Analisa Vigo: Menakar Potensi Matthijs De Ligt Menjadi Bek Terbaik di Dunia
Vivagoal β Berita Bola β Matthijs De Ligt digadang bakal menjadi salah satu bek tengah terbaik di dunia. Namun apakah status tersebut sudah layak disematkan pada pemain asal Belanda itu mengingat reputasinya yang sudah kidung mentereng di usia muda?
Nama De Ligt sudah mencuri perhatian tatkala mengapteni Ajax di usia 19 tahun 186 hari. Ia resmi menjadi kapten termuda De Godenzonen. Setelahnya, posisi di tim inti dan duetnya bersama Daley Blind di jantung pertahanan tak mampu digerus pemain lain.
De Ligt sempat menorehkan berbagai prestasi penting bersama klub dengan hantarkan Ajax mendulang double winners dan membantu tim menembus semifinal Liga Champions pada 2019 lalu. Hal tersebut mengundang ketertarikan dari tim-tim Eropa seperti Barcelona, Manchester United dan City, PSG hingga Juventus. Tim yang disebut terakhir pada akhirnya sukses mengamankan sang pemian dengan mahar 85 juta Euro.
Ada alasan mengapa ia memilih Juventus lantaran ia ingin meningkatkan aspek defensifnya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Italia memang dikenal merupakan negara penghasil bek tengah berkualitas lantaran berbagai nama besar pernah hadir di sana dan mendulang status penting dalam piramida sepakbola Negeri Pizza.
Baca Juga:
- Analisa Vigo: Fantasi Liar Chelsea dalam Transfer Kylian Mbappe
- Analisa Vigo: Sudah Ada Nkunku dan Jackson, Chelsea Masih Butuh Penyerang?
- Analisa Vigo: Bagaimana Barcelona Mengalokasikan Uang Penjualan Dembele?
- Obrolan Vigo: Iago Aspas, Legenda Celta Vigo
“Saya mempelajari seluruh opsi dan aku tiba pada kesimpulan bahwa saya bisa lebih berkembang sebagai pemain di Juventus,” ungkap De Ligt dikutip Marca. “Dengan gaya permainan yang berbeda akan membuatku lebih komplet.”
Di Juventus, ia sempat bermain dengan berbagai pemain top macam Leonardo Bonucci dan Giorgio Chiellini membentuk trio benteng di lini belakang. Namun di musim perdana, performanya kerap dikritik lantaran dianggap kurang maksimal. Di musim kedua ia sudah mulai membuktikan diri sebagai sosok yang lumayan tangguh mengawal barisan pertahanan
MATTHIJS DE LIGT ππΌ pic.twitter.com/hZalOIfh1G
β π πππΌπ πͺοΈ (@L_Hernandez_42) July 25, 2023
Karirnya di Juventus tak bertahan lama. Urgensi si Nyonya Tua mendapatkan dana segar mau tak mau membuatnya harus dilego lantaran memiliki nilai jual tinggi. Selain itu, mereka juga ingin mereduksi beban gaji di tim dan De Ligt masih dalam kriteria tersebut. Bayern Munich pun merekrutnya. Setali tiga uang, ia juga ingin menjejal tantangan baru pasca mendulang kesuksesan di Italia.
Di Bayern, pemain asal Jerman mengomando pertahanan klub bersama Dayot Upamecano. Di tengah turbulensi tim, ia masih berkontribusi membantu tim memenangi Bundesliga dan Piala Super Jerman di musim perdanaya. Ia juga sempat main dalam 43 laga di lintas kompetisi dan mendulang tiga gol untuk tim.
Baca Juga:
- 5 Fakta Pemain dan Pelatih yang Pernah Menjuarai Liga Champions
- 5 Fakta Nomor-Nomor yang Dipensiunkan Klub Sepakbola
- 5 Fakta Pesepakbola One Season Wonder di Premier League
- 5 Fakta Pemilik Nomor 14 Terbaik
Dengan rentetan performa tersebut, Vivagoal sempat menanyakan statusnya sebagai salah satu bek tengah terbaik di Dunia pada lawatan Bayern Munich dalam tur pra-musim di Singapura, Selasa (1/8) di National Stadium, Singapura. Pemain asal Belanda mengklaim dirinya masih enggan menyebutnya sebagai salah satu yang terbaik.
βAnda harus bermain sama baiknya dengan rekan setim. Anda bisa saja menjadi bek tengah terbaik di dunia andai sistem dan komunikasinya berjalan baik. Saat ini, untuk menyebut diri saya sebagai bek tengah terbaik, hal tersebut tak masuk akal karena kami bermain di tim. Namun anda akan termotivasi untuk menjadi yang terbaik,β urainya dalam wawancara kepada Vivagoal.
Untuk mengetes apakah De Ligt layak disebut sebagai pemain terbaik, cara paling sederhana yang bisa dilakukannya adalah terus bermain konsisten dalam mengawal jantung pertahanan lawan. Di luar itu, ia juga harus bermain di kompetisi yang terbilang kompetitif.
Bayern memang konsisten main di Liga Champions lantaran mereka kerap finish di papan atas di akhir musim kompetisi Bundesliga. Namun menilik performa klub di Eropa, Die Roten hanya berstatus sebagai unggulan dan kerap tercecer di berbagai momen penting.
I will deactivate if you can name me one bad performance De Ligt had last season pic.twitter.com/CHfVfKEqQU
β Ω (@clinicalmusiala) August 2, 2023
Ada potensi Bundesliga yang kurang kompetitif membuat performa mereka sedikit terlena, terlepas dari masalah yang terjadi di musim lalu, performa tim di Eropa seakan anti klimaks sehingga konsistensi tim, pasca memenangi treble winners di bawah Hansi Flick tak terjaga.
Tak hanya itu, dalam perjalanan karirnya, De Ligt memang kerap bermain aman dengan memilih berbagai tim yang di atas kertas terbilang βmudahβ DI luar Ajax, Juventus dan Bayern merupakan tim yang lumayan mendominasi di kompetisi domestik masing-masing.
Terlepas dari hal tersebut, ia juga seakan tak mendapatkan kompetitor sepadan untuk menggaransi satu tempat di tim utama. Selain itu, kualitas juru gedor dari dua tim rival juga tak bisa dipunggkiri ada di bawah para pemain kelas dunia sehingga potensi terbaiknya mungkin tak muncul di kancah domestik.
Bermain di kompetisi reguler dengan tim yang memiliki materi pemain solid dan lawan yang mungkin berpotensi menghadirkan kejutan bisa menjadi opsi baginya guna membuktikan diri menjadi yang terbaik. Selain itu peranannya juga akan semakin terasah di kemudian hari. Kita semua sudah paham kemana De Ligt harusnya bermain dan potensi merapat ke sana masih amat terbuka lantaran usianya baru menginjak 23 tahun.
Selalu update berita bola terbaru seputar sepak bola dunia hanya di Vivagoal.com