Site icon Vivagoal.com

5 Fakta Pesepakbola Top yang Gagal Saat Menjadi Pelatih

5 Fakta Pesepakbola Top yang Gagal Saat Menjadi Pelatih

Vivagoal Berita Bola – Banyak pesepakbola yang memutuskan menjadi pelatih pasca gantung sepatu sebagai pemain. Namun nyatanya, tak jarang dari mereka yang gagal kala menjadi juru taktik di pinggir lapangan.

Meneruskan tongkat estafet sebagai pelatih dan mentransformasikan intelejensi kepada tim yang dilatih pasca selesai menjadi pemain adalah pilihan terbaik. Nama-nama macam Pep Guardiola, Luis Enrique, Carlo Ancelotti hinga Antonio Conte menjadi sosok yang mengecap kesuksesan kala menjadi pemain dan pelatih.

Nama-nama yang disebut di atas memiliki filosofi permainan masing-masing. Pep dan Enrique menurunkan filosofi tiki-taka dan Barcelona yang tetap dibawa kemanapun mereka melatih. Sementara Ancelotti sangat paham dengan karakter pertahanan kokoh serta mentreatment pemain dengan baik. Pun demikian dengan Antonio Conte yang kembali menyegarkan sepakbola dengan skema tiga fullback yang kidung ia pertahankan.

Tak sedikit pula beberapa nama yang gagal kala bermain menuai sukses menjadi pelatih. Jose Mourinho, Julian Nagelsmann hingga Jurgen Klopp adalah sosok-sosok medioker kala menjadi pemain. Namun mereka sukses buktikan diri dengan menjadi manajer yang diperhitungkan kala menukangi sebuah tim. Tak jarang, rentetan prestasi pun sukses diraih ketiganya bersama klub-klub masing-masing.


Baca Juga:


Menjadi pelatih pasca pensiun sebagai sejatinya merupakan pekerjaan yang lumayan rumit serta menguras otak. Bahkan, beberapa waktu lalu, Toni Kroos, yang sukses menangi berbagai gelar bergengsi dalam karirnya enggan berkarir sebagai pelatih pasca pensiun nanti. Kroos bukannya takut menjejal karir manajerial. Namun ada faktor lain yang membuatnya malas melatih sebuah kesebelasan

“Saya tidak mau merasakan stresnya bepergian, menghabiskan separuh hidup saya di hotel dan jauh dari keluarga. Saya tidak mau itu lagi,” kata Kroos kepada Magenta TV seperti dilansir Marca.

Namun, ada beberapa pemain top yang menjejal karir sebagai pelatih. Mereka terbilang gagal menuai prestasi seperti kala masih bermain di lapangan. Sejatinya, ada banyak nama top yang gagal. Namun Vivagoal memilih lima nama untuk diulas lebih lanjut. Siapa saja? Berikut daftarnya.

  1. Diego Maradona

Tidak ada yang perlu meragukan Maradona sebagai pesepakbola hebat. Karir manisnya di Napoli membuatnya dielu—elukan bak Dewa oleh masyarakat Naples. Secara harfiah, ia mampu sendirian mengangkat performa tim dan persembahkan dua gelar Serie A, Satu Piala UEFA, Coppa Italia dan Piala Super Italia. Dua gelar yang disebut pertama bahkan tak pernah kembali dirasakan Napoli sampai hari ini. Bahkan pasca dirinya hengkang, nomor 10 resmi dipensiunkan Napoli.

Namun kala menjadi pelatih, Maradona berubah menjadi medioker. Sisa-sisa kejayaannya sebagai pemain hampir sama sekali tak terlihat. Ia banyak melatih tim gurem di Argentina. Satu-satunya pencapaian terbaik yang ia lakukan adalah menangani Timnas Argentina dan mencapai babak quarter final di Piala Dunia 2010 lalu.

Setelahnya, ia kembali melatih tim-tim medioker di Timur Tengah, Meksiko dan Argentina. Ia belum pernah mendulang satu pun gelar dalam karir manajerialnya.

  1. Sir Bobby Charlton

Bobby Charlton adalah sosok yang selamat dari kecelakaan pesawat Manchester United pada 1956 silam yang menewaskan hampir sebagian besar skuat United kala itu. Pasca insiden pilu, Charlton, yang kala itu masih belia mendapatkan status sebagai pemain utama dan mampu mempersembahkan gelimang prestasi bagi Setan Merah.

