perpanjangan kontrak dan posisinya digantikan Joachim Loew.

Klinsi sempat menangai Bayern Munich dan Timnas Amerika Serikat. Ia gagal bersinar. Amerika Serikat pun gagal menjadi juara Piala CONCACAF dan Piala Emas pasca hanya menempati posisi runner up di tahun 2011 dan 2015 lalu. Ia sempat menukangi Hertha Berlin. Namun ia hanya 10 laga menangani tim asal Ibu Kota pada 2019 lalu.