Obrolan Vigo: Sebastian Giovinco yang Terasing di Italia dan Merekah di Amerika
Vivagoal – Berita Bola – Sebastian Giovinco sukses mewujudkan American Dream ketika mentas di MLS bersama Toronto FC. Negeri Paman Sam mampu menyelamatkan karirnya dari penampilan yang cenderung tak terlihat ketika mentas di Italia.
Giovinco merupakan produk dari akademi Juventus. Ia sudah mentas di tim utama sejak 2006 ketika Juve turun ke Serie B lantaran masalah calciopoli. Ia dimasukan dalam rencana klub di awalnya. Namun karirnya agak tersendat lantaran kalah saing di tim utama. Dalam karirnya, ia lebih sering dipinjamkan ke tim lain.
Empoli dan Parma sempat menikmati jasanya. Bahkan bersama Parma, ia sempat mentas dalam dua musim dan mendulang highlight karirnya bersama I Ducali. Salah satu kuda hitam Serie A itu bahkan berani membeli separuh hak sang pemain.
Ia memainkan 70 laga dan mendulang 23 gol serta 18 assist. Pada 2012, Juventus membeli penuh hak sang pemain sebesar 11 juta Euro. Ketika itu kepemilikan dua tim atas satu pemain di Italia masih lazim terjadi. Sang pemain dianggap sudah matang dan bisa menjadi suksesor Alessandro Del Piero yang dilepas. Nomor 10 sempat ingin diberikan kepadanya namun sang pemain justru memilih nomor 12.
Baca Juga:
- 5 Pemain Eks Akademi Bayern Munich yang Tak Pernah Main di Tim Utama
- 5 Fakta Pemenang Ballon d’Or yang Karirnya Berakhir di Tim Kecil
- 5 Fakta Pemain dengan Valuasi Tertinggi di Piala AFF 2024
- 5 Fakta Menarik Soal Timnas Indonesia di Piala AFF 2024
Antonio Conte begitu mempercayainya mendulang peran sebagai trequartista. Ia sempat membantu tim memenangkan dua gelar Serie A. Namun pasca dilatih Massimiliano Allegri pada periode pertamanya, ia membawa serta Alessandro Matri ke tim. Hal itu mereduksi peranan sang pemain di tim utama. Ia hanya mendapatkan peran-peran kecil dalam tim.
Pada 2015, Giovinco yang baru berusia 28 tahun membuat langkah besar dalam karirnya, menepikan Eropa guna mentas di MLS bersama Toronto FC. Di sana, ia mendapatkan bayaran 7 juta dollar dan angka tersebut terbilang besar. Terlebih, ia hadir dalam masa prime tak seperti kebanyakan pesepakbola yang sudah memasuki usia tua untuk mengejar American Dream.
Sejak awal kedatangan, namanya menjadi magnet bagi MLS. Duetnya di lini depan bersama Jozy Altidore. Bahkan di musim perdannaya, ia menjadi denomena dengan mendulang 20 gol dan 10 assist dalam satu musim. Kedatangannya seakan merubah citra klub dari awalnya liga untuk pensiun menjadi kompetisi serius yang masih bisa dimainkan oleh mereka yang ada di usia prime. Carlos Vela bersama LAFC jelas masuk dalam kategori ini.
One of the best we’ve ever seen in MLS.#TFC transfer Sebastian Giovinco to Al-Hilal FC: https://t.co/uqdHpPWU60 pic.twitter.com/F3K2pkWfnx
— Major League Soccer (@MLS) January 31, 2019
Bahkan, lantaran mentas di Amerika, hal tersebut membuatnya ditepikan oleh Giampiero Ventura dalam Timnas Italia yang bakal mentas di kualifikasi Piala Dunia 2018. Ia seakan menepikan catatan prestis sang pemain lantaran mentas di kompetisi yang menurutnya ada di bawah standar. Meski begitu, pengganti sang pelatih, Antonio Conte masih tetap mempertimbangkan apakah membawanya atau Andrea Pirlo dalam susunan skuat Italia.
Sejak mentas di MLS, sang pemain tercatat hanya membukukan dua kali penampilan di Timnas. Namun ia tak mempermasalahkan hal tersebut lantaran keputusan bermain atau tidak bukan urusannya di lapangan karena pelatih memiliki hak preogatif dalam memilih pemain.
Baca Juga:
- Obrolan Vigo: Boxing Day, Hiburan Bagi Penonton dan Neraka Bagi Pemain
- Obrolan Vigo: Mempertanyakan Langkah Jese ke Johor Darul Ta’zim
- Obrolan Vigo: Pentingnya Jeda Musim Dingin Sepakbola Eropa
- Obrolan Vigo: Jesse Lingard yang Merusak Karir Sepakbolanya Sendiri
“Keputusan soal bermain atau tidak bukan urusan saya. Saya bertugas mencetak gol dan memberikan assist. Itulah yang saya ingin lakukan. Semua akan difokuskan untuk memenangkan Piala MLS dan hal itu penting,” urainya.
Dalam empat tahun karirnya di Amerika Serikat, Giovinco mampu hantarkan timnya dua kali melaju ke Play-off, memenangi MLS Cup 2017 dan Supporter Shield di tahun yang sama. Ia sempat membantu Toronto menang tiga gelar Canada Championship dari 2016-2018 lalu. Dalam kiprahnya di Kanada, ia pernah membukukan 142 laga dan mendulang 83 gol dan 51 assist bagi tim.
Pada 2019, ia sejatinya ingin bertahan di klub lantaran sudah merasa berada di rumah. Namun keputusan berkata lain. Perpisahan harus dilakukan oleh keduanya dan Giovinco membuat surat perpisahan yang lumayan menyentuh.
“Saya ingin memperpanjang kontrak dan mengakhiri karir di tempat yang sudah saya anggap sebagai rumah. Sayangnya, kami berbenturan dengan keinginan manajemen TFC. Dalam dua tahun saya berupaya memperpanjang kontrak namun kenyataan tak demikian. Saya mengumumkan masa bakti saya berakhir. Tempat ini sangat spesial bagi saya. Saya mencintaimu, Toronto,”
Setellahnya, Giovinco merapat ke Al-Hilal dan mendulang rangkaian kesuksesan di Asia, termasuk membawa pulang Liga Champions Asia. Ia benar-benar mengakhiri karir di Italia dengan Sampdoria sebagai tim terakhir yang sempat dibelanya.
Selalu update berita bola terbaru seputar sepak bola dunia hanya di Vivagoal.com