Kembali Main Bareng Juventus, Bintang Belanda Senang Bukan Kepalang

De Ligt Ungkap Siapa yang Jadi Idolanya Sejak Kecil

Irman Maulana - February 25, 2021
Dibaca Normal dengan Waktu Menit

Vivagoal – Serie A –  Matthijs de Ligt mengungkapkan bagaimana dia tumbuh sebagai bek di Juventus serta menyebut nama sang pelatih Andrea Pirlo dan Sergio Busquets sebagai idolanya di masa kecil.

Bek asal Belanda, Matthijs de Ligt bercerita soal karirnya di Juventus, yang kini telah memasuki musim kedua. De Ligt merapat ke Allianz Stadium pada tahun 2019 lalu dengan bandrol sebesar 75 juta euro atau sekitar 1,29 triliun rupiah dari Ajax.

Sebelum menjadi pemain bertahan, De Ligt mengatakan jika dirinya memulai karir justru sebagai seorang gelandang tengah. Pemain berusia 21 tahun itu mengaku kerap melihat pelatihnya saat ini, Andrea Pirlo dan gelandang Barcelona, Sergio Busquets sebagai idola di masa kecil.

“Sampai usia 14 tahun di Ajax, saya bermain sebagai gelandang tengah dan memiliki dua model untuk diikuti: Sergio Busquets dan Andrea Pirlo. Saya menonton begitu banyak video Pirlo dan sangat menyukainya sebagai pemain. Dia adalah contoh yang bagus untuk saya ikuti,”ujar De Ligt dilansir Football Italia.

Musim 2018/19 menjadi puncak karir De Ligt bersama Ajax sebelum pindah ke Juventus. Ia sukses memberikan gelar Eredivisie dan membawa Ajax melaju hingga babak semifinal Liga Champions.


Baca Juga:


Menurutnya, Ia kini lebih banyak memiliki pengetahuan soal taktik sejak bermain untuk Juventus. De Ligt merasa beruntung karena sekarang bisa mendapat kesempatan main bersama bek yang juga kerap Ia saksikan semasa kecil, yakni Leonardo Bonucci dan Giorgio Chiellini.

“Bonucci adalah bek yang kuat, dia memiliki visi yang hebat dan sangat bagus dalam menguasai bola. Ia bisa melakukan operan panjang dan pendek secara akurat. Sangat penting bagiku, karena harus banyak belajar dalam hal itu,”ungkapnya.

“Penjagaan Chiellini di dalam kotak penalti luar biasa, saya belum pernah melihat orang sepertinya. Saya sering mengatakan kepadanya dia seperti memiliki magnet di kepalanya, dia selalu dalam posisi yang tepat. Ia benar-benar luar biasa.

“Saya pikir ketika dalam kondisi yang baik secara fisik, saya merasa lebih kuat dan lebih cepat. Saya juga belajar banyak hal secara taktik sejak datang ke Italia. Di Ajax, kami melakukan banyak penjagaan satu lawan satu, sedangkan di Serie A lebih bersifat zonal. Karena itu, memiliki pengalaman dari kedua sistem membuatku menjadi pemain yang lebih baik.”

Selalu update berita bola terbaru seputar Liga Italia hanya di Vivagoal.com