Obrolan Vigo: Kita Semua Adalah Cristiano Ronaldo

Obrolan Vigo: Kita Semua Adalah Cristiano Ronaldo

Heri Susanto - March 7, 2024
Dibaca Normal dengan Waktu Menit

Vivagoal Berita BolaCristiano Ronaldo merupakan sosok yang bisa menjadi suri tauladan dalam berbagai aspek entah sebagai manusia, atlet maupun berbagai kategorisasi lain. Singkatnya, Ronaldo adalah kita dalam berbagai jalan yang tengah dan sedang ditempuhnya.

Slogan Ronaldo adalah kita tak ubahnya seperti kampanye di tahun politik. Tak salah memang. Namun untuk konteks satu ini, hal yang sama pernah dan mungkin sedang terjadi dalam aspek kehidupan manusia. Ronaldo memulai segala sesuatunya dari bawah dan apa yang terjadi padanya saat ini merupakan jalan panjang yang lumayan berliku. Ada banyak pengorbanan, air mata dan berbagia lika-liku lainnya.

Ia datang dari keluarga yang kurang mampu. Jauh sebelum masuk akademi Sporting CP, kita mungkin pernah menemukan cerita ia meminta makanan di restoran cepat saji. Banyak dari kita mungkin pernah mengalami momen serupa dan tak segan meminta ketika semua hal terkadang tak berjalan sesuai rencana.

Ia datang ke Sporting, tim dengan kompetisi ketat. Tak sembarang anak Portugal bisa berada di sana. Hanya yang tebaik yang mungkin bisa menimba ilmu. Ia masuk di antaranya. Di sana, catatan gemilang yang direngkuh membuat namanya dikenal. Momen ini tak ubahnya perjalanan ketika seorang mendapatkan penididikan. Ada dua hal. Ia berhasil dan gagal. CR7 masuk dalam kategori yang pertama.


Baca Juga:


Sukses di Sporting, ia merumput ke Manchester United. Di sana, pendapatannya naik drastis. Self Reward pun dilakukan pada awal karirnya di Inggris. ia mulai mengecat rambut, membeli kendaraan, rumah, dan memberi apa yang sebelumnya tak pernah ia persembahakan untuk keluarga. Terasa dekat dengan jalan hidup kita? Tentu saja. Momen serupa mungkin bakal dilakukan selayaknya manusia normal.

Untuk menjadi seorang yang selalu menjadi yang terbaik, sosok yang sempat dibidik Arsenal memiliki intensitas latihan berbeda. Ia kerap mengambil sesi-sesi tambahan secara mandiri. Bahkan, dalam beberapa kesempatan, ia sudah hadir sejak pagi di Carrington dibanding rekan setimnya yang lain untuk berlatih terpisa dengan rekan setimnya.

Etos kerja yang impresif tersebut mau tak mau membuatnya menjelma menjadi sosok tak tergantikan di tim utama. Ia selalu mencoba menjadi yang tebaik dalam setiap kesempatan. Namun ada pula kontroversi yang dilakukan. Kesalahan dan kekeliruan memang kerap kali terjadi dalam momentum kehidupan.

Ketika Piala Dunia 2006 dihelat di Jerman, ia sempat berseteru dengan Wayne Rooney saat Inggris dan Portugal bersua di fase gugur. Keduanya merupakan rekan dekat dan harus berseteru ketika membela negara. Hal serupa mungkin terjadi pula kepada ketika ketika kontestasi pemilihan RT hingga presiden terjadi. Ia sempat menjadi musuh publik sebelum akhirnya situasi bisa mereda.

Beragam prestasi pernah direngkuh di United. Ronaldo tak lagi menjadi orang yang sama. Sosok asal Portugal bertranformasi menjadi megabintang. Ia kemudian memutuskan hengkang ke Real Madrid. Tim yang rela membayarnya mahal. Siapapun yang sukses membuktikan diri menjadi yang terbaik memang layak berada di tempat sepantasnya. Hal serupa juga berlaku pada hidup kita. Ada tempat yang memang bisa memberi nilai lebih dalam hidup.

