Analisa Vigo: Tottenham Hotspur adalah Tim yang Problematik
Tottenham, Foto: dok Pikiran Rakyat

Analisa Vigo: Tottenham Hotspur adalah Tim yang Problematik

Heri Susanto - June 15, 2023
Dibaca Normal dengan Waktu Menit

Vivagoal Berita Bola Tottenham Hotspur merupakan tim yang terbilang mempersulit dirinya sendiri. Mereka seakan tak pernah belajar dari pengalaman meski banyak momen bagus yang sempat menyelimuti tim. Sinigkatnya, Spurs memang klub yang hidup segan mati tak mau.

Bicara soal status, Spurs memang layak untuk disebut dalam rentetan Big Six Premier League setelah duo Manchester, Arsenal, Chelsea dan Liverpool. Catatan mereka dalam beberapa musim terakhir terbilang impresif. Sejak 2009, mereka jarang terlempar dari enam besar.

Dua noda minor terjadi pada 2020/21 dan 2022/23. Di sepasang musim tersebut, Spurs sempat finish di posisi 7 dan 8. Selebihnya, mereka selalu finish maksimal di posisi enam. The Lilywhites juga sempat beberapa kali duduk di pos runner up pada berbagai kompetisi macam Premier League, Liga Champions dan Piala Liga.

Artinya secara kapatitas, mereka terbilang lumayan stabil dan bisa bersaing dengan berbagai tim lain. Namun anehnya, posisi tim selalu berada di titik yang sama. Kegagalan demi kegagalan selalu hadir di setiap musimnya. Hal tersebut membuat puasa gelar Spurs terus bertambah. Sekedar catatan, gelar terakhir yang hadir di almari trofi mereka pada 2008 lalu. Sampai hari ini, hal serupa belum teralisasi.


Baca Juga:


Spurs sejatinya sempat mempercayakan beberapa nama penting di sektor pelatih. Pasca 2008, mereka sempat diarsiteski sederet nama penting macam  Andres Villas-Boas, Mauricio Pochettino, Jose Mourinho hingga Antonio Conte. Hanya Poch dan Mou yang lumayan membawa tim agak berjaya. Tiga kali Runner Up Spurs disumbangkan oleh keduanya di berbagai ajang.

Namun klub seakan tak sabar menikmati proses dan merasa layak bersaing. Oleh karenanya, nama-nama besar tersebut harus terdepak dari posisinya lantaran berbagai faktor mulai dari hasil buruk hingga friksi di ruang ganti. Padahal jika mereka mau sedikit sabar, prestasi yang lama dinanti rasanya hanya tinggal tunggu waktu.

Mentalitas dari para pemain juga sempat dipertanyakan. Antonio Conte pun mengklaim jika para pemiannya tak memiliki semangat juang tinggi. Sosok asal Italia mengklaim jika para pemain hanya bermain demi diri sendiri dan tidak mementingkan tim.

“Pengalaman terakhir saya, tim tak memiliki hal positif dan negatif. Pengalaman di sana sangat baik. Kami sukses lolos ke Liga Champions pasca finish di urutan kesembilan dan tim terlalu cepat puas,” urai Conte dalam malam penghargaan di Arezzo, seperti di wartakan Goal International.

Tim dengan Kumpulan Pemain Tanggung

Sering Gonta-Ganti Pelatih Tapi Nol Trofi, Tottenham Butuh Juru Taktik yang Tepat
Tottenham, Foto: dok Bola Tempo

Bisa jadi apa yang diungkapkan Conte ada benarnya. Secara komposisi, siapa pemain yang memiliki mentalitas terbaik? Pertanyaan ini agak sulit dijawab. Selain Hugo Lloris yang lumayan kenyang pengalaman, komposisi skuat Spurs hanya berisikan pemain yang tanggung.

Mereka pernah melepas pemain yang dianggap penting dalam tim macam Luka Modric, Gareth Bale, Kyle Walker dan berbagai nama lainnya. Penjualan berbagai nama tersebut menghasilkan pundi yang lumayan. Namun Spurs justru menggant dengan sosok yang biasa saja.

Nama-nana yang hadir dalam kurun waktu 10 musim terakhir jgua tak ada yang benar-benar besar. Son Heung-min ketika datang hanya berstatus pemain muda potensial dari Bundesliga. sisanya, Spurs banyak merekrut pemian kelas dua macam Yves Bissouma, Lucas Moura, Christian Romero hingga rekor pembelian klub, Tanguy Ndombele.

Hal tersebut memang tak berjalan lurus dengan prestasi tim. Tak ada garansi jika pemain yang pernah juara bisa menularkan spirit yang sama. Jika memang demikian, harusnya prestasi bisa hadir ke tubuh mereka lantaran memiliki Hugo Lloris yang sempat menjadi juara dunia bersama Timnas Prancis pada 2018. Kenyataannya memang tak demikian.

Terkait apesnya Spurs, siklus klub, seperti yang Conte bilang cepat puas, memang berdampak pada konsistensi tim di masa mendatang. Asal mengamankan zona Liga Champions atau minimal berdiri di atas Arsenal guna merayakan St Sotteringham’s Day dirasa sudah menjadi sebuah capaian tersendiri.


Baca Juga:


Conte juga pernah mengkritisi kebijakan CEO klub, Daniel Levy, para pemain dan semua aspek yang berada di sana karena rasa lapar yang sama sekali tak tersaji dalam tim. Berapapun gol yang dibuat Kane dan kolega jelas tak ada artinya jika taka da prestasi yang dibawa

“20 tahun ada pemilik ini (Daniel Levy) dan mereka tidak pernah memenangkan sesuatu. Mengapa?” kata Conte. “Kesalahan hanya untuk klub atau untuk setiap manajer yang pernah ada di sini? Saya telah melihat manajer yang pernah dimiliki Tottenham. Anda berisiko menghancurkan sosok manajer dan melindungi situasi lain setiap saat,” ujar pria berusia 53 tahun tersebut.

“Tidak hanya klub, manajer dan para staf. Para pemain juga harus terlibat dalam situasi ini karena ini adalah saatnya untuk merubah situasi jika Tottenham ingin berubah. Jika mereka terus-terusan seperti ini, mereka bisa mendatangkan banyak manajer baru tetapi situasinya tidak akan pernah berubah, percayalah,” kritik Conte.

Spurs memang pada akhirnya adalah tim yang problematik. Entah sampai kapan pelatih anyar mereka, Ange Postecoglou, juru taktik yang menggantikan Conte bakal bertahan di musim depan.

Selalu update berita bola terbaru seputar sepak bola dunia hanya di Vivagoal.com