Vivagoal – Berita Bola – Anzhi Makhackala sempat menjadi fenomena di Russia Premier League pada satu dekade lalu. Mereka sempat menyandang status sebagai kekuatan baru di Negeri beruang merah sebelum akhirnya porak poranda lantaran masalah keuangan.
Jika membicarakan soal Liga Rusia, benak pecinta sepakbola pasti akan langsung terpatri pada Lokomotiv, CSKA hingga Zenit St Petersburg. Ketiga tim tersebut merupakan kekuatan utama di kompetisi domestik Rusia. Anzhi sendiri bukanlah tim yang amat diperhitungkan lantaran mereka kerap bermain di tier bawah.
Angin segar pun datang pada 2011. Miliuner Rusia, Suleyman Kemirov resmi mengakuisisi klub.Rencana jangka panjang pun dilakukan dengan membangun stadion baru dengan kapasitas 40 ribu penonton. Dana sebesar 200 juta dollar pun siap dikucurkan.
Tak hanya membangun klub. Mereka juga langsung bergerilia mendatangkan beberapa pemain bintang macam Jucilei dari Corinhians, Mbak Boussoufa dari Anderlecht dan Roberto Carlos. Nama terakhir merupakan pemain dengan reputasi mentereng lantaran prestasi yang ia torehkan bersama Real Madrid dan Timnas Brazil.
Asa sebagai peta kekuatan baru Sepakbola Rusia pun terlihat. Enam bulan pasca akuisisi, beberpaa nama besar kembali didatangkan. Anzhi memulangkan gelandang berbakat Rusia, Yuri Zhirkov dari Chelse, mendatangkan Balazs Dzsudzak dan Samuel Eto’o yang baru saja hantarkan Inter mendulang treble winners.
Baca Juga:
- Obrolan Vigo: Manchester United Tak Pernah Kehabisan Akal untuk Mengecewakan Pengemarnya
- Obrolan Vigo: Roque Santa Cruz, Permata dari Paraguay
- Obrolan Vigo: Max Allegri, Kembalinya si Tukang Restorasi
- Obrolan Vigo: Thierry Henry Hanry dan Pembuktian yang Tertunda
Di musim perdananya, mereka mampiu finish di urutan 5 klasemen akhir. Eto’o pun keluar sebagai top skor dengan koleksi 13 gol. Pelatih legendaris Belanda, Guss Hiddink sempat melatih klub di awal 2012. Anzhi sukses finish di urutan kelima klasemen akhir.
Semusim setelahnya, geliat belanja Anzhi nampak belum selesai, beberapa nama baru pun kembali didatangkan macam Christopher Samba, Willian hingga Lacina Traore. Di tahun yang sama, Anzhi juga mulai membangun akademi mereka senidiri. Sinyal terang pun seakan menaungi langkah mereka pada musim kedua.
Kebijakan Berbuah Petaka
Prestasi Anzhi pun mulai membaik. Mereka mampu duduk di peringkat ketiga klasemen akhir mencapai final Piala Rusia dan menembus 16 besar Europa League. Namun, Suleyman Kemirov membuat kebijakan memotong anggaran belanja klub yang berdampak besar pada merosotnya prestasi tim.
Anzhi yang sebelumnya digadang akan menyaingi kedigdayaan Zenth dan tim-tim Moscow harus mengalami nasib tragis. Di musim 2013/14, Guss Hiddink mundur. Mereka bahkan hanya selesaikan musim dengan koleksi 20 poin. Berbagai pemain bintang pun melakukan eksodus. Sejak penurunan prestasi tersebut, Anzhi tak lagi sama. Mereka terus terpuruk.
Baca Juga:
- 5 Fakta Pesepakbola Terbaik yang Tak Pernah Memenangi Gelar Juara
- 5 Fakta Legenda Sepakbola yang Pensiun Terlalu Cepat
- 5 Rivalitas Terpanas di Jagad Sepakbola
Di musim 201/19, Anzhi pun harus kembali ke kasta kedua. Mereka sempat harus kehilangan lisensi dan tak bisa bermain di kompetisi sepakbola Rusia. Lisensi tim sempat didapatkan pada 2019/20, namun mereka tak bisa mendaftarkan pemain lantaran terkendala hutang. Bahkan di musim tersebut, hampir Sebagian besar tim berasal dari skuat U-20. Dengan minimnya pemain berpengalmaan, Anzhi kian terpuruk dan sampai saat ini, mereka harus terpatri di divisi tiga.
Kisah manis Anzhi yang berakhir nestapa nampaknya memang sering terjadi di dunia sepakbola. Masalah finansial sekaan menjadi momok menakutkan bagi tim-tim kaya baru. Malaga, Quuens Park Rangers bahkan hingga Sebagian besar tim-tim Chinese Supe League tak berdaya kala finansial mereka seret dan kebijakan klub berubah. Pada akhirnya, wajah asli klub sebagai tim semenjana terlihat kala kondisi keuangan tak stabil seperti sebelumnya.
Selalu update berita bola terbaru seputar sepak bola dunia hanya di Vivagoal.com