Sebagai pemain, ia sukses mempersembahkan tiga gelar division one bagi United, satu Piala FA dan satu Europa League plus Piala Dunia 1966 bersama Timnas Inggris. Pasca United ia masih bermain untuk Preston North End dan berbagai tim asal Australia.

Di Preston, Charlton memulai peran sebagai player-manajer, ia gagal membawa timnya lolos dari jerat degradasi dan meninggalkan tim pasca berselisih paham dengan direksi. Pasca karir singatnya, ia banyak habiskan waktu sebagai direksi Wigan Athletic pada 1983 dan menjadi dewan Manchester United.


Baca Juga:


  1. Jurgen Klinsmann

Tak ada yang meragukan ketajaman Jurgen Klinsmann sebagai penyerang. Di medio 80 hingga 90an, reputasinya sebagai mesin gol terlihat. Dari tahun 1981 hingga 1997, rataan golnya selalu stabil. Ia juga sukses persembahkan berbagai gelar macam Piala Super Italia dan UEFA Cup bagi Inter Milan serta satu gelar Bundesliga dan Piala UEFA bagi Bayern.

Pasca pensiun sebagai pemain, Klinsmann mendapatkan tugas melatih Timnas Jerman menggantikan Rudi Voller yang babak belur di Euro 2004 lalu. Ia sempat merestorasi skuat Jerman yang menuai dengan rangkaian pemain muda. Namun di Piala Dunia 2006 yang dihelat di rumah sendiri, Jerman hanya menjadi juara tiga turnamen. Setelahnya, ia menolak perpanjangan kontrak dan posisinya digantikan Joachim Loew.

Klinsi sempat menangai Bayern Munich dan Timnas Amerika Serikat. Ia gagal bersinar. Amerika Serikat pun gagal menjadi juara Piala CONCACAF dan Piala Emas pasca hanya menempati posisi runner up di tahun 2011 dan 2015 lalu. Ia sempat menukangi Hertha Berlin. Namun ia hanya 10 laga menangani tim asal Ibu Kota pada 2019 lalu.

  1. Tony Adams

Tony Adams merupakan sosok one man club yang lumayan disegani. Semasa membela Arsenal pada rentang waktu 1983-2002. Ia dikenal sebagai tukang jagal yang anti kompromi. Adams juga terkenal piawai membuat jebakan offside bagi lawan-lawannya.

Di Arsenal, ia sukses membawa klub mendulang empat juara Liga, tiga Piala Fa, sepasang Piala Liga dan menjuarai Piala Winners di thaun 1993 silam.  Namanya juga masuk dalam English football hall of fame pada 2004 silam.

Namun karir manajerial Adams jauh panggang dari api. Ia hanya menangani beberpaa tim gurem macam Wycombe Wanderers, Portsmouh, Gabala FC hingga Granada. Unitknya ita hanya melatih semusim penih bersama Wycombe dan Gabala, sisanya ia hanya melatih beberapa bulan tanpa meraih prestasi yang signifikan.

  1. Garry Neville

Gary Neville merupakan salah satu pemain jebolan Class of ’92 bersama Ryan Giggs, Paul Scholes, Phill Neville, David Beckham hingga Nicky Butt. Nama-nama tersebut langsung mendapat kesemaptan menjejal tim utama. Bersama Giggs dan Scholes, Gary menjadi sosok One Man Club bagi tim.

Ia menuai lebih dari 400 laga sejak debut bersama United pada 1992 dan pensiun di tahun 2008. Berbagai prestasi pernah ia raih termasuk 8 gelar Premier League dan sepasang Liga Champions bersama United. Namanya begitu harum di kalangan fans United.

Ia pernah menuai salah satu blunder terparah dalam hidup tatkala menerima pinangan Valencia. Neville yang sama sekali tak pernah mentas di Spanyol dan buta akan sepakbola Negeri Matador menerima pinangan Los Che pada 2015. Ia meletakkan jabatan sebagai asisten pelatih Timnas Inggris yang sudah diembannya sejak 2012.

Bersama Valencia, ia memainkan 28 laga di lintas kompetisi dari 2 Desember 2015 hingga 30 Maret 2016. Ia mencatatkan 10 kemenangan 7 seri dan 11 kekalahan. Rasio kemenangannya ada di angka 35 persen. Setelahnya, ia dipecat dan kini jalani karir sebagai pundit di Sky Sport bersama mantan rivalnya dulu, Jammie Carragher.

Selalu update berita bola terbaru seputar sepak bola dunia hanya di Vivagoal.com

 

Exit mobile version