Bersama Los Blancos, Ronaldo memiliki sepasang peran baru. Menjadi ikon klub dan berupaya memberi yang terbaik untuk timnya. Ada jalan panjang yang harus dilalui. Berganti pelatih mulai dari Manuel Pellegrini hingga Zinedine Zidane pernah ia lalui. Dalam kurun waktu tersebut, ia mendulang kecewa, bahagia dan status menjadi sosok penting di timnya.

Dalam periode serupa, ia sempat hantarkan Portugal menjuarai Euro 2016. Di Turnamen tersebut, nampak Ronaldo berupaya menang guna membuatnya lebih unggul dari sang rival Lionel Messi di level tim nasional. Ambisinya nampak terlihat ketika berada d pinggir lapangan ketika laga final melawan Prancis.


Baca Juga:


Berbagai cara dilakukan untuk membantu negaranya menang ketika ia tak bisa melanjutkan pertandingan ketika cedera. Ia menyemangati rekan setim, memberi dukungan yang dirasa diperlukan dan hasilnya, Selecao das Quinas menjadi juara. Betapa gembiranya ia saat itu lantaran selangkah lebih baik dibanding La Pulga, ketika itu. Memenangkan rivalitas dibanding rival tak ubahnya pencapaian prestis dan Ronaldo sekali melakukannya.

Status kebintangannya membuat Ronaldo masih memiliki mahar tinggi meski usianya mencapai 33 tahun. Segala kesuksesan di Madrid nampak sudah membuatny puas. Pemain asal Portugal kemudian hengkang ke Juventus untuk mencari tantangan baru dan terus mencari jati dirinya Dana 100 juta Euro digelontorkan sebagai mahar untuk membawanya ke Italia. Tak hanya itu, gaji 30 juta Euro semusim harus dibuka si Nyonya Tua guna membawanya ke Turin.

Ronaldo ketika di Italia berubah menjadi anggur yang makin tua makin jadi. Harganya mahal dan kapasitasnya tak perlu diragukan. Momen manis terakhir Si Nyonya Tua di kancah domestik pernah dilalui. Namun catatan besarnya untuk membantu tim menjuarai Liga Champions ta berujung. Impian memang kadang tak selalu jadi kenyataan. Perpisahan kadang menjadi harga pahit yang harus dibayar. Kita pun pernah berharap dan tak kesampaian bukan?

Pasca Juve, Ronaldo kembali ke pelukan Manchester United. Nostalgia memang kadang tak lepas dari langkah manusia. Kembali ke tempat yang membeirkan kenangan manis memberikan sensasi tersendiri. Namun kita sama-sama tahu, buku yang sudah dibaca tak akan merubah jalan cerita. Ronaldo ada di atara pusara itu. Sayangnya, ia justru membuat coretan di buku terakhirnya.

Konflik dengan Erik ten Hag, menjadi sasaran empuk media hingga hal kontroversi, termasuk wawancara dengan Piers Morgan membuat semua mata terpana. Ronaldo hanya berupaya menjadi jujur lewat wawancaranya meski ia nampak menjadi sosok yang arogan. Ia tahu konsekuensi apa yang harus diterimanya. Bulan madu bersama Setan Merah untuk kali kedua selesai pada 2022.

Kisah cinta yang berakhir tak seperti seharusnya memang kerap terjadi. Siapapun, anda, saya maupun kita semua pernah melaluinya. Namun jika kita pada akhirnya merana, bab serupa tak terjadi para Ronaldo. Tingginya posisi tawar sang superstar masih membuatnya tak terlalu kecewa dengan dicampakannya dirinya. Uang bisa menjadi pelipur lara ketika semuanya tak baik-baik saja.

Di usia 38 tahun, Al Nassr mengontraknya. 200 juta Euro setahun, belum termsuk berbagai fasilitas menjadi angka yang diterimanya. Mantan pemain Sporting nampak tahu cara menghabiskan masa tua. Tetap melakukan hal yang disukandan pendapatkan bertambah merupakan impian siapapun. Ronaldo sudah melakukannya dan kita belum, mungkin nanti, besok atau tak akan pernah. Entahlah.

Selalu update berita bola terbaru seputar sepak bola dunia hanya di Vivagoal.com