Vivagoal – Berita Bola – Banyak pemain sepakbola yang memenangkan Ballon d’Or. Namun tak semua dari mereka yang sukses mengakhiri karirnya di tim besar. Ada pula beberapa pemenang bola emas yang justru mengakhiri karirnya di tim kecil.
Ballon d’Or merupakan penghargaan yang diinisiasi majalah France Football pada sejak 1956 silam. Banyak nama besar yang pernah mendulang gelar ini macam Stanlley Matthews, Alfredo Di Stefano, Gerd Muller hingga Johan Cruyff pernah memenangi gelar ini. Nama-nama tersebut kemudian menjadi legenda sepakbola.
Untuk urusan yang terbanya, Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo menjadi yang terbanyak. La Pulga mendulang 8 kali dan nama kedua memenangkan 5 kali. Pasca era keduannya rampung, beberapa nama mulai mencuat macam Karim Benzema dan Rodri yang baru-baru ini memenangkan gelar tersebut.
Rodri’s Ballon d’Or is looking more and more deserved as the weeks go by…👀🔵 pic.twitter.com/y17RDKNYe1
— LiveScore (@livescore) November 27, 2024
Biasanya seiring berjalannya waktu, para pemain yang memenangkan gelar tersebut mengelana ke kompetisi lain di luar Eropa. Contoh paling mudah yakni Messi dan Ronaldo. Keduanya sudah melipir dari hingar bingar sepakbola Eropa macam Inter Miami (MLS) dan Al-Nassr (Al-Nassr). Selain itu, Karim Benzema juga sudah mentas di Saudi.
Baca Juga:
- 5 Fakta Pemain dengan Valuasi Tertinggi di Piala AFF 2024
- 5 Fakta Menarik Soal Timnas Indonesia di Piala AFF 2024
- Tanpa Pemain Timnas Indonesia, Berikut 5 Fakta Top Skor Sepanjang Masa Piala AFF
- 5 Fakta Pemain Penting yang Pernah Mentas di Hamburg SV
Namun ada pula pemenang Ballon d’Or yang lumayan stabil menghabiskan karir di level tertinggi macam Luis Figo (Inter Milan), Pavel Nedved (Juventus) atau Luka Modric yang saat ini masih bermain untuk Real Madrid di usia yang hampir mencapai 40 tahun. Nama yang disebut terakhir bahkan belum menunjukan penurunan performa.
Tak semua pesepakbola memiliki kesempatan yang sama seperti halnya Figo, Nedved dan Modric, beberapa dari mereka ada yang harus merapatkan diri ke tempat lain dengan skala yang lebih kecil dari era prime klub ketika menangi bola emas. Vivagoal sudah merangkum 5 nama pemenang Ballon d’Or yang harus mentas di tim kecil. Mayoritas dari mereka sudah pensiun. Siapa saja? Berikut daftarnya
- Jean-Pierre Papin
Papin merupakan penyerang Prancis dengan reputasi tajam jauh sebelum era Thierry Henry maupun Kylian Mbappe. Ia merupakan senjata mematikan di lini depan dan lumayan kesohor melalui aksi akrobatiknya di klub maupun Timnas.
Namanya lumayan kesohor ketika memperkuat Marseille pada rentang 1986-1992 silam. Bersama Les Phoceens, berbagai gelar domestik sempat diraih seperti empat gelar Ligue 1, dua Piala Prancis dan sempat hantarkan tim melaju ke final Liga Champions 1991. Namun perjalanan mereka harus terhenti di tangan Red Star Belgrade.
Di tahun yang sama, ia juga sempat menagi Ballon d’Or dengan koleksi 142 poin mengalahkan Dejan Savicevic, Diarko Pancev dan Lothar Matthaus. Namun di akhir karirnya, sang pemain justru harus memperkuat tim amatir US Lège-Cap-Ferret pada rentang 2001-2004 lalu.
- George Weah
Weah pernah mendulang status tinggi sebagai Presiden Liberia pada 2018-2024 lalu. Ia memang lumayan aktif di dunia politik negaranya pasca gantung sepatu sebagai pesepakbola. Karir terakhirnya hadir ketika memperkuat tim Uni Emirat Arab, Al-Jazira pada rentang 2001-2003 lalu.
Sebelunya, nama Weah lumayan kesorot kala mentas di Eropa untuk kali pertama. AS Monaco dan PSG sempat menikmati jasanya. Namun karir prime sang peamain hadir ketika ia memperkuat AC Milan. Di sana, ia membantu tim menangi dua gelar Serie A dan reputasinya sebagai pencetak gol ulung hadir di Italia. Bersama Milan pula, ia menjadi pemain Afrika pertama yang mendulang bola emas.
