Site icon Vivagoal.com

Obrolan Vigo: Pantaskah Laga Persib dan Persija disebut EL Clasico?

Vivagoal – Liga Indonesia – Persib Bandung sukses mengandaskan Persija Jakarta 2-0 dalam laga bertajuk El Clasico Indonesia Senin (28/10) pekan kemarin. Sayang, laga yang sejatunya sarat gengsi tersebut berjalan hambar. Mengapa demikian?

Terlepas dari perseteruan kedua pendukung dari kedua kesebelasan dan perdebatan soal pantaskah laga kedua raksasa Liga 1 ini disebut El Classico Indonesia, pertandingan ini tetaplah laga sarat gengsi dan partai besar di Liga 1.

Selayaknya Big Match, mata pecinta sepakbola nasional dipastikan tertuju pada 22 petarung di lapangan hijau. Ditambah lagi dengan riuhnya stadion yang menyemarakan laga-laga penting selalu tertanam dalam mindset para pecinta sepakbola ketika membicarakan big match.

Baca Juga: Obrolan Vigo: Patahnya Dominasi Bayern dan PSG di Eropa

Hal tersebut pun terjadi pada laga bertajuk El Clasico Indonesia antara Maung Bandung dan Macan Kemayoran. Baik di Bandung ataupun Jakarta selalu ada isu-isu klasik yang menyemerakan pertandingan sarat gengsi tersebut.

Dari mulai sulitnya mencari tiket karena penimbunan calo, atribut, giant flag, banner hingga koreografi merupakan bumbu yang menyemarakan pertandinga. Kreatifitas pendukung memang selalu memberi warna tersendiri di laga Persib melawan Persija.

El Clasico Kok Hambar?

Sayang, di El Clasico Indonesia terbaru yang dimainkan di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Senin (28/10) kemarin, semarak laga sarat gengsi itu seolah sirna. Beberapa faktor membuat pertandingan kedua kesebelasan tradisional itu seakan tak bergigi.

Pertama, Persib yang bertindak sebagai ‘tuan rumah’ harus menjamu Persija jauh dari Bandung. Pasalnya, di Kabupaten Bandung tengah berlangsung Pilkades serentak sehingga izin keamanan laga Maung Bandung dan Macan kemayoran terpaksa harus digelar di Bali. Terkait pemindahan laga karena adanya agenda politik, pelatih Persib, Robert Alberts pun sempat kesal dan mengutarakan pendapatnya.

Baca Juga:  Obrolan Vigo: Rahasia Rashford yang Selalu Jadi Pilihan Utama di Lini Depan MU

“Saya pribadi tidak terlalu tahu tentang situasi politik di Indonesia, karena saya lebih fokus ke sepakbola. Sayangnya, apapun konsekuensi yang menimpa pesepakbolaan di Indonesia, kami dari pihak klub harus menerima itu.” sesal Rene Alberts.

“Coba lihat negara di Eropa, ada tidak yang menunda pertandingan sepakbola ketika ada pemilu di negaranya, tidak ada. Jadi anda tidak bisa katakan bahwa ini budaya negara Indonesia. Kita harus belajar dan berkembang. Ini semua merupakan tanggung jawab kita sebagai rakyat Indonesia, termasuk klub, suporter dan dari pihak keamanan dan para politisi.” tegas Rene Alberts.

Pada akhirnya, Stadion I Wayan Dipta dipilih menjadi kandang sementara Persib. Namun, meski menyandang status tuan rumah, Persib hanya diberikan jatah 10.000 lembar tiket saja. Menjamu tim sekelas Persija dengan 10.000 penonton rasanya agak mengherankan mengingat tensi kedua tim begitu tinggi di atas lapangan.

Tak berhenti sampai disana, pengumuman resmi panitia pelaksana, bahkan tak sampai 2000 penonton hadir di laga tersebut. Maka jangan dibayangkan pertandingan itu berlangsung dengan gegap gempita, duel yang jatuh pada Senin lalu atmosfernya tak jauh berbeda dengan pertandingan laga tunda Sunday League!

Baca Juga: Obrolan Vigo: Duel Konsumen Melawan Produsen Dibalik Laga Ajax v Juventus

Suka atau tidak suka kehadiran penonton jelas jadi fakor penting dalam laga sebesar ini. Mungkin kita masih ingat ketika Marco Simic menggetarkan jala Persib di Gelora Bung Karno di putaran pertama lalu. Gemuruh GBK lah yang kemudian membakar semangat para pemain di lapangan hijau.

Atau mungkin gol Bojan Malisic yang akan selalu diingat bobotoh musim sebelumnya. Ketika Persija seolah akan mencuri poin dari Bandung, tandukan Malisic menggetarkan Gelora Bandung Lautan Api. Kala itu, kegembiraan pecah, GBLA bergetar.

Selain minimnya kehadiran penonton di El Casico Indonesia terakhir ini, faktor waktu pelaksanaan pertandingan juga jadi membuat laga ini kurang menggigit. Kick off yang dilangsungkan pukul 15.30 WIB jelas melawan kodrat sebagai partai bigmatch.

