Paolo Maldini: Benteng Setia dari Kota Mode

Paolo Maldini: Benteng Setia dari Kota Mode

Heri Susanto - June 26, 2020
Dibaca Normal dengan Waktu Menit

Vivagoal Serie A – Paolo Maldini menjadi salah satu pesepakbola terloyal yang ada di dunia. Punggawa AC Milan mengabdikan seluruh waktunya sepakbolanya bersama Milan hingga gantung sepatu. Sederet kisah menarik dan gelimangan gelar mengiringi karirnya sebagai pemain.

Maldini, yang lahir pada 26 Juni 1968 merupakan putra asli Milan. Ia merupakan anak dari legenda Rossoneri, Cesare Maldini. Paolo muda memulai debut di musim 1984/85 pada usia 16 tahun di bawah asuhan Nils Liedholm. Ia dipromosikan pasca namanya tampil apik saat membawa tim junir Milan mendulang Coppa Italia Primavera.

Di musim perdananya, Maldini berkesempatan untuk mendapatkan ilmu langsung dari seniornya yang juga mengawal jantung pertahanan Milan, Franco Baresi. Musim perdananya di Milan berjalan sempurna. Maldini sukses mendulang 25 laga di musim perdananya. Dalam kesempatan tersebut, ia sukes mendulang Sudetto dan Supercoppa Italia

Tak hanya sukses sebagai debutan, Maldini boleh dibilang menjadi palang pintu yang lumayan kompleks lantaran sempat menjajal berbagai posisi di lini belakang mulai dari bek kanan, kiri hingga bek tengah. Posisi terakhir menjadi yang paling sering dilakoninya sampai ua gantung sepatu.


Baca Juga:


Kejayaan Milan mulai terlihat seiring kedatangan Silvio Berclusconi di tahun 1987. Taipan asal Italia bahkan membawa Arrigo Sacchi dari Parma di tahun yang sama. Milan bebenah mereka mendatangkan trio Belanda dalam wujud Marco Van Basten, Ruud Gullit dan Frank Rijkaard. Selain itu, mereka juga memiliki beberapa bek tangguh dalam wujud Paolo Maldini, Billy Costacurta, Mauro Tassotti hingga sang jendral Franco Baresi.

Kehadiran Sacci sebagai juru taktik juga membawa pengaruh besar bagi Maldini. Ia menjelma menjadi palang pintu yang disegani di awal karirnya. Bahkan di bawah pelatih berkepala plontos itu, Maldini muda sukses membantu Milan mendulang gelar Liga Champions pasca mengandaskan wakil Rumania, Steua Bucharest 4-0. Kegemilangan Milan tak lepas dari peran besar trio Belanda. Namun sosok Maldini yang mengawal jantung pertahanan jelas tak bisa disepelekan begitu saja.

Semusim berselang, Milan kembali merajai Eropa dengan mengandaskan Benfica di final Liga Champions 1989. Di usia yang baru menginjak 21 tahun, DNA juara Maldini sudah terbangun dengan mendulang sepasang gelar bergengsi di benua beru dalam kurun waktu dua tahun saja.

Suksesnya karir di klub tak mampu ia tularkan kala memperkuat Azzurri di Piala Dunia 1990. Maldini yang dipanggil ke dalam timnas memang membuahkan hasil yang impresif. Italia, yang bertindak sebagai tuan ruah di ajang tersebut sukses mengunci tiga kemeangan di fase grup tanpa sekalipun kebobolan.

Mereka pun melaju ke semi-final. Asa juara nampak terbuka lebar. Namun di fase semifinal. Negeri Pizza berjumpa Argentina dengan Diego Maradona-nya yang sukses meraih gelar empat tahun sebelumnya. Laga berlangsung ketat dan skor 1-1 menjadi hasil akhir. Pada sesi tos-tosan, Italia terjungkal dari Argentina.