Site icon Vivagoal.com

What If: Yoann Gourcuff Jadi Anak Baik, Dia Bisa Jadi ‘The Next Zidane’

What If: Yoann Gourcuff Jadi Anak Baik, Dia Bisa Jadi 'The Next Zidane'

Sumber: Indosport

VivagoalBerita Bola – Kita akan selalu mengingat betapa indahnya Zinadine Zidane di lapangan. Namun, banyak yang lupa dengan pemain yang dinobatkan ‘The Next Zidane’, Yoann Gourcuff, di mana kariernya hancur akibat dirinya sendiri.

Prancis adalah negara dengan segudang talenta sepakbola. Negara yang terkenal dengan Menara Eiffel-nya tersebut pernah diisi oleh beberapa nama ternama seperti Thierry Henry, Nicolas Anelka, David Trezeguet, dan tentunya Zinadine Zidane.

Kehadiran Zidane di dunia sepakbola membuat banyak penonton dan pemain terkagum-kagum dengan kemampuannya. Mantan pemain AC Milan, Franco Baresi, mengatakan Zidane adalah seorang penari ketika di lapangan dan semuanya terasa mudah dibuatnya.

“Dia sangat anggun seperti seorang penari, dia bahkan menggunakan sol sepatu botnya secara efisien. Semuanya mudah baginya. Dia melakukan gerakan yang jika saya mencoba menirunya, saya akan mematahkan kaki saya,” ucap Franco Baresi yang dilansir dari TalkSPORT.

Namun, pada 2006, Zidane memutuskan untuk pensiun dari dunia sepakbola. Hal tersebut telah ia pikirkan jauh sebelum perhelatan Piala Dunia 2006, di mana kejadian paling memorable terjadi antara Zidane dan Marco Materazzi.


Baca Juga:


Tetapi, sebelum Zidane memutuskan pensiun, lahir sebuah talenta yang dianggap sebagai ‘The Next Zizou’. Pemain tersebut adalah Yoann Gourcouff.

Yoann Gourcouff memulai kariernya sebagai pesepakbola professional di Stade Rennes pada 2004. Julukan sebagai ‘The Next Zizou’ melekat dengannya dikarenakan permainannya mirip dengan Zidane dan juga posisinya sama yaitu gelandang serang.

Sumber: Tribunnews

Performanya di Ligue 1 musim 2005/06, di mana ia mencetak enam gol dan tiga assist, membuat raksasa Serie A kala itu, AC Milan, tertarik memboyongnya. Alhasil, Rossonerri membayar 4,5 juta euro kepada Rennes untuk tanda tangan Gourcuff.

Berharap bisa menjadi rekan baik Ricardo Kaka, Gourcuff justru tampil buruk di AC Milan. Pada Serie A musim 2006/07, Gourcuff hanya bisa mencetak satu gol dan lima assist dari 21 laga.

Kapten AC Milan saat itu, Paolo Maldini, mengatakan Gourcuff hancur di San Siro karena dirinya sendiri. Dia tidak menunjukkan profesionalitas yang seharusnya dimiliki oleh seorang pemain, dan itu yang sangat dibenci pemain AC Milan lain.

“Masalahnya adalah perilakunya. Dia tidak menunjukkan cara yang cerdas untuk mengatur dirinya sendiri. Ketika dia bermain di sini, dia tidak ingin membuat dirinya tersedia untuk skuat. Dia tidak segera mulai belajar bahasa Italia,” ucap Maldini yang dilansir dari These Football Times.

“Ia tidak bekerja. Ia tidak selalu datang tepat waktu. Itu sering terjadi. (Ada) hal-hal yang tidak bisa ia katakan. Tapi dia tahu apa yang dia lakukan,” tambahnya.

Kepribadiannya tersebut lantas membuatnya ditendang oleh AC Milan. Alhasil, ia memutuskan untuk pulang ke Prancis dan bergabung FC Girondins Bordeaux pada 2009.

Beruntung, Bordeaux menyelamatkan kariernya. Gourcuff tampil mengesankan di Ligue 1 2008/09 dengan 12 gol dan 11 assist dan mengantarkan klub ke Liga Champions musim depan.

Kemampuannya tersebut membuat pelatih Timnas Prancis saat itu, Raymond Domenech, untuk Piala Dunia 2010. Sayangnya, itu justru awal dari akhir kariernya sebagai pesepakbola.


Baca Juga:


Gourcuff gagal membawa Timnas Prancis melangkah jauh di Piala Dunia 2010, bahkan tidak lolos babak grup dengan hanya mengemas satu poin dari tiga laga di grup A. Domenech mengatakan banyak pemain yang tidak menyukai Gourcuff dan itu membuat skuad hancur lebur.

“(Franck) Ribery tidak meyukai Gourcuff, itu pasti. Sebelum laga melawan Uruguay, saya berkata kepada Gourcuff, ‘Kamu adalah kunci di laga ini, semuanya tergantung kamu’,” ucap Domenech yang dilansir The Guardian.

“Dia sama seperti (Nikolas) Anelka dan (Thierry) Henry, semuanya berpusat kepada mereka. Ketika ada yang tidak beres, mereka adalah yang pertama kali pergi,” tambahnya.

Sumber: Indosport

Kejadian itu semakin parah lantaran ia memutuskan untuk hengkang dari Bordeaux ke Olympique Lyon (OL) pasca Piala Dunia 2010. Dalam lima musim, Gourcuff hanya mampu menyarangkan 19 gol dan 29 assist.

Jika dirinya bisa lebih profesional sebagai seorang pesepakbola, karier Gourcuff mukan jauh lebih baik. Bahkan, tidak mungkin jika dirinya bisa menjadi penerus Zidane selanjutnya. Dia memiliki talenta yang sangat mirip dengan Zidane, dengan bola yang lengket di kakinya dan permainan yang flamboyan, seakan-akan menari di lapangan.

Namun, apa yang terjadi tidak seperti yang diharapkan banyak pihak, termasuk dirinya. Gourcuff memilih untuk menjadi dirinya sendiri dan namanya akan selalu dikenang sebagai ‘The Next Zidane yang flop’.

Selalu update berita bola terbaru seputar sepakbola dunia hanya di Vivagoal.com

Exit mobile version