Site icon Vivagoal.com

Obrolan Vigo: Naturalisasi Timnas Terancam Gagal, Selanjutnya Apa?

Obrolan Vigo: Naturalisasi Timnas Terancam Gagal, Selanjutnya Apa?

Vivagoal Berita Bola Program naturalisasi yang dicanangkan PSSI guna memperkuat Timnas Indonesia terancam gagal. Beberapa pemain incaran membatalkan niatan untuk berpindah warga negara menjadi Warga Negara Indonesia. Lantas, apa yang bakal dilakukan setelahnya?

Sebelumnya, PSSI sudah mengantongi empat nama hasil dari rekomendasi Shin Tae yong macam Kevin Diks, Jordi Amat, Sandy Walsh, dan Mees Hilgers. Namun,nama yang disebut pertama dan terakhir mendapatkan resistensi dari orang tuanya terkait proyek naturalisasi yang hendak diajukan Timnas.

“Kevin Diks dan Mees Hilgers meminta izin dahulu kepada orang tuanya, padahal agen dari kami sudah bicara ke kedua pemain itu dan mereka berminat,” kata Komite Eksekutif (Exco) PSSI, Hasani Abdulgani.

“Kalau memang susah diizinkan, saya juga harus bilang ke pelatih apakah ada penggantinya atau tidak karena kami juga tidak mau digantung. Dari pemain sih mereka ingin membela timnas Indonesia tapi dari pengalaman saya kalau sudah orang tuanya yang bicara pasti nanti pertimbangannya beda,” jelasnya.

Di sisi lain, PSSI juga enggan terburu-buru melakukan naturalisasi. Mereka mengklaim jika proses naturalisasi bisa tepat sasaran agar pemain yang nantinya mendapatkan kewarganegaraan bisa memberikan dampak positif bagi Timnas.


Baca Juga:


“PSSI dan pihak pemerintah dalam hal ini Kemenpora tidak ingin melakukan naturalisasi dengan serampangan. Naturalisasi yang pernah dilakukan dulu menjadi pembelajaran bagi PSSI untuk bertindak hati-hati,” kata Yunus Nusi dikutip dari laman resmi PSSI.

“STY (Shin Tae-Yong) sudah tahu dan melihat siapa-siapa yang harus dinaturalisasi. Calon pemain naturalisasi itu harus bisa menutup kelemahan yang ada di timnas Indonesia.”

Yunus juga merasa proses naturalisasi harus diselesaikan melalui proses birokrasi yang panjang di Kemenpora, DPR, dan pemerintah dalam hal ini Kemenkumham untuk legalisasi menjadi WNI.

“Jadi memang prosesnya panjang. Kita tidak bisa menargetkan selesai, misalnya, sampai 5-6 bulan. Yang jelas kita ikuti prosesnya. Kalau bisa cepat tentu kita bersyukur,” pungkasnya.

Belakangan, PSSI memiliki beberapa kandidat lain macam gelandang AZ Alkmaar, Tijjani Reijnders masuk dalam buruan. Kiper yang mentas bersama Panathinaikos B, Cyrus Margono juga disebut masuk dalam daftar buruan.

Naruralisasi (Sebenarnya) Bukan Jalan yang Harus Ditapaki

Suka atau tidak, Naturalisasi adalah proses instan yang bisa dicapai sebuah negara guna mendulang kesuksesan di pental kompetitif baik regional maupun kontinental. Singarpura pernah merasakan manisnya menjadi juara di tahun 2004, 2007, dan 2012 untuk ajang Piala AFF.

Bahkan jika bicara soal kompetisi kontinental, banyak pemain keturunan yang membela berbagai negara barunya dan membantu tim menjadi juara. Prancis di Piala Dunia 1998 dan Piala Dunia 2018 adalah contoh. Banyak pemain keturunan yang membantu Les Blues mendulang juara dalam dua ajang terbesar.

Meski begitu, Prancis jelas menggalakan program pembinaan pemain sejak dini meski banyak pemain keturunan dalam skuat mereka. Beberapa pemain Prancis “murni” macam Olivier Giroud, Fabian Barthez, Laurent Blanc, Benjamin Pavard hingga Robert Pires tak hadir dalam ruang kosong. Mereka merupakan jebolan dari bibit akademu yang ditekankan Prancis sejak dini.

Foto: Sport Detik

Pembinaan sejak usia muda, memberikan kesempatan bermain serta memiliki jiwa kompetitif pada akhirnya membuat para pemain tersbeut bisa berkompetisi dan memberikan kontribusi besar baik kepada klub maupun negaranya masing-masing.

Contoh paling gress adalah La Masia. Sudah tak terhitung berapa banyak pemain yang memberikan kontribusi besar melalui skema akademi sepakbola binaan Barcelona. Banyak dari jebolan La Masia yang pada akhirnya menjadi tulang punggung Barca ataupun tim lain. Urgensi pentingnya pembinaan pemain seakan menjadi sesuatu yang tabu di Indonesia.

Untuk saat ini, sangat sedikit tim yang sadar akan pentingnya memiliki akademi guna merekrut bakat-bakat potensial yang bisa merekah dikemudian hari. Andai hal ini dilakukan secara kontiyu, bukan tak mungkin para pemian lokal bisa menjadi tulang punggung di klub maupun Timnas di kemudian  hari seperti layaknya jebolan La Masia ataupun para pemain yang memperkuat Timnas Prancis.


Baca Juga:


Suka tak suka, mau tak mau, PSSI selaku federasi jelas harus menggalakan pembinaan kelompok umur guna dapatkan pemain potensial dan mempermudah para pelatih untuk mencari bakat terbaik di seluruh Negeri melalui ceruk yang sudah disiapkan. Kehadiran pembinaan usia dini jelas akan mempermudah proses regenerasi menjadi lebih baik dair sebelumnya.

Bahkan, program naturalisasi sempat disebut bukan menjadi program jangka panjang yang dicanangkan federasi lantaran pemerintah juga sadar akan pentingnya pembinaan pemain/olahragawan sejak usia dini.

“Program naturalisasi ini untuk jangka pendek saja, jangka panjang kita tetap dalam rangka pembinaan asli pemain kita dan untuk pembinaan usia dini,” kata Menpora Zainuddin Amali, beberapa waktu lalu.

“Kami sangat ketat terkait naturalisasi, kami tidak mau naturalisasi seperti yang dulu-dulu, kita naturalisasi padahal itu dia tidak berguna dari berbagai faktor untuk timnas kita,” urai Menpora Amali menjelaskan.

Jadi, pembinaan, perencanaan yang mungkin sudah kita ulang berulang kali mungkin sudah waktunya digalakan. Andai program sudah tepat sasaran, bukan tak mungkin Indonesia yang memiliki penduduk lebih dari 250 juta jiwa bisa saja menemukan next Lionel Messi atau Cristiano Ronaldo anyar via jalur pembinaan yang tepat. Bukan begitu?

Selalu update berita bola terbaru seputar sepak bola dunia hanya di Vivagoal.com

 

Exit mobile version