Site icon Vivagoal.com

Analisa Vigo: Granit Xhaka dan Misi Hilangkan Memori Kelam Bersama Bayer Leverkusen

Analisa Vigo: Granit Xhaka dan Misi Hilangkan Memori Kelam Bersama Bayer Leverkusen

Sumber: Twitter @bayer04_en

VivagoalBerita Bola – Setelah menjalani susah dan senang di Arsenal FC, Granit Xhaka memutuskan untuk pulang ke Jerman. Namun, bukan ke Borussia Monchengladbach, melainkan Bayer Leverkusen. Di sana, ia akan berusaha untuk menghilangkan memori kelam.

Granit Xhaka akan selalu menjadi pemain yang dikenang oleh para Gooners, suporter Arsenal. Ia didatangkan oleh pelatih The Gunners saat itu, Arsene Wenger, dari Monchengladbach seharga 45 juta euro.

Wenger berhara Xhaka bisa mengisi kekosongan lini tengah yang telah ditinggalkan Mikel Arteta dan Thomas Rosicky. Sejatinya, Xhaka adalah pemain yang sangat bagus karena ia memiliki visi, umpan, dan tembakan yang mematikan.

Sayangnya, Xhaka kerap melakukan tekel berbahaya yang berujung kartu merah. Selain itu, ia juga temperamental untuk seorang pemain profesional.

Itu terjadi pada Oktober 2019 yang lalu, saat Arsenal melawan Crystal Palace dalam lanjutan Liga Inggris. Saat itu, ia keluar dari lapangan menuju ruang ganti, terdengar para suporter Arsenal mencemooh dirinya.

Lalu, dengan tegas dan gestur yang mengerikan, Xhaka berteriak ‘Persetan’ kepada mereka. Akibatnya, Unai Emery selaku pelatih saat itu mencopot jabatannya sebagai pemain dan ia diasingkan oleh tim.


Baca Juga:


Kejadian tersebut membuat dirinya berniat untuk secepatnya pergi dari Emirates Stadium. Namun, kehadiran Mikel Arteta ke Arsenal sebagai pelatih mengubah itu semua. Xhaka kembali menjadi pemain andalan Arsenal dan dipuji oleh para suporter Arsenal.

Arteta dan para Gooners berharap Xhaka bertahan di Emirates Stadium dan memperpanjang kontraknya. Tetapi, Xhaka nampaknya sudah menutup buku, mengemas barang-barangnya, dan siap untuk melangkah ke lembaran baru.

Sumber: Twitter @bayer04_en

Ia memutuskan untuk kembali ke Jerman, tanah di mana namanya dibesarkan. Sayangnya, bukan pulang ke Monchengladbach, melainkan ke Bayer Leverkusen.

Die Werkself memboyong Xhaka dengan harga sebesar 15 juta euro. Selain minim gelandang bertahan, Leverkusen nampaknya ingin Xhaka bisa melakukan apa yang mereka minta, yakni menggabungnkan chemistry antarpemain.

Pernah tampil di Bundesliga tentu menjadi bekal bagus untuk Xhaka membawa Leverkusen bersaing di papan atas. Tetapi, dirinya memiliki cerita kelam ketika berseragam Monchengladbach.

Sumber: Twitter @bayer04_en

Sama ketika membela Arsenal, Xhaka kala itu masih temperamental. Dari 140 laga yang telah ia jalani, Xhaka mendapat 38 kartu kuning serta lima kartu merah dari kartu kuning kedua dan satu kali langsung.

Tentunya, permintaan Xabi Alonso selaku pelatih agar Xhaka bisa menjadi contoh dan menyatukan chemistry ruang ganti terkesan berat. Pasalnya, ia adalah pemain yang termperamental, bahkan terkadang menjadi salah satu alasan tim itu pecah.

Tetapi, Xhaka yang dahulu bukanlah yang sekarang. Ia berubah menjadi pria yang lebih tenang dan bahagia. Dengan perubahan yang terjadi pada Xhaka, permintaan Xabi Alonso terhadap dirinya bisa ia buktikkan di musim ini.



Dilansir dari The Athletic, Xhaka tidak ada keinginan untuk merebut jabatan kapten dari Lukas Hradecky. Ia hanya ingin membantu para pemain muda untuk bisa menemukan puncak performa mereka dan menjadi ‘obat penenang’ dalam tim.

Saat Leverkusen melawan Monchengladbach di spieltag kedua Bundesliga 2023/24, terjadi sebuah perkelahan ketika Florian Wirtz dihadang secara fisik oleh Alassane Plea. Namun, Xhaka hadir di sana untuk menenangkan Plea dan mengatakan kepadanya, “Jangan, itu tidak akan membuatmu kembali ke pertandingan.”

Di laga tersebut, Leverkusen berhasil meraih poin penuh usai menang dengan skor meyakinkan 3-0. Namun, terdapat satu hal yang sangat berharga di sana dan dibutuhkan oleh Leverkusen yaitu ketenangan Xhaka dalam mengendalikan berbagai situasi.

Xhaka memang bukan kapten di Leverkusen. Tetapi, perannya sama pentingnya dengan Hradecky. Ia menjadi tembok di lini tengah, penyambung bola dari lini belakang ke depan, dan mengendalikan suasana serta semangat tim.

Tentunya, Xhaka sangat berterima kasih kepada Xabi Alonso karena mau memberikan peran yang sangat penting tersebut kepadanya. Namun, sejatinya Xhaka lah yang berterima kasih kepada die Werkself. Mereka mau menjadi tempat bagi Xhaka untuk bisa menghilangkan memori kelam yang pernah ia buat dahulu agar menjadi pribadi yang lebih baik.

Selalu udate berita bola terbaru seputar sepakbola dunia hanya di Vivagoal.com

Exit mobile version