5 Fakta Pemain yang Pensiun Terlalu Cepat
- Eric Cantona
Eric Cantona memutuskan pensiun di usia 30 tahun pasca kesuksesan yang ditorehkan di level klub bersama Leeds United, Manchester United hingga berbagai gelar domestik di Prancis bersama berbagai klub. Di Inggris, sepasang Piala FA dan empat Premier League pernah ia menangkan.
Eric Cantona making football look easy https://t.co/Z9XVhtnETB
— Former Footballers (@FinishedPlayers) April 12, 2024
Sosok yang dikenal lumayan meledak-ledak ketika bermain memiliki berbagai kutipan menarik bagi pewarta media entah di sesi wawancara atau Press Conference. Cantona juga memiliki gaya eksentrik di lapangan dengan meminta tambahan kerah pada jersie yang digunakannya.
Dalam sebuah wawancara, Cantona merasa sudah cukup bermain sepakbola dan kehilangan Hasrat memainkan si kulit bundar. Setelah pensiun, ia sempat menggeluti sepakbola pantai dan banting setir menjadi aktor.
- Marco Van Basten
Marco Van Basten dikenal sebagai predator berbahaya yang dimiliki Timnas Belanda jauh sebelum era Ruud Van Nistelrooy, Roy Maakay ataupun Memphis Depay. Basten memiliki reputasi yang luar biasa dalam mencetak gol. Dalam karir profesionalnya, total ia sudah mengepak ratusan gol baik bersama AC Milan maupun Ajax Amsterdam.
Bersama Milan, ia membuat trio Belanda bersama Frank Rijkaard dan Ruud Gullit. Milan sukses dibuat Berjaya di Eropa dan dua dari tiga nama tersebut sukses menangi Ballon d’Or. Timnas Belanda juga keciptatan tuah ketika berhasil dibantu memenangi Euro 1988.
Pada 1993, ketika usianya baru menginjak 28 tahun, Basten putuskan pensiun dari lapangan hijau lantaran masalah cedera hambuhan pada engkelnya. Ia benar-benar meninggalkan sepakbola di usia yang masih amat produktif. Saat ini, ia tengah berkiprah di dunia manajerial dan sempat tukangi beberapa tim Belanda, termasuk Ajax.
- Hidetoshi Nakata
Piala Dunia 1998 menjadi panggung yang dimanfaatkan betul oleh Hidetoshi Nakata. Karirnya lumayan terangkat di ajang empat tahunan tersebut. Catatan gemilangnya bersama Timnas Jepang membuat namanya berlabuh ke Eropa. Perugia mengontraknya pasca Piala Dunia.
Setelahnya, raksasa Serie A lain, AS Roma mengontrak sang pemain dan ia menjadi sosok krusial bagi I Lupi.Nakata mampu hadirkan perbedaan di lini tengah sekaligus market baru bagi Serigala Ibu Kota di Asia. Dalam setiap laga, ada turis Jepang yang saksikan Nakata di Tribun. Tak hanya itu, ia juga berperan penting ketika hantarkan Roma mendulang Scudetto.
Pada suatu masa, Roma memiliki dua pangeran dalam satu tim.
Buon compleanno, Hidetoshi Nakata. pic.twitter.com/jPZiZ6p0pT
— SERIE A LAWAS (@SerieA_Lawas) January 22, 2022
Karirnya di Eropa masih berjalan. Beberapa tim macam AC Parma, Bologna, Fiorentina hingga Bolton Wanderers sempat diperkuatnya. Namun karirnya tak lagi sama. Di usia 29 tahun, Nakata memutuskan mundur lantaran melihat sepakbola sudah menjadi lahan bisnis dan upayanya untuk bersenang-senang di lapangan hijau seakan sirna lantaran pergeseran tersebut.
Baca Juga:
- Obrolan Vigo: Didier Deschamps yang Sanggup Menampar Kenyataan
- Analisa Vigo: Transfer Buruk Jadi Alasan City di Bawah Arsenal dan Liverpool Musim Ini
- Obrolan Vigo: Manchester City yang Diam-Diam tengah Melakukan Proyek Transisi
- Obrolan Vigo: Manchester United yang Harus Mempersiapkan Diri Tanpa Casemiro
- Didier Deschamps
Timnas Prancis memang merupakan negara penghasil holding midfielder terbaik. Saat ini, ada nama Eduardo Camavinga dan Aurelien Tchouameni di sana. Sebelumnya, N’Golo Kante dan Claude Makelele pun hadir. Jauh sebelum nama-nama tersebut mentereng, Le Bleu pernah diperkuat Didider Deschamps yang saat ini menjadi juru taktik mereka.
Semasa bermain, Deschamps sempat masuk dalam generasi emas Prancis yang menangkan Piala Dunia 1998 dan Euro 2000. Ia memutuskan pensiun di usia 32 tahun lantaran masalah cedera meski fisiknya dinilai masih sanggup bermain d level tertinggi. Ketika mundur, ia semapt memperkuat Valencia.
Deschamps kemudian menjadi pelatih. Berbagai gelar domestik di Prancis dan Italia sempat direngkuhnya. Ia juga masuk dalam daftar sosok yang pernah membantu negaranya menjadi pememang Piala Dunia sebagai pemain maupun pelatih.
- Carlos Roa
Carlos Roa sempat menuai impresi kala mentas di Piala Dunia 1998 bersama Timnas Argentina. Di turnamen tersebut, Gawangnya sempat tak kebobolan di turnamen tersebut. Penyelamatan krusialnya ketika Tim Tango bersua Timnas Inggris bakal terus dikenang.
In 1999, Argentina’s World Cup hero, Carlos Roa snubbed a transfer to Manchester United because he thought the world would END in 2000. He retired at 30 to join a religious retreat with his Seventh-day Adventist Church amid prophecies of doom for the new millennium. #HistoryVille pic.twitter.com/xoSUJqMFYQ
— H i s t o r y V i l l e (@HistoryVille) April 12, 2024
Di usia 29 tahun, Roa memutuskan pensiun lantaran mengaku ingin fokus pada agama yang dianutnya. Keputusan pensiun tersebut kemudian disesali lantaran ada tawaran besar yang menghampiri dirinya termasuk dari Manchester United yang siap menjadikannya penerus Peter Schmeichel.
“Di level spiritual, saya masih merasa pensiun sebagai keputusan bagus, tetapi tidak dari sudut pandang olahraga karena saya meninggalkan sepakbola di momen terbaik. Saya bisa berkembang lebih jauh dan [bisa] mendapatkan kontrak besar termasuk kemungkinan bermain di Inggris,” urainya seperti diwartakan Mirror.