Vivagoal – Berita Bola – Juventus berpotensi memenangkan Serie A musim 2023/24 meski mereka kerap bermain membosankan sejauh ini. Hadirnya mereka untuk bersaing di papan atas merupakan sebuah jackpot tak terhindarkan meski komposisi tim sejatinya tengah tak baik-baik saja.
Musim ini, berbagai pemain harus menepi lantaran cedera dan skorsing yang menerpa beberapa nama. Meski tak memiliki kedalaman skuat yang mumpuni, mereka lumayan sering mengunci kemenangan atas lawan-lawannya dan jarang menuai hasil minor.
Catatan kemenangan mereka sejak awal musim hanya berjarak satu hingga dua gol per laga Satu-satunya kemenangan mutlak terjadi melawan Udinese pada Giornata kedua Serie A. Kala mentas di Friuli, mereka menang dengan skor 3-0.
Secara performa Juventus memang tak bermain aktraktif dan mengesankan. Bersama Massimiliano Allegri, sang juru taktik, tren performa klub memang berlandaskan pada hasil akhir. Hal itu memang tak salah meski banyak yang mengkritisi performa tim mengerikan ketika ditonton.
Allegri merupakan pelatih yang kerap memprioritaskan kemenangan. Hal tersebut sempat disampaikannya kala tim imbang 1-1 melawan Villarreal di El Madrigal pada fase perempat final Liga Champions tahun lalu. “Saya lebih senang tim menang meski tidak bermain cantik,” ucapnya kala itu.
Baca Juga:
- Analisa Vigo: Seperti Trafalgar Law, Thomas Muller Harus Cari Petualangan Baru!
- Analisa Vigo: Olympique Lyon, Tim Terbaik Prancis yang Sedang Sekarat Akibat Janji Manis
- Obrolan Vigo: Prancis yang Punya Jude Bellingham Baru dalam Diri Warren Zaire-Emery
- Obrolan Vigo: Jeda Internasional yang Amat Merepotkan
Statmen tersebut terbilang kuat. Kemenangan dalam sepakbola akan melebihi apapun. Permainan cantik yang mungkin diperagakan sejak era Rinus Micheels dengan Johan Cruyff via total voetball atau jogo bonito Brasil, Arsene Way, Tiki-Taka atau apapun bentuknya jika tak memberikan kejayaan hanya akan menjadi debat kusir tak berujung.
Bahkan jauh sebelum musim lalu tepatnya pada 2015, dengan lawan Villarreal di ajang serupa, Juve menang 1-0 melalu gol penalti Arturo Vidal di Turin, laga berjalan membosankan. Allegri sempat ditanya soal pandangan mengapa timnya tak bermain aktraktif. “Jika anda ingin bersenang-senang, anda bisa pergi ke tempat sirkus.”
Hal tersebut seakan masih tercermin sampai saat ini. Allegri sempat dirkiritisi musim lalu lantaran performa tim dianggap sebagai mayat hidup. Ia tak dipecat lantaran kompensasi yang harus dikeluarkan terbialng besar di tengah situasi finansial klub yang sedang tak baik-baik saja. Namun dirinya mampu membuktikan diri dengan membawa tim ke tempat semestinya, melalui cara apapun.
Apa yang dijalankan oleh Allegri sejatinya selaras dengan motto yang sudah melekat pada fans Juventus. “Kemenangan tidaklah penting, hanya itu yang penting,” Pola tersebut selaras dengan isi pemikirannya yang mendahulukan kemenangan dibanding berbagai aspek lain. Allegri seakan paham akan hal ini meski performa tim terbilang pragmatis dan banyak dicerca.
Baca Juga:
- 5 Fakta Pemain Paling Berkhianat di Sepakbola
- 5 Fakta Transfer Terburuk yang Dilakukan Everton
- 5 Fakta Legenda yang Terhempas dari Juventus
- 5 Fakta Pemain Penting yang Pernah Dimiliki Aston Villa
Meski begitu, pembuktian bagi dirinya sebagai pelatih sarat prestasi masih harus ditunjukkan kembali bersama klub. Pada periode pertama, dengan pola bermain yang kurang lebih sama, ia sempat hantarkan tim memenangi lima Scudetto, empat Coppa Italia dan sepasang perjalanan ke final Liga Champions meski dalam dua kesempatan tersebut ia gagal membawa Juventus menjadi juara.
Apapun, pendekatan Juventus, membosankan atau tidak, Allegri jelas memiliki hal untuk ditagih, menjadi juara. Bermain seperti apapun klub, andai tak memberikan hasil positif jelas bukan sesuatu yang bisa ditoleransi. Pragmatisme akan menemukan ruang ketika tim berjaya. Tak percaya? Tanyakan hal tersebut pada otto Rehhagel maupun Jose Mourinho hingga Carlo Ancelotti yang sukses memberikan kejayaan bagi timnya masing-masing.
Bicara soal potensi berbicara banyak, CEO Inter Milan, Beppe Marotta yang dulu merupakan petinggi Juventus. Menurutnya, si Nyonya Tua, terlepas dari tipisnya tim yang mereka miliki memiliki potensi daya kejut untuk bicara banyak di kancah domestik. Kaki-kaki para pemain Juve lebih segar dibanding pemain dari tim lain lantaran mereka tak mentas di kompetisi Eropa. Marotta juga pernah merasakan momen tersebut bersama tim asal Turin.
“Saya memenangkan Scudetto pertama di Turin bersama Antonio Conte. Kami sempat tak bermain di Eropa kala itu,” ucap Marotta kepada Gazzetta dello Sport, seperti diwartakan Football Italia.
“Pengalaman itu memberi saya kesempatan jika tim bisa memenangi Serie A dan Coppa Italia. Hal itu yang membuat saya yakin Juventus bisa menjadi favorit untuk menangi Scudetto musim ini,” tambahnya.
Kini, tinggal bagaimana Allegri memanfaatkan pragmatisme membosankannya sekaligus mengukuhkan status jika mayat hidup, pada akhirnya masih bisa berbicara banyak atau justru ia hanya membawa tim tenggelam dalam wisata masa lalu yang menyenangkan.
Selalu update berita bola terbaru seputar sepak bola dunia hanya di Vivagoal.com