Site icon Vivagoal.com

Shalika Aurelia: Perjuangan Menembus Tim Nasional Indonesia

Shalika Vivagoal

Vivagoal – Liga Indonesia – Shalika Auriela berkisah soal perjalanannya menjadi pesepak bola wanita professional.  Bek Timnas Indonesia ini nyatanya punya perjalanan panjang untuk menggapai mimpinya

Sempat mendapat tantangan dari lingkungan terdekat, Shalika berusaha keras untuk menjawab semua keraguan. Latihan keras didorong doa tanpa henti, dia akhirnya mampu membayar keraguan lewat prestasi.

Bukan cuma di dalam negeri, kemampuannya mengolah si kulit bundar mengantarnya ke negara-negara yang syarat akan sejarah sepak bola wanita. Amerika dan Inggris dia jajaki untuk terus mengembangkan bakatnya.

Seiring berkembangnya kemampuan Shalika, dirinya lantas dipanggil Tim Nasional Wanita Indonesia. Rasa haru, bangga dan XXX dirasakan saat membela panji merah putih.

Vivagoal berhasil mewawancarai Shalika Aurelia menyoal sepak terjangnya di dunia olah bola. Berikut petikan wawancara kami dengan Shalika dalam Vivagoal Live One on One beberapa waktu lalu:

Sejak kapan kamu mulai menekuni dunia sepak bola?

Alasan aku pakai nomor punggung 4 itu soalnya aku sudah mulai main sepak bola saat aku umur 4 tahun. Kalo pertama kali debut di Timnas, itu ada di umur 14 tahun.

Selama menggeluti dunia sepakbola, sempat ada penolakankah dari orang terdekat?

Pernah ditentang orang tua karena dulu sempat sulit mencari klub khusus untuk cewek. Jadi aku sempat menekuni golf, tapi akhirnya dapet cara lagi untuk kembali ke sepak bola. Tapatnya saat aku umur 12-14 tahun.


Baca Juga: 


Wanita bermain sepak bola terkadang masih dianggap hal taboo. Bagaimana menurut kamu?

Semua orang itu punya kebebasan dan pilihan sendiri, yang penting  selama apa yang dipilih tidak merugikan orang lain, menurut aku itu gak apa-apa. Aku sendiri bisa menginspirasi banyak orang lewat sepak bola dan aku senang dan itu hal yang baik bukan hal buruk.

Punya banyak saudara cowok, tanggapan mereka setelah kamu jadi pemain bola beneran apa?

Awal suka main bola juga awalnya memang gara-gara saudar cowok aku. Mereka lagi main bola bertiga kurang satu orang dan aku diajak dipaksa jadi kiper. Darisitu aku lanjut terus main bola.

Dulu sempat disuruh les balet, kok bisa?

Dulu orang tua aku ingin aku les balet karena mereka sempat kebawa kebanyakan orang-orang. Dimana yang berkembang cewek itu harus feminism, jadi mereka sempat kebawa oleh lingkungan. Jadi mereka akhirnya mencoba aku supaya bisa lebih feminism  dengan mendaftarkan aku les balet.

Lantas bagaimana cara meyakinkan mereka supaya kamu bisa tetap main sepak bola?

Awalnya mereka sempat tidak setuju, tapi lama-lama mereka merestui juga setelah aku menunjukan keseriusan. Aku hampir setiap hari latihan sendiri dan sampai akhirnya bisa dipanggil Tim Nasional dan akhirnya mereka mendukung karenan melihat aku bahagia bermain sepak bola sampai saat ini aku sekolah di Inggris.

Cerita sedikit dong soal pengalaman kamu di Timnas?

Pertama kali dipanggil Timnas U-16 lawan Thailand di Palembang, aku bangga banget. Ibarat itu beban di angkat dari dada, karena dari dulu aku benar-benar gak ngira bakal jadi pemain bola, inget perjuangan aku selalu berdoa setiap hari untuk bisa menjadi pemain bola.

