Site icon Vivagoal.com

5 Fakta Soeratin Sostrosoegondo, Sang Pendiri PSSI

Soeratin Sosrosoegondo

Vivagoal 5 Fakta – Sebagai pecinta sepakbola Nasional, nama Soeratin Sostrosoegondo pasti sudah tak asing lagi. Menjadi nama turnamen sepakbola kuota umur, siapa Soeratin sebenarnya?

Dahulu kala, Soeratin merupakan seorang terpandang pada masa pendudukan Belanda. Bisa dibilang Soeratin berasal dari kalangan ningrat yang bisa duduk sejajar dengan para Tuan, Nyonya dan Sinyo Belanda.

Di era tersebut, Soeratin pernah mengenyam pendidikan Tinggi Teknik di Jerman dan berhasil mencapai gelar insinyur.  Sepulangnya ke tanah air dia bahkan sempat bekerja di perusahaan milik Belanda.

Punya  jiwa nasionalisme yang tinggi, Soeratin meninggalkan semua jabatannya demi sepakbola Indonesia. Kala itu Soeratin memilih melakukan perjuangan lewat si kulit sepakbola.

Bagaimana perjuangan Soeratin untuk sepakbola Indonesia? Vivagoal kali ini merangkum 5 fakta soal Soeratin Sosrosoegondo, sang pendiri PSSI. Berikut daftarnya:

1.Sepak Bola Sebagai Perjuangan

Soratin Sosrosoegondo layaknya pantas disebut sebagai bapak sepakbola Indonesia. Tanpanya, mungkin sepakbola tanah air tak akan seperti hari ini.  Pria kelahiran Yogyakarta 1898 tersebut menggunakan sepakbola sebagai jalan perjuangan untuk merebut kemerdekaan Indonesia.

Soeratin mencoba mematangkan gagasan perlawanannya tersebut dengan membentuk organisasi sepakbola nasional. Meski harus dilakukan secara diam-diam dan diawasi ketat oleh Polisi Belanda kala itu, Soeratin mulai mengadakan banyak pertemuan dengan tokoh-tokoh sepakbola nasional.

Ia kerap berpindah-pindah kota untuk menggalang dukungan berdirinya organisasi sepakbola nasional. Ia berpindah dari Solo, Yogyakarta, Bandung dan Jakarta untuk mematangkan konsep berdirinya organisasi sepakbola di Indonesia.

2.Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia

Tepatnya 19 April 1930, Soeratin bersama para tokoh sepakbola nasional berkumpul  di Yogyakarta  untuk mendirikan Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia (PSSI).  Inilah yang menjadi cikal bakal Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia yang kita kenal sekarang.

Kala itu, bersama perwakilaan dari Voetbalbond Indonesische Jacatra (VIJ), Bandungsche Indonesische Voetbal Bond (BIVB), Persatuan Sepak Bola Mataram Yogyakarta (PSM), Vortenlandsche Voetbal Bond Solo (VVB), Madioensche Voetbal Bond (MVB) , Indonesische Voetbal Bond Magelang (IVBM) dan Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB) sepakat mendukung Soeratin membangun organisasi sepak bola nasional.


Baca Juga: 


Dalam pertemuan itu juga, para peserta sepakat mendapuk Soeratin sebagai ketua pertama.  Setelah PSSI terbentuk, Soeratin memegang penuh tanggung jawab menjalankan PSSI. Ia secara resmi menggelar kompetisi secara rutin sejak 1931.

Kala Soeratin menjabat, ada sebuah hal unik yang dia tekankan bagi para anggota. Dia berkelakar, ketika klub pribumi bertanding, maka haram hukumnya untuk kalah dari klub Belanda.

3.Perubahan Nama PSSI

Soeratin resmi lengser menjadi ketua umum Persatuan Sepak Raga Indonesia dan posisinya lantas digantikan oleh Artono Martosoewignyo  hingga kongres PSSI di Solo tahun 1950.

Kongres Solo juga mengganti kata Sepak Raga menjadi Sepakbola dan sejak kongres tersebut, organisasi sepak bola tertinggi di Indonesia berubah nama menjadi Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia.

Selama Soeratin menjabat, Timnas Indonesia  yang kala itu masih berada di bawah nauangan Belanda sempat manggung di Piala Dunia. Sayang, di pertandingan satu-satunya Indonesia di Piala Dunia tersebut, mereka Timnas harus menyerah dari Hungaria, yang saat itu sangat mendominasi.

4. PSSI dan Masalahnya

Semasa masih menjabat sebagai Ketum PSSI, Soeratin pernah berujar, bahwa PSSI tidak akan pernah lepas dari segala persoalan. Meski demikian, semangat persatuan demi meraih kewibawaan dan harga diri Indonesia adalah identitas PSSI.

Benar saja hingga hari ini, induk sepakbola nasional itu memang selalu dirundung beragam masalah. Dari mulai Ketua Umum yang teseret kasus korupsi hingga dualisme sepakbola pernah dirasakan PSSI.

Tapi, sesuai pesan dari Soeratin, pada akhirnya, PSSI akan selalu  kembali ke marwahnya untuk menjaga kewibawaan dan harga diri Indonesia.

5. Piala Soeratin

Atas segala jasa dan perjuangannya untuk sepakbola tanah air, nama Soeratin Sosrosoegondo diabadikan sebagai kompetisi sepakbola nasional untuk usia 17 tahun kebawah.

Kejuaraan tersebut dikenal lebih dikenal dengan Piala Soeratin. Sayang, pada 2014, Piala Soeratin sempat terhenti seiring dibekukannya PSSI.


Baca Juga: 


Kabar baiknya, Piala Soeratin terus kembali dimainkan seiring berakhirnya sanksi dari FIFA. Hingga kini Piala Soeratin masih menjadi  ajang pencarian bakat terbesar di Indonesia untuk menyaring bibit-bibit pesepak bola unggul.

Selalu update berita bola terbaru seputar sepak bola dunia hanya di Vivagoal.com

 

Exit mobile version