Site icon Vivagoal.com

Obrolan Vigo: Pemain Indonesia Main di Eropa Hanya untuk Marketing Semata?

Obrolan Vigo: Pemain Indonesia Main di Eropa Hanya untuk Marketing Semata?

Vivagoal Berita Bola – Belakangan, banyak pemain asal Indonesia yang merumput di Eropa. Namun kehadiran para pemain nasional di benua biru justru menuai pertanyaan. Apakah mereka benar-benar dibutuhkan, atau hanya menjadi bahan marketing untuk mendulang fans dan followers dari tanah air saja.

Sejatinya, gerbang kedatangan pemain Indonesia di Eropa tak dimulai baru-baru ini. Kurniawan Dwi Yulianto, Kurnia Sandy, dan Bima Sakti menjadi sosok-sosok yang sempat berkiprah di benua biru via jalur PSSI Primavera pada medio 90an lalu.

Nama yang disebut pertama sempat memperkuat Sampdoria dan klub Swiss, FC Luzern. Kurnia Sandi gagal mengecap satu pun laga resmi bersama Il Samp sementara Bima Sakti sempat bermain untuk kontestan Liga Swedia, Helsinborg IF selmaa semusim.

Tak berhenti sampai di sana, PSSI sempat menggembleng program anyar dalam diri Sociedad Anónima Deportiva (SAD) di pertengahan millennium lalu. Beberapa pemain macam Syamsir Alam, Yongki Aribowo, Yanto Basna, Hansamu Yama Pranata. Alfin Tuasalamony, hingga Manahati Lestusen.

Syamsir sempat hengkang ke beberapa klub macam DC United dan CS Vise. Meski dua tim tersebut sempat dimiliki orang Indonesia, ia sempat menepak 10 laga di CS Vise dan di DC, ia hanya menumpang berlatih tanpa mengepak satu pun laga. Sementara Alvin Tuasalamony juga memperkuat VIse sebelum akhirnya kembali ke Indonesia.


Baca Juga:


Kini, pemain Indonesia memasuki gelombang ketiga hengkang ke Eropa. Egy Maulana Vikri menjadi gerbang pembukanya. Pemain jebolan Diklat Ragunan putuskan bermian di Eropa bersama kontestan Ekstraklasa, Lechia Gdanks. Kehadirannya ke Eropa membuat riuh rendah dan harapan pecinta sepakbola melambung tinggi seiring derasnya arus informasi dan media sosial yang kian massif

Eropa Hanya Bagian dari Marketing Klub

Meski banyak fans sepakbola berharap pada Egy agar sang pemian bisa menuai kesuksesan di Eropa, kenyataan berkata lain. Lechia jarang memainkan Egy di tim utama. Pemain asal Medan justru lebih banyak bermain untuk Lechia II yang notabene merupakan tim junior.

Setelah Egy, beberapa nama lokal mulai menyusul main di Eropa. Witan Sulaeman bergabung dengan FK Radnik Surdulica yang mentas di Liga Utama Serbia. Berbeda dengan Egy, Witan langsung tmapil di tim utama dan mengepak lima laga di tim utama dengan koleksi menit bermain 110 menit.

Di luar dua nama tersebut, Brylian Aldama dikontrak oleh kontestan Liga Kroasia, HNK Rijeka sementara Miftah Anwar Sani sempat dipinjam oleh tim asal Bosnia, FK Sloboda Tuzla. Meski sudah menggubrik laman transfermarkt, belum ada informasi berapa banyak kedua nama tersebut bermain untuk timnya masing-masing.

Di luar hingar bingar pemain Indonesia yang bermain di Eropa, kebanyakan dari nama yang beredar saat ini masih belum bisa memberikan kontribusi besar bagi timnya secara permainan. Namun secara dampak promosi, publisitas dari media Indonesia hingga penambahan followers di laman Instagram, tim-tim yang dibela pemain Indonesia mendapatkan kenaikan yang signifikan.

Berbagai media, khususnya yang memiliki kanal sepakbola di Indonesia tak segan memberitakan informasi terkini soal pemain nasional yang berlaga di luar negeri. Meski kadang isi beritanya tak seketat judul yang disematkan, publisitas demi kenaikan viewers jelas menjadi hal yang wajib disebarluaskan.


Baca Juga:


Klub yang mengontrak para pemain Nasional juga mendapatkan imbasnya. Lechia Gdanks memiliki followers di angka 225k dengan kombinasi kedatangan Egy dan Witan. Hal ini jelas membuat mereka sedikit terkenal, di Indonesia, tentunya. Tim paling berprestasi di Polandia, Lech Poznan hanya memiliki separuh dari followers Lechia yakni 125k!

Hal yang sama juga terjadi pada tim-tim lain. Rijeka, Sloboda juga sempat mendapatkan pemberitaan yang massif terkait Brylian dan Miftah Anwaer Sani. Namun jika parameternya hanya tinggi rendahnya followers Instagram, tim-tim Eropa tersebut jelas bisa membelinya di laman twitter atau kolom komentar para selebriti bukan?

Lagipula, andai pemain Indonesia benar-benar bagus dalam bersepakbola, tak mungkin bukan mereka main di kompetisi yang lebih proper seperti Eredivisie dan Liga Portugal bukan?

Selalu update berita bola terbaru seputar sepak bola dunia hanya di Vivagoal.com

Exit mobile version