Saat Indonesia Raya berkumandang, aku kaget. Semacam gak percaya kalo aku benar-benar jadi pesepakbola dan membela negara. Aku diwaktu yang samangat, bangga,  terharu, dan tangis pecah.  Apalagi lihat sekeliling stadion semua orang berdiri nyanyi Indonesia Raya jadi terharu banget.

Sebelum dipanggil Timnas, kapan sebenarnya kamu mulai menjajaki sepak bola professional?

Awalnya sewaktu di usia 14 tahun pas dipanggil Timnas, aku masih gak ngira bakal jadi pemain professional. Aku masih mikir cuma untuk dapat beasiswa sekolah ke Amerika, tapi tambah lama aku sadar kalo setiap hari aku selalu mikirin tentang lapangan, aku gabisa sehari ga main bola.

Disitu aku sadar, aku ga peduli orang-orang bilang apa, akhirnya aku memutuskan untuk menjadi pemain sepak bola.

Sedikit soal Amerika, katanya pernaih main di sana?

Iya aku pernah main di Amerika sama Nike Football Camp selama dua minggu. Itu pengalaman yang benar-benar bermakna banget, dimana aku berkembang jauh. Gak lama setelah itu, baru pertama kali aku dipanggil timnas senior.

Gimana latihan di negara yang terkenal dengan Timnas putri terbaik di dunia?

Latihan sehari empat kali, berat banget. Jadi ada latihan yang aneh setiap subuh kita bangun jam 5 pagi, dimulai jalan satu Km ke lapangan, setelahnya kita latihan ball filling, jadi pagi-pagi itu kita bounch bola pake sepatu futsal di dalam gym.

Abis itu balik, lanjut latihan lagi jam 08.00 sampai jam 10.00 istirahat, dilanjutan latihan siang hari jam 13.00 sampai jam 15.00 istiahat dan terakhir game 18:00-22:00.

Football Camp di sana khusus cewek atau ada cowoknya juga?

Oh itu cewek sama cowok digabung tapi kita dikelompokan berdasarkan umur. Jadi aku satu grup sama yang usia 14-16, tapi kadang-kadang kalo lagi tanding, aku dipindahin main sama tim cowok juga kadang.

 Canggung gak kalo main bareng cowok?

Pasti sih kalo canggung, tapi aku bisa bilang untungnya semua tim cowok yang pernah main bareng aku semuanya respect. Mereka anak baik dan gak pernah macem-macem.

Tapi gak enaknya, ketika puber, cowok-cowok bisa tiba-tiba, lari lebih kencang, loncat lebih tinggi jadi ya kalo aku harus main pintar karena kalo adu fisik sama cowok pasti kalah.

Setelah timnas, ke Amerika, juga pernah ke Inggris, main di klub mana?

Aku sempat main di Westham U-16 dan U-21. Aku udah masuk ke team, udah siap untuk sign, tapi aku belum 18 tahun. Jadi masalah ini di sana serius banget, dimana aku lagi cari cara supaya bisa main di Inggris.


Baca Juga:


Waktu pertama latihan di Inggris gimana?

Deg-degan yang jelas tapi begitu yang kedua, aku langsung dipasang di U-21 mereka buat tanding. Tapi  aku percaya aja dan yakin dengan semua pengalaman aku di timnas dari pelatih dan senior-senior juga Amerika.

Prestasi di mata Shalika?

Prestasi bukan Cuma, tapi bagaimana aku berkembang dari pertama kali aku bermain sepak bola. Juga bukan Cuma masalah fisik aja, tapi juga mental. Aku bahagia bisa belajar banyak hal baru dan menurut aku itu prestasi buat aku. Jadi prestasi bukan soal piala tapi tentang perkembangan untuk bisa menjadi lebih baik.

Terakhir, supaya gak bosen ditengah pandemi ini?

Kalo bisa stay di rumah, tetep aja diem di rumah. Kalo tarpaksa harus keluar, coba ikuti anjuran WHO. Pastikan gunakan masker dan sarung tangan.

Selalu update berita bola terbaru dari berbagai penjuru dunia hanya di Vivagoal.com

Exit mobile version