5 Strategi Finansial Kala Kompetisi Terhenti
Vivagoal – 5 Fakta – Dampak pandemi covid 19 menghancurkan segala sektor bisnis di Indonesia. Termasuk menghentikan seluruh aktivitas kegiatan olahraga, mulai dari Olimpiade Tokyo 2020, Turnamen AFF 2020 hingga Piala Dunia U-20.
Pandemi covid-19 juga membuat tak ada lagi hingar bingar serta riuh penonton dalam mendukung tim kesayangannya akibat terhentinya kompetisi profesional Liga Indonesia. Mengingat Liga 1, 2 dan 3 tak bisa lagi berputar.
Tentu saja akibat penghentian kompetisi sepakbola profesional ini mengakibatkan terhentinya ‘ladang mata pencaharian’ di sepakbola. Mulai dari pemain, pelatih, offisial tim dan pengurus klub terkena dampak.
Liga Indonesia sempat terhenti pada periode 1998, dimana pada saat itu terjadi krisis moneter di Indonesia. Akan tetapi, jika didalami secara dampak, krisis moneter tidak separah dampak pandemi covid 19 terutama bagi para pemain sepakbola.
Seperti yang kita ketahui bahwa krisis moneter hanya mengakibatkan “kelesuan” pada aktivitas bisnis dan perekonomian dimana dengan tingginya nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat, menyebabkan banyak perusahaan dan unit bisnis gulung tikar.
Sedangkan pandemi Covid 19 yang mengnadung unsur ancaman kesehatan, juga menyebabkan krisis di segala multisektor dan membatasi mobilitas dan aktivitas manusia akibat bahaya kesehatan yang ditimbulkan dari persebaran virus corona.
Pada saat krisis moneter, para pesepakbola masih bisa “hidup” dari kompetisi antar kampung (tarkam) yang masih marak dan masih tidak terbatas mobilitasnya, pada pandemi covid 19 ini segala aktivitas yang “berbau” keramaian turut terhenti disertai pembatasan mobilitas bisnis.
Adanya isyarat ijin kapolri serta adanya rencana PT Liga Indonesia memulai kompetisi pada periode Juli 2021 memunculkan gairah baru bagi seluruh insan sepakbola Indonesia, terutama para pemain, pelatih dan offisial tim yang selama ini menggantungkan hidupnya lewat sepakbola.
Dari perisitiwa penghentian kompetisi akibat krisis moneter 1998 dan pandemi covid 19, maka ada pelajaran yang di dapat. Khususnya soal pengelolaan keungan bagi para insan sepakbola yang menggantungkan hidupnya melalui kompetisi.
1.Keuangan dan Gaya Hidup
Dengan memahami uang masuk dan keluar, maka kita dapat mengukur tingkat persiapan kita ketika menghadapi krisis ekonomi. Gaya hidup seorang pesepakbola juga perlu diatur agar tidak terjadi pemborosan keuangan di kala berjaya, karena hal-hal yang tidak terduga bakal terjadi seperti kompetisi berhenti, mengalami cedera berkepanjangan maupun pensiun.
2. Dana Darurat
Krisis ekonomi dan kesehatan terbukti membuat kompetisi sepakbola berhenti dan otomatis gaji terhenti, maka kita perlu dana untuk operasional kita sehari-hari. Sebisa mungkin dana darurat ini berupa uang tunai, sehingga kita sudah siap dengan kebutuhan mendandak yang terjadi. Sebaiknya sediakan dana darrat paling sedikit 6 bulan dari rata-rata operasional kehidupan kita
Baca Juga:
- 5 Fakta Wayne Rooney, Penyerang Tersukses Inggris
- 5 Fakta Pemain Bola Dunia yang Jatuh Miskin
- 5 Fakta Pemain dengan Nilai Pasar Tertinggi di Eropa
3.Tabungan dan Investasi
Ketika kompetisi telah berjalan, serta gaji mulai diterima disertai kontrak dan bonus, alangkah baiknya untuk menyisihkan sebagian uang untuk tabungan. Nantinya, tabungan ini bisa menjadi investasi bagi para pesepakbola ketika sudah pensiun maupun terkena dampak ekonomi.
Banyak pesepakbola yang tidak mempunyai bisnis atau pekerjaaan lain kala krisis ekonomi dan kompetsisi sepakbola berhenti akhrinya harus “merogoh kocek” untuk bertahan hidup
4. Berbisnis
Usia emas seorang pesepakbola bisa dikatakan pendek. Maka, tidak ada salahnya mulai berpikir untuk memulai bisnis. Karena dalam keadaan apapun ketika kompetisi berhenti ataupun seorang pesepakbola mengalami cedera maupun pensiun, kehidupan masih harus berlanjut.
Baca Juga:
- 5 Fakta Robby Darwis, Legenda Persib Bandung
- 5 Fakta Pemain dengan Nilai Pasar Tertinggi di Eropa
- 5 Fakta Mat Halil, Legenda Persebaya
Karenanya, berbisnis bisa jadi konklusi untuk kebutuhan hidup yang terus berjalan. Banyak jenis bisnis yang dijalankan para pesepakbola di kala pensiun maupun masih aktif, mulai dari membuka rumah makan, warung kopi, kost-kostan, hingga berniaga.
5. Pekerjaan Lain
Banyak pesepakbola yang ketika pensiun maupun terjadi pemberhentian kompetisi memilih untuk mencoba pekerjaan lain. Sebagian dari mereka banyak yang menggeluti bidang adminiastrasi, survei lapangan, hingga tenaga keamanan untuk “meyambung hidup”.
Ditulis oleh Handy Ariwibowo, guru dan penulis buku asal Sidoarjo
Selalu update berita bola terkini dari berbagai penjuru dunia hanya di vivagoal.com