Vincent Kompany: Benteng Pertama dalam Revolusi Manchester City

Vincent Kompany: Benteng Pertama dalam Revolusi Manchester City

Heri Susanto - April 10, 2020
Dibaca Normal dengan Waktu Menit

Milestone dan Menjadi Legenda

Pasca dipegang Sheikh Mansour, performa City terus menanjak setiap tahunnya. Kombinasi kedatangan pemain bintang, tangan dingin Roberto Mancini serta pola permainan yang terbilang masih fresh membuat City terus merangkak di kancah domestik. Puncaknya, di musim 2011/12, ia pun dipercaya menjadi kapten tim pasca kasus indisipliner Carlos Tevez yang menolak dimainkan di ajang Liga Champions.

Kompany dikenal sebagai kapten yang cukup tenang dan fokus sebagai tangan kanan pelatih di atas lapangan.  Tak jarang kontribusi besarnya hadir dengan gol-gol krusial. Kompany sempat menjadi pahlawan kala menggasak United di Old Trafford,  Kemenangan tersebut pun menjadi kunci keberhasilan City menjadi juara Premier League pertama dalam 44 tahun terakhir. pasca bersaing ketat dengan Manchester United hingga pekan terakhir.

Musim 2012 menjadi masa kelam City, meski mereka mendatangkan sederet bintang di bursa trasnfer, City tak meraih apapun di kancah domestik. Gelar Premier League harus terbang ke sisi Merah Manchester, Yaya Toure dan kolega harus rontok di Liga Champions. Bahkan pada laga final Piala FA kontra Wigan, mereka juga harus tersungkur. Hal tersebut pun membuat Roberto Mancini dipecat dari jabatannya sebagai manajer tim dan digantikan sosok lain, Manuele Pellegrini.

Angin segar dibawa Pellegrini dalam skuat. Ia tak segan melepas beberapa pemain yang tak diperlukan untuk mengakomodir taktiknya. Kolo Toure, Carlos Tevez. Roque Santa Cruz hingga Wayne Bridge ditendang keluar. Sebagai ganti, berabagai nama lain macam Alvaro Negredo (Sevilla), Martin Demichelis (Malaga), Jesus Navas (Sevilla) hingga Stefan Jovetic (Fiorentina) dibawa ke dalam klub. Hasilnya, fantastis, pelatih asal Cile membawa City menjadi double winner pasca menjuarai Piala Liga dan Premier League.


Baca Juga:


Setelahnya, Pellegrini gagal membawa City menjuarai Liga dalam dua musim terakhir. Kompany mulai jarang dimainkan lantaran mengalami serangkaian cedera. Namun pada fase sulit tersebut, City masih bisa menembus fase semi-final Liga Champions sebelum dikalahkan Real Madrid. Sampai hari ini capaian tersebut belum bisa diulangi oleh Pep Guardiola sekalipun.

Pep Guardiola pun datang, skuat City kembali dirombak. Lini belakang menjadi prioritas Pep guna mempertebal benteng pertahanan tim. Nama-nama macam John Stones, Aymeric Laporte, Nicolas Otamendi silih berganti mengisi posisi bek pertahanan bagi City. Ia lebih banyak berperan sebagai pemain penting di ruang ganti dibandingkan di atas lapangan.

Satu-satunya momen yang bisa di capture dalam karir Kompany bersama Pep adalah kala ia mencetak satu gol dalam parade kemenangan 0-3 City atas Arsenal. Di musim yang sama, the Sky Blues juga menjuarai liga dan berselisih 19 angka dari Manchester United yang barada di posisi kedua.

Semusim berselang, City masih perkasa. Mereka mampu memepet Liverpool hingga pekan terahir guna menjadi juara Liga Primer secara back to back dalam dua musim terakhir. Kompany sempat membuat gol spektakuler melalui solo run ke gawang Leicester di 2018/19 lalu.

Gol tersebut seakan menjadi yang terakhir untuk Kompany. Setelah 10 musim di Manchester, ia memutuskan untuk pulang ke Anderlecht sebagai pemain merangkap pelatih, Bersama City, Kompany sukses mendulang empat gelar Premier League, sepasang Piala FA, Empat Piala Liga dan sepasang Community Shierld.


Baca Juga:


Pasca kepergian Kompany, Pep Guardiola enggan mendatangkan bek baru dan tetap percaya kepada Aymeric Laporte, John Stones dan Nicolas Otamendi. Sayangnya performa ketiga bek tersebut jauh dari harapan. Stones dan Otamendi kerap tampil inkonsisten sementara Laporte banyak menghabiskan musim 2019/20 dengan serangkaian cedera. Sepeninggal Kompany, di kancah Liga, City seakan babak belur. Mereka tertinggal 25 angka dari Liverpool di puncak klasemen sementara.

Benteng kokoh bernama Kompany telah pergi. Kini City tinggal mencari sosok lain yang bisa membuat pertahanan mereka kembali kokoh dan bisa bersaing lagi baik di kancah domestik maupun Eropa.