Site icon Vivagoal.com

Obrolan Vigo: Ganso, Mantan Pasangan Emas Neymar yang Karirnya Berantakan

Obrolan Vigo: Ganso, Mantan Pasangan Emas Neymar yang Karirnya Berantakan

Vivagoal Berita Bola – Pecinta sepakbola mungkin jarang mengenal sosok Paulo Henrique alias Ganso. Mantan pasangan emas Neymar di Santos ini memang lebih banyak berkutat dengan cedera sehingga karir sepakbolanya terbilang agak berantakan.

Ganso merupakan tipikal pemain nomor 10 sejati. Ia memiliki bakat dalam urusan first touch, passing dan menjadi otak penyerangan untuk Santos. Tak jarang, ia juga memberikan berbagai aktrasi di lapangan hijau seperti layaknya playmaker Brazil pada umumnya. Namun pasca hengkang dari mantan tim Pele itu, karirnya terasa mandek.

Saat Neymar bisa bergabung ke Barcelona dan PSG sekaligus meraih kesuksesan di sana, Ganso hanya berkutat di Sao Paulo, Sevilla, Amiens FC hingga kembali lagi ke Fluminense. Cedera dan mentalistas yang lemah pada akhirnya membuat karir sang pemain terasa stagnan.

Karir Neymar dan Ganso memang agak mirip-mirip dengan serial anime Jepang terpopuler, Captain Tsubasa. Tsubasa memiliki karir yang cemerlang bersama FC Brancos dan Catalunya. Hal tersebut amat mirip dengan apa yang terjadi pada Neymar. Sementara pasangan emasnya, Taro Misaki hanya mentok bersama tim Liga Jepang meski ia memiliki bakat besar kala masih mentas di tim junior, sama seperti Ganso bukan?

Pada puncak karirnya, Ganso mungkin adalah pemain yang malas. Ia jarang berlari. Namun bisa menciptakan ruang untuk pemain lain, mengonversi serangkaian peluang dan berbagai keistimewaan yang biasa ditawarkan pemain Brazil. Neymar bahkan sempat memuji sang pemain kala masih main untuk Santos.

“Saya melihatnya sebagai Zidane 2.0. ia adalah sosok yang jenius,” ungkapnya pada Globo TV. Baik Neymar dan Ganso merupakan sahabat yang lumayan dekat baik di dalam maupuin luar lapangan. Keduanya bahkan sempat menjadi idola Santos di awal kejayaan kembali klub pada medio 2010 lalu.


Baca Juga:


Kala Neymar menyeberang ke Barcelona, Ganso justru menetap di Brazil dan pergi ke Sao Paulo. Ia hengkang lantaran tak ada tim Eropa yang meminatinya. Namun Sao Paulo bukalah tim sembarangan. Tricolor merupakan salah satu tim tersukses di Negeri Samba. Mereka kerap mendominasi kompetisi domestik dan juga mentas di ajang kontinental.

“Ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Sejak Sao Paulo menunjukkan minat untuk mengontrak saya, saya ingin menyelesaikan kesepakatan. Saya tidak sabar untuk segera ke lapangan,” ungkap Ganso saat itu, di laman resmi Sao Paulo.

Bergabung pada 2012 di Sao Paulo, ia main bersama beberapa nama besar macam Kaka, Luis Fabiano, Michael Bastos hingga Alexandre Pato. Di sana, ia bertahan lumayan lama hingga usianya 26 tahun. Ia sukses mengoreksi 149 laga dengna koleksi 17 gol serta 37 assist. Bersama Tricolor, ia sempat persembahkan Copa Sudamericana pada tahun 2011/12.

Main di Eropa dan Mengubur Mimpi

Kesempatan Ganso mentas di Eropa pun hadir. Pada 2016 lalu, Sevilla memboyong sang pemain ke Ramon Sanchez Pijzuan dengan mahar 9 juta Euro. Ia dikontrak hingga lima tahun ke depan. Pelatih Los Rojiblancos saat itu, Jorge Sampaoli memang meminta klub untuk mendatangkan sang pemain ke Spanyol.

Bermain di Sevilla, Ganso masih perlihatkan permainan memukau seperti di Brazil. Ia masih memberikan berbagai trik memukau di lapangan layaknya pesulap yang tengah memainkan pentas di depan khalayak. Tak hanya itu, passing-passing memukaunya yang bisa memporak-porandakan pertahanan lawan juga masih terlihat.

Namun, lantaran cedera dan perubahan skema bermain yang ditetapkan Sevilla, peran Ganso makin tereduksi. Bahkan, ia mendapatkan tugas untuk lebih banyak menunggu di sepertiga akhir lapangan alih-alih banyak memainkan bola. Hal ini kita sudah tau kemana arah karirnya. Di musim perdananya, ia hanya main dalam 16 laga dan hanya mencetak tiga gol serta tiga assist.

Musim berikutnya bahkan berakhir lebih buruk dari musim debutnya. Sampaoli jarang memainkan si Angsa. Hal tersebut membuat Ganso sedikit kesal dan mempertanyakan kehadirannya di Andalusia yang nampak disia-siakan sang pelatih.


Baca Juga:


“Ketika seseorang meminta anda bergabung dengan klub, namun anda tak dimainkan, artinya ada sesuatu yang terjadi di sana,” ungkap Ganso seperti dinukil dari thesefootballtimes.

Setelahnya, Ganso masih menjadi bagian dari Sevilla. Ia sempat dipinjamkan ke Amiens, yang berlaga di Ligue 1. Di sana, ia bertemu dengan sahabatnya, Neymar yang kala itu bermain di PSG. Namun, karirnya di Prancis lagi-lagi berantakan. Ganso hanya main 12 kali dan bukukan sepasang assist. Ia sempat bersua dengan Neymar dan komparasi antara dirinya dengan sang mega bintang resmi berakhir. Jarak antar keduanya kala itu bagaikan bumi dan langit.

Kembali dari Prancis, Sevilla lantas melepasnya secara gratis ke Fluminense. Sampai hari ini, ia masih bermain untuk mantan klub Deco de Souza itu. Ganso pada akhirnya memang tak bisa berbuat banyak lantaran rentetan cedera dan ia tak memiliki mentalitas kuat untuk mentas di Eropa. Brazil nampaknya adalah ladang yang tepat bagi sang pemain untuk mengambil kembali sisa-sisa kejayaan yang pernah ia torehkan beberapa waktu lalu.

Beberapa waktu lalu, mantan presiden Santos, Luis Alvaro de Olivieira Riberio pernah menuliskan perbedaan kedua mantan pemainnya dalam sebuah autobiografi. “Neymar seperti sebuah sampanye. Ada soda dan kesenangan di dalamnya ketika botol dibuka. Sementara Ganso adalah Bordeaux wine. Ia memiliki kualitas yang fanstastis. Namun anda perlu berhati-hati kala meminum wine. Keduanya adalah teman yang baik setelah santap malan,” ungkapnya.

Selalu update berita bola terbaru seputar sepak bola dunia hanya di Vivagoal.com

Exit mobile version