Site icon Vivagoal.com

Obrolan Vigo: Nottingham Forest, Permata yang Terjebak dalam Kubangan Lumpur

Obrolan Vigo: Nottingham Forest, Permata yang Terjebak dalam Kubangan Lumpur

Vivagoal Berita Bola – Untuk saat ini, banyak pecinta sepakbola yang kurang mengenal tim asal Inggris lantaran hanya bermain di divisi dua. Namun secara prestasi, belum ada tim Inggris manapun yang menyamai catatan the Reds kala mendulang back-to back Liga Champions di medio 80an.

Forest memang terbilang lumayan digdaya di era 80an. Di bawah asuhan manajer jenius Brian Clough dan asistennya, Peter Taylor pada 1975, the Reds menjadi salah satu kekuatan yang menakutkan baik di kancah domestik maupun Eropa.

Sebelum kedatangan Clough, Forest hanya mampu mendulang sepasang Piala FA di masa lampau dan juara di kompetisi tier bawah. Duet Clough dan Taylor yang sebelumnya sukses membawa Derby Country berjaya seakan menularkan kesuksesan serupa pada Forrest.

Kedua sosok fenomenal ini membawa beberapa pemain Derby dan dikombinasikan dengan pemain baru lain. Taylor memang terbilang piawai memantau bakat-bakat muda sementara Clough bertugas untuk meyakinkan pemian buruannya untuk pindah.

Pembelian berhasil keduanya adalah mantan pelatih Timnas Indonesia, Peter With. Withe yang direkrut pada 1976 dengan mahar 43 ribu paun sukses dijual dengan harga fantastis yakni 250 ribu paun ke Newcastle United. Dana tersebut terbilang lumayan besar pada masa itu.


Baca Juga:


Selain piawai melakukan jual beli pemain, keduanya juga tak lupa memberikan prestasi bagi klub. Di tangan keduanya, Forest mampu menjuarai satu First Division (setara dengan Premier League), Dua Piala Liga, dan sepasang gelar back to back Liga Champions pada 1979 dan 1980 silam. Prestasi yang disebut terakhir bahkan belum mampu disamai oleh tim Inggris manapun sampai saat ini.

Namun era kejayaan Forest hanya berlangsung pada medio 1975-1982 saja. Peter Taylor, untuk kali kedua meniggalkan Brian Clough guna mengejar jabatan sebagai manajer utama. Sejak saat itu, Forest tak lagi sama. Dominasi mereka di Eropa maupun kancah domestik seakan luntur meski mereka masih mampu menyabet rangkaian gelar lokal bersama Clough di akhir 80an lalu.

Di tahun 1992, Clough mengalami kecanduan alcohol yang hebat. Hal tersebut sedikit banyak berpengaruh dengan performa tim. Forest juga menjual beberapa nama penting dalam skuatnya hingga di akhir musim 1992, the Reds untuk kali pertama harus terdegradasi ke divisi dua.

Terbang Tenggelam dan Berkubang

Pasca ditinggal Clough, Forest menunjuk mantan pemain mereka, Frank Clark untuk menangani tim. Forest dengan cepat bangkit dari divisi dua dan promosi ke Premier League dengan status sebagai runner up.

Pasca mereka promosi, the Reds membuat gebrakan dengan finish di urutan tiga klasemen akhir dan lolos ke Piala UEFA. Mereka menjadi tim Inggris pertama yang berlaga di kompetisi benua biru pasca insiden Heysel yang memaksa tim Inggris dilarang tak bisa bermain di Eropa.

Forest mampu melesat ke babak quarter final dan menjadi tim Inggris pertama yang melaju jauh di kompetisi kasta dua Eropa itu. Di musim yang sama, meski mereka sudah melepas pemain bintang Stan Collymore ke Liverpool dengan mahar 8,5 juta paun, sekaligus pecahkan rekor transfer klub, Forest masih mampu bertahan di posisi kesembilan.

Cerita indah Clarke bersama Forest harus berakhir di musim ketiganya. Tepat di musmi 1996, mereka kembali terdegradasi ke divisi dua. Pasca degradasi tersebut, Forest sempat kembali bnaik ke Premier League untuk kemudian terpuruk kembali ke Championship.

Pasca era Clarke, Forrest kerap bergonta-ganti pelatih. Berbagai pemian veteran macam Moreno Mannini, Salvatore Matrecano dan Gianluca Petrachi sempat didatangkan. Namun performa ketiganya tak mampu mengangkat Forest terbang kembali ke kancah atas.


Baca Juga:


Bahkan di tahun 2005, mereka sempat mengalami masalah keuangan, turbulensi performa yang berimbas pada degradasinya tim ke divisi tiga. Forest menjadi satu-satunya tim juara Liga Champions yang harus memulai kompetisi di divisi tiga. Hal ini jelas menjadi noda tersendiri bagi klub.

Sejatinya, berbagai upaya penyelamatan sempat dilakukan banyak pihak guna menyelamatkan klub. Nigel Doughty sempat memiliki klub mulai dari 1999 hingga 2012. Setelahnya, konsorium Kuwait, keluarga Al-Hasawi sempat mengakuisisi klub pada 2012-2017. Namun lagi-lagi, Forest belum bisa berbuat banyak. Mereka kembali bergonta-ganti pelatih. Dalam era kepemimpinan keluarga Al-Hasawi, ada 8 pelatih yang keluar masuk the City Ground, markas Forest.

Kini, meski Forest ada di tangan pemilik anyar yakni Evangelos Marinakis yang merupakan pebisnis Yunani dan pemilik saham mayoritas Forest, tim masih berkubang dalam lumpur Championship, bergonta-ganti pelatih dan terjebak dalam inkonsistensi. Nasib Forest nampaknya masih jauh dari harapan.

Tim yang mampu mendulang sepasang Champions League dua musim beruntun bahkan di musim ini harus terpuruk di posisi buncit. Pada Championship musim 2021/22, Forest asuhan Nigel Pearson ada di peringkat terakhir, yakni 24 dengan koleksi satu angka dari enam laga yang dihelat.

Selalu update berita bola terbaru seputar sepak bola dunia hanya di Vivagoal.com

Exit mobile version