Obrolan Vigo: Johan Vonlanthen, Mantan Pencetak Gol Termuda Euro yang Karirnya Medioker
Vivagoal – Berita Bola – Lamine Yamal sukses menjadi pencetak gol termuda di ajang Euro ketika mendulang gol melawan Prancis. Namun sebelum dirinya, ada satu nama yang pernah melakukannya yakni punggawa Timnas Swiss, Jonathan Vonlanthen.
Yamal sukses mencetak gol di usia 16 tahun 362 hari di fase semifinal Euro 2024. Catatan tersebut membuatnya sukses menjadi pencetak gol termuda di ajang Euro dan ia mampu mengalahkan rekor Pele yang sudah bertahan sejak 66 tahun di ajang internasional ketika membela Timnas Brasil di Piala Dunia 1958.
Namun jauh sebelum rekor tersebut dipecahkan, 20 tahun lalu, Vonlanthen sempat mendulang catatan serupa di Euro 2004. Saat melawan Prancis di fase grup, Vonlanthen mentas sebagai pemian penggant dan mendulang gol di usia 18 tahun 141 hari. Ia mengalahkan rekor Wayne Rooney yang sempat dicetak empat hari sebelummnya di ajang serupa.

Catatan tersebut membuatnya menjadi bahan pembicaraan. Namun Swiss harus tersingkir di fase awal grup. Setelahnya, karir pemain kelahiran Santa Maria, Kolombia justru biasa saja. Padahal, ia bermain satu generasi dengan beberapa pemain penting di PSV Eindhoven macam Park Ji-Sung, Arjen Robben, hingga Mark van Boomel tersemat di sana.
Baca Juga:
- 5 Fakta Pelatih yang Pernah Beberapa Kali Menukangi Kesebelasan yang Sama
- 5 Fakta Pemain Penting Lazio di Medio 90an
- 5 Fakta Pesepakbola Terbaik Venezuela
- 5 Fakta Pemain Terbaik Timnas Kanada Sepanjang Masa
Namun karirnya stagnan. Ia banyak dipinjamkan ke tim lain macam Brescia dan NAC Breda hingga dilepas permanen ke RB Salzburg pada momen tersebut. Ia kemudian hanya menjadi pesepakbola tier kesekian lantaran karirnya hanya berkutat di Austia, Swiss hingga sempat mentas sejenak di tanah kelahirannya, Kolombia bersama Itagui.
Pada 2012, ia sempat mengumumkan pensiun dari sepakbola di usia yang masih terbilang prima yakni 26 tahun. Keputusan tersebut diambil, menurut laman Fourfourtwo lantaran dirinya mengalami ketidakpercayaan diri lantaran masalah cedera yang menerpanya.

“Sepakbola tak lagi memiliki arti bagi saya seperti sebelumnya,” uraianya. Namun setahun setelah putuskan pensiun, ia kembali bermain untuk tim Swiss macam Wohlen, Grasshoppers, Scalffhausen, Servette dan Wil yang terakhir diperkuatnya pada 2016.
Padahal, karir sang pemain digadang cemerlang di gim Championship Manager 2004 bersama Xavi Hernandez, Kaka, Carlos Tevez hingga Robinho. Namun ia nampaknya salah memilih klub dan karirnya harus tenggelam dalam mediokeritas bersama beberapa tim yang sempat diperkuatnya.
Baca Juga:
- Obrolan Vigo: Piala Presiden: Kompetisi Anomali yang Tak Perlu Diseriusi
- Obrolan Vigo: Hugo Ekitike, Wonderkid Prancis yang Karirnya Dirusak PSG
- Obrolan Vigo: Bakat Besar Guler Terlalu Sayang untuk duduk di Bangku Cadangan Real Madrid
- Obrolan Vigo: Manchester City Harus Membobol Tabungan untuk Berjaya Lagi Musim Depan
Vonlanthen jelas berbeda dengan pesepakbola yang sempat mentas di level tertinggi meski karirnya gagal macam Freddie Adu hingga Alexandre Pato. Cedera dan problem tak mampu tampil gemilang pada akhirnya harus mengubur mimpinya menjadi pemain yang digadang menjadi bintang di masa depan. Terkadang, memang gim simulasi dan performa sang pemain di lapangan memang jauh berbeda satu sama lain.
Meski begitu, ia masih memiliki caps yang lumayan. Bersama Timnas Swiss, ia sempat hantarkan negaranya mentas ke Piala Dunia 2006 meksi harus ditarik lantaran masalah hamstring. Namanya disertakan di Euro 2008. Total, sang pemain sempat mentas dalam 40 laga di lintas kompetisi dan mendulang 7 gol bagi negaranya.
Selalu update berita bola terbaru seputar sepak bola dunia hanya di Vivagoal.com