Pasca Milan, Weah melalang buana ke Inggris dengan mentas untuk Chelsea dan Manchester City. Ketika itu dua tim tersebut belum seterkenal sekarang dan Uni Emirat Arab menjadi destinasi akhir dalam karirnya.
- Rivaldo
Rivaldo mengikuti jejak Ronaldo Nazario ketika menangi Ballon d’Or 1999 ketika ia masih berseragam Barcelona. Kala itu, sang pemain sukses bukukan status sebagai pilar krusial Barcelona pasca menjadi top skor klub dan hantarkan Blaugrana menangi LaLiga pada periode yang sama.
Karir prime sang pemain memang hadir di Spanyol pada pertengahan 90 hingga awal 2000an. Setelahnya, ia hengkang ke Milan dan tak mampu mengembalikan performanya seperti membela Barca. Pasca Milan, karir sang pemian meredup dan mulai memperkuat tim yang secara kualitas jauh di atas rata-rata.
That Rivaldo goal vs Valencia pic.twitter.com/AaLNlcQvbY
— All Things Brazil™ 🇧🇷 (@SelecaoTalk) November 22, 2024
Rivaldo pernah mentas untuk Olympiacos dan AEK Athens di Yunani. Melancong ke Uzbekistan bersama Bunyodkor hingga menjejal kompetisi Liga Angola bersama Kabuscorp. Pada 2014, ia memutuskan kembali ke tim masa kecilnya, Mogu Mirim untuk mentas bersama anaknya, Rivaldinho di tier bawah sepakbola Brasil.
Baca Juga:
- Obrolan Vigo: Pentingnya Jeda Musim Dingin Sepakbola Eropa
- Obrolan Vigo: Jesse Lingard yang Merusak Karir Sepakbolanya Sendiri
- Obrolan Vigo: Bundesliga yang Terlalu Jauh untuk St Pauli?
- Obrolan Vigo: Morten Gamst Pedersen yang Sangat Cinta Blackburn Rovers
- Mihael Owen
Di akhir medio 90an, Timnas Inggris seakan memiliki harapan baru untuk lini depannya dalam wujud Michael Owen. Jebolan akademi Liverpool melesat menjadi buah bibir. Ia bahkan turut ambil bagian di Piala Dunia 1998 yang melambungkan reputasinya sebagai Next Golden Boy.
Ia sempat hantarkan Liverpool mendulang treble mini dalam wujud Piala UEFA, Piala FA dan Piala Liga di tahun tersebut. Momen manis itu kemudian dibukukan dengan diraihnya gelar Ballon d’Or pada tahun yang sama. Owen menjadi pemain kedua asal Inggris yang mendulang gelar tersebut pasca Kevin Keegan di tahun 1979.
Ia kemudian hengkang ke Real Madrid pada 2004 untuk memulai proyek Galatico bersama Florentino Perez. Namun di Madrid, ia hanya menjadi cameo. Cedera pun mulai menjadi hantu baginya. Pasca Madrid, ia hengkang ke Newcastle United menjadi yudas dengan merapat ke Manchester Unted dan akhiri karir di Stoke City dengan klausul “dibayar saat bermain”
- Fabio Cannavaro
Fabio Cannavaro patut berbangga diri lantaran dirinya menjadi bek pertama yang sukses mendulang Ballon d’Or. Catatan brilian tersebut didapatkan pasca dirinya hantarkan Timnas Italia mendulang gelar Piala Dunia keempatnya pada 2006 lalu. Meksi memiliki fisik yang kecil, kemampuannya dalam menghalau serangan lawan patut diberi kredit lebih.
Dalam karir profesionalnya, ia sempat memperkuat berbagai tim besar macam Parma, Inter Milan, Juventus hingga Real Madrid. Catatan terbaiknya bersama Madrid mentok pada dua gelar LaLiga dan Piala Super Spanyol. Ketika ia hadir di Los Blancos, proyek Los Galacticos Madrid memang memasuki fase kemarau.
Pasca Spanyol Cannavaro kembali ke Juventus selama dua musim sebelum akhiri karir di Al-Ahli Dubai yang mentas di UEA Pro League. Di Negara Teluk, ia sempat mainkan 16 laga dan mendulang sepasang gol dalam periode tersebut.
Selalu update berita bola terbaru seputar sepak bola dunia hanya di Vivagoal.com