Site icon Vivagoal.com

Obrolan Vigo: Edin Dzeko yang Serupa Anggur

Obrolan Vigo: Edin Dzeko yang Serupa Anggur

Vivagoal Berita Bola Wine atau anggur merupakan sebuah minuman yang akan mengeluarkan cita rasa maksimal andai semakin tua usianya dan ditreatment dengan baik. Hal serupa juga terjadi pada Edin Dzeko. Di saat usianya kian menua dan dinilai bakal habis, the Bosnian Diamond justru tampilkan hal sebaliknya.

Dzeko yang lahir pada 17 Maret 1986 merupakan sosok yang lahir dan besar di Negara konflik. Kala masih berusia belia, ia sempat hidup di era perang Yugoslavia. Negaranya, Bosnia & Herzegovina resmi memisahkan diri dari Yugoslavia pada 1992. Dzeko sempat tinggal di bawah tanah untuk menyelamatkan diri dan ia enggan mengingat lebih jauh masa lalunya itu.

Di awal karir sepakbolanya, Dzeko belum mentas sebagai penyerang. Ia biasa bermain di belakang striker dan kadang menjadi winger dan menjejal posisi sebagi fullback. Namun ia tak mempermasalahkan hal tersebut. Namun kala bermain di Teplice. Ia menempati posisi penyerang. Sama seperti idola masa kecilnya, Andriy Shevchenko.

Dua musim bermain di Republik Ceko, ia sukses membukukan 16 gol dan tiga assist dalam 45 pertandingan. Kuda Hitam Bundesliga, Wolfsburg pun merekrutnya di musim panas 2007 dengan mahar 4 juta Euro. Dzeko mulai menemukan ketajamannya di tanah Jerman.


Baca Juga:


Tiga musim berseragam Die Wolfe, Dzeko sukses mencuri perhatian berkat catatan 85 gol serta 35 assist bersama tim BUMN Jerman itu. Bahkan di musim 2008/09, ia sukses hantarkan klub mendulang gelar. Spesialnya, ia sukses mendulang gelar sebagai pencetak gol terbanyak kedua dengan 26 gol. Sementara partnernya di lini depan, Grafite keluar sebagai top skor dengan torehan 28 gol.

Gelar tersebut bahkan menjadi gelar pertama bagi Wolfsburg dan belum mampu diulangi lagi sampai hari ini. Pasca Wolfsburg, nama Dzeko mulai terangkat pasca menerima pinangan Manchester City di pertengahan musim 2011/12.

Dzeko harus berbagi tempat dengan beberapa nama di lini depan macam Sergio Aguero, Carlos Tevez hingga Mario Balotelli di musim perdananya. Ia langsung hantarkan tim mendulang gelar Premier League yang sudah ditunggu lebih dari 40 tahun silam untuk the Sky Blues.

Di musim kedua dan ketiga, ia juga jarang menjadi pilihan. Namanya kerap kalah saing dengan berbagai juru gedor City di lini depan. Praktis, Dzeko kerap menjadi supersub bagi City. Namun, ia masih berkontribusi dengan mendulang 72 gol dalam 185 laga dan berhasil hantarkan tim mendulang berbagai gelar domestik macam dua gelar Premier League, sepasang Community Shield, satu Piala Liga dan satu Piala FA. Dzeko pun gerah lantaran terus menjadi pemain cadangan dan memutuskan hengkang ke AS Roma di msuim panas 2016.

Dzeko yang Harum di Italia

AS Roma harus merogoh kocek tak kurang dari 11 juta Euro guna membawa sang pemain ke Ibu Kota Italia. Meski harus meninggalkan seabrek prestasi dan gaji besar yang diberikan kepada City, Dzeko sama sekali tak menyesali keputusannya itu.

“Saya sedang berada dalam momen terbaik dalam karier saya di City. Oleh karena itu, saya tidak mau duduk di bangku cadangan dan memilih pindah ke Roma. Saya sama sekali tidak menyesali keputusan itu,” kata Dzeko kepada Corriere dello Sport.

“Saya pergi dari Inggris ketika kontrak di City masih menyisakan tiga tahun. Saya tidak setuju dengan beberapa keputusan Manuel Pellegrini.”

Di Roma, Dzeko tak bisa berbicara banyak dengan membantu AS Roma mendulang berbagai prestasi lantaran di waktu yang bersamaan, Juventus dan Inter Milan tengah mendominasi khasanah sepakbola Serie A. Meski begitu, Dzeko mengaku cukuo senang bisa mentas di Roma lantaran kesemaptan bermain reguler terbilang besar dibanding harus bertahan di City. Lima musim berseragam I Lupi, ia mampu suguhkan  119 gol dan 55 assist dari 260 penampilan di semua kompetisi.


Baca Juga:


“Saya memang gagal meraih gelar bergengsi bersama Roma. Tapi, saya menghabiskan enam tahun yang luar biasa di sana. Saya punya kenangan baik dan buruk di sana, dan Roma memiliki tempat spesial dalam hati saya,” lanjutnya.

Di awal musim ini, secara mengejutkan Dzeko memilih hengkang ke Inter Milan guna menggantikan peran Romelu Lukaku yang dijual Inter Milan ke Chelsea. Keputusan Dzeko angkat kaki sempat dikritisi Jose Mourinho yang men

“Kenyataannya adalah kami memulai pramusim dengan berpikir kami memiliki Dzeko,” jelas Mourinho kepada RomaTv. “Hal itu itu sedikit mengejutkan bagi kita semua apa yang terjadi.”

“situasi ini adalah situasi yang aneh. Jelas bahwa dia akan pergi ke klub lain, tetapi ada beberapa keraguan. Saya mendengar para pemain jauh lebih khawatir tentang situasi ini daripada fokus pada akhir pelatihan pramusim,” tuntas Mou.

Meski awalnya smepat diragukan lantaran belum tentu bisa menggantikan peran besar Lukaku, Dzeko, yang saat ini berusia 36 tahun masih belum mau berhenti mencetak gol. Harum anggur seakan masih menyengat padanya di usia yang sudah tak lagi muda sebagai pesepakbola.

Sejauh ini, Ia sudah mendulang 16 gol dalam 38 pertandingan yang dimainkan bersama Inter Milan. Kansnya untuk mendulang gelar bersama La Beneamata di Italia bisa saja terjadi lantaran Inter saat ini masih berada di jalur juara.  “Kini saya bermain bersama Inter. Saya ingin berusaha sekeras mungkin meraih Scudetto musim ini,” pungkasnya.

Meksi anggur kerap terasa enak di usia tua, namun tak semua anggur bisa dinimkati di usia tua. Sensasi menikmati anggur yang tua kurang lebih hanya menimbulkan nostalgia. Pun demikian dengan Dzeko. Inter Milan mungkin saat ini bisa mengganti Lukaku dengannya. Namun mereka sudah barang tentu tak bisa terus menggantungkan diri kepada Dzeko yang kian tergerus usia.

Tanti Auguri, Eden!

Selalu update berita bola terbaru seputar sepak bola dunia hanya di Vivagoal.com

 

Exit mobile version