Site icon Vivagoal.com

Obrolan Vigo: Tottenham Hotspur yang Akan Selalu Menjadi Ayam

Obrolan Vigo: Tottenham Hotspur yang Akan Selalu Menjadi Ayam

Vivagoal Berita Bola – Tottenham Hotspur adalah tim London yang secara komposisi bisa disejajarkan dengan Arsenal maupun Chelsea. Namun secara raihan prestasi, catatan mereka terasa medioker, terlebih dalam 10 tahun ke belakang.

Berdiri sejak 1882, Spurs terbilang seret gelar. Mereka mendulang sepasang gelar First Division pada medio 50-60an, dua Second Division, 8 Piala FA dan lima Community Shield serta tiga gelar Eropa, Dua Piala UEFA dan satu Piala Winners. Semuanya diraih di masa lampau. Siapapun, termasuk Liverpool, Nott Forrest hingga Aston Villa atau bahkan Timnas Inggris, memang akan terlihat hebat di masa lalu.

Pasca era milenium, Spurs hanya mendulang satu Piala Liga ada 2007. Sisanya, mereka ada di ruang kosong. Mereka sering berkutat dengan status runner up baik di kancah domestik maupun interkontinental. Menjadi nomor dua jelas merupakan sebuah hal tak termaafkan lantaran kekecewaan dan rasa penasaran yang mungkin didapat terbilang lebih besar dibanding menjadi juara ketiga.

Ada indikasi seretnya prestasi Spurs terletak pada logo Ayam yang sudah tersemat sebagai emblem mereka sejak 1921 lalu. Menukil urban dictionary, ayam memiliki arti kurang keberanian, tidak terampil, pecundang dan pengecut. Rangkaian makna tersebut seakan berjalan lurus dengan yang terjadi di Tottenham sejak era millennium.


Baca Juga:


Kurang Keberanian

Spurs terbilang kurang berani dalam hal mendatangkan pemain. Tengok berapa pemain dengan mental juara yang hadir dalam tim di masa lalu? Robbie Keane mungkin striker hebat di awal 2000an hingga pertengahan 2000. Predikatnya sebagai predator di dalam kotak penalti tak terelakan. Namun secara mentalitas, pemain Republik Irlandia tak memiliki mental juara. Hal yang sama bisa ditemui pada punggawa Spurs di masa lampau macam Paul Robinson hingga Jermain Dafoe.

Bahkan di era sekarang, siapa pemain Spurs yang pernah membawa timnya juara? Dele Alli? Ia hanya lucky bastard yang cukup puas dengan gaji besar. Permainannya stagnan dalam beberapa musim terakhir Harry Kane? Ia hanya singa besar yang terdampar di kandang kecil. Son Heung-min? Bergabung di Tottenham membuat potensinya seakan percuma.  Lucas Moura mungkin bisa dijadikan pengecualian lantaran sempat sukses bersama PSG. Tapi, bukankah siapapun bisa menjadi juara jika tim yang dibelanya PSG?

Spurs memang kurang berani mendatangkan pemain yang benar-besar meski mereka sejatinya memiliki kekuatan finansial untuk merealisasikan hal tersebut. Namun andai CEO tim masih David Levy, semua terasa percuma.

Tak Terampil

Selain memiliki komposisi pemain yang kurang mumpuni soal mentalitas. Pelatih yang pernah membesut Spurs adalah orang-orang medioker yang kerap berkutat di papan tengah. Sejak era 2000an, praktis tak ada nama besar yang beanr-benar membesut Spurs. Pengecualian mungkin hadir pada Andre Villas-Boas. Pelatih Portugal semapt kukuhkan reputasi mentereng bersama FC Porto. Namun, ia tak mendapat kesempatan untuk menunjukan taji bersama Lilywhites.

Setelah AVB, Spurs sejatinya sempat membuka asa melalui Mauricio Pocchetinno dan Jose Mourinho. Namun lagi-lagi, lantaran ketidaksabaran manajemen dan merepetisi kesalahan yang sama, kans mereka untuk memutus streak buruk dalam hal mendulang gelar lenyap. Padahal bersama Mou, kesuksesan hanya tinggal menunggu waktu. Sebebal apapun Mou melakukan friksi kepada para pemainnya, ia bisa memberikan jaminan tim yang dilatihnya mendulang sukses.

Kini, tongkat estafet pelatih Spurs diberikan kepada Nuno Esposito Santo. Sosok yang menjadikan Wolves kuda hitam di Premier League. Spurs sejatinya sempat ingin mengotrak Antonio Conte. Namun Conte pada akhirnya menolak melanjutkan negoisasi lantaran muncul kabar yang menyebut jika Spurs tak memiliki visi masa depan. Artinya, Spurs memang senang menjadi kuda hitam. Santo adalah orang yang tepat untuk merealisasikan hal tersebut. Bukan begitu?

Pecundang

Hanya tim pecundang yang rela melepas bintangnya ke tim lain lantaran tak mampu memberikan jaminan apapun, termasuk prestasi. Michael Carrick, Gareth Bale, Luka Modric, Kyle Walker hingga Kieran Trippier menjadi sosok-sosok yang pada akhirnya dijual ke klub lain. Namun, para pemain yang disebut di atas justru menuai kesuksesan besar bersama klub barunya. Artinya, ada yang salah dengan Spurs.

Bahkan, kala melepas para bintangnya, Spurs tak bisa mengganti mereka dengan pemain yang sepadan secara kualitas. Alhasil, Spurs being Spurs. Andai Harry Kane nantinya dilepas, ceritanya mungkin akan sama dengan para bintang yang sudah lebih dulu meninggalkan London Utara.

Pengecut

Spurs pastinya paham keinginan fans untuk mendulang prestasi. Namun, satu-satunya capaian yang berhasil mereka suguhkan adalah memenangkan Saint Totteringham’s Day atas Arsenal. Dunia memang sekaan tak baik-baik saja kala Arsenal ada di bawah Spurs secara peringkat. Namn itulah yang terjadi pasca Arsene Wenger tak lagi melatih Arsenal.


Baca Juga:


Mendepak pelatih yang membawa tim menjadi finalis Liga Champions dan Runner Up Liga adalah hal pengecut. Memecat pelatih seminggu jelang laga final adalah kepengecutan Spurs yang lain. Tak mendatangkan pemain yang dibutuhkan padahal mampu adalah sebuah hal kurang berani At the end of the day, Spurs still chicken.

Selalu update berita bola terbaru seputar sepak bola dunia hanya di Vivagoal.com

Exit mobile version