Laga Digelar di Hari Kerja

Apakah anda pernah membayangkan laga AS Roma kontra Lazio, Glasgow Derby atau Real Madrid melawan Barcelona digelar pada hari kerja? Di luar jadwal Liga Champions, Rasanya hal tersebut akan menjadi lawakan tersendiri.

Pertandingan sarat gengsi yang diadakan di hari kerja tentunya akan sedikit menarik atensi dari fans kedua kesebelasan karena di hari kerja, kegiatan mencari nafkah harus dilakukan dan menyaksikan sepakbola paling ideal harus dilakukan di akhir pekan. Regulator sepakbola di seluruh dunia nampaknya tahu kapan waktu yang tepat untuk menggelar laga besar. Namun, hal menggelikan ini terjadi di Indonesia.

Baca Juga: Obrolan Vigo: Sinar Terang si Mantan Wonderkid

Sejatinya, jadwal Liga 1 yang mengalami kemunduran karena agenda politik. Agar jadwal kompetisi bisa selesai tepat sesuai dengan tenggat waktu yang telah dicanangkan, laga tengah pekan sejatinya adalah hal yang mau tak mau harus dilakukan.

Tak hanya main di tengah pekan, sebuah klub kadang dipakasa memainkan dua sampai tiga laga dalam satu minggu. Hal ini jelas merupakan sebuah langkah yang kurang waras. Premier League mungkin melakukan format kompetisi ketat di bulan Desember hingga awal Januari karena adanya skema Boxing Day. Namun setelahnya, jadwal akan kembali normal.

Ketatnya jadwal kompetisi pun mau tak mau membuat klub harus memutar otak guna menjaga kebugaran pemain dari satu pertandingan ke pertandingan lainnya. Tak berhenti sampai disana, ketatnya liga juga akan berdampak besar kepada pemain yang masuk ke dalam tim nasional. Pemain yang masuk ke dalam tim nasional rata-rata mengalami kelelahan karena ketatnya jadwal yang mereka mainkan.

“Selalu ada masalah fisik, tentu ini adalah tantangan bagi kami, tapi secara individu secara pribadi kesulitan menjawabnya karena semestinya ini tantangan untuk kita bersama dan tanpa mengurangi rasa respek semua klub di Liga kondisi fisik dari liga sudah tidak bagus dan kita tahu penjadwalan di liga adalah masalah yang harus kita selesaikan bersama,” jelas mantan pelatih Timnas Indonesia Simon McMenemu beberapa waktu lalu, dikutip dari laman Detik.

Waktu Pertandingan Tak Digelar di Jadwal Prime Time

Selain diakukan pada tengah pekan, laga klasik antara Persib kontra Persija ataupun Areme kontra Persebaya maupun sederet laga besar lainnya jarang dimainkan pada jam prime time di TV Indonesia. Terlebih, pemegang hak siar liga 1 saat ini, Emtek Group memiliki jadwal Prime Time yang tak bisa diganggu gugat.

Salah satu Televisi yang bernaung di bawah payung Emtek Group dan menyiarkan Liga 1 adalah Indosiar. Namun stasiun Tv yang bermarkas di Jakarta Barat ini selalu menyiarkan tayangan sepakbola pada sore hari. Pasalnya, waktu prime time Indosiar sudah disesaki oleh sinetron dan kompetisi lain dalam wujud Liga Dangdut. Terkait program terakhir, rasanya sulit untuk mengutak atik jadwal tersebut karena atensi penonton yang lumayan tinggi untuk tayangan tersebut.

Selain itu, tak dihelatnya jadwal sepakbola Indonesia di waktu prime time, dan digelar pada sore hari juga memiliki dampak lain. Fans yang pada sore hari masih berkutat pada pekerjaan hariannya sudah barang tentu akan absen menonton match tim kesayangannya melalui saluran televisi.

Padahal, andai jadwal dirubah ke waktu prime time bukan tak mungkin rating tv akan bertambah seiring berjalannya waktu. Pemegang hak siar tentunya bisa belajar dari berbagai Tv yang menayangkan liga top Eropa yang tak ragu memainkan jadwal sepakbola di waktu prime time.

Baca Juga: Obrolan Vigo: Kemilau Pelé di Piala Dunia 1958

Bedasarkan laporan yang dinukil dari Tempo, ada lima tim Indonesia yang memiliki rating lumayan tinggi dalam putaran pertama kemarin meskipun berbagai laga mereka kerap dimainkan pada sore hari.

Persib Bandung memuncaki daftar tim yang sering ditonotn pemirsa. Tim kebanggaan warga Jawa Barat ini memiliki rating 3,56. Di posisi kedua, Borneo mengumpulkan rating 3,30. Tempat ketiga di isi oleh debutan Perseru Badak Lampung dengan rating 3,20. Meski tengah terseok di papan bawah, Persija Jakarta masih mampu mendapatkan rating 3,20 sementara tim terakhir di isi oleh Persebaya Surabaya dengan raihan rating 3,13.

Penulis: Dimas Edi Sembada & Heri Susanto

Selalu update berita Liga Indonesia terbaru hanya di Vivagoal.com

Exit mobile version