Vivagoal – Berita Bola – Tak ada kata telat untuk berprestasi. Maurizio Sarri mampu membuktikan hal tersebut. Ia baru menuai prestasi kala memasuki senjakala usia sebagai pelatih sepakbola. Catatan itu seakan membuktikan jika tak ada yang tak mungkin dalam hidup.
Sarri merupakan sosok yang lumayan lama berkecimpung di sepakbola Italia. Pada 1990, ia sudah mulai menukangi tim-tim gurem Italia. Hal tersebut berlanjut hingga 2011 lalu. Butuh waktu puluhan tahun baginya untuk dilirik tim-tim besar.
Sarri menunjukan jika dalam kehidupan, beproses untuk terus menjadi lebih baik seakan menjadi hal yang diperlukan. Ia melangkah selangkah demi selangkah guna menapaki karirnya sebagai sosok yang diperhitungkan.
Maurizio #Sarri 🎙 “There’s a gap between Atalanta & Lazio because La Dea qualified for the #UCL three seasons in a row and cashed in 150 mil. We now sign player deals from 7 to 10 mil, they sign from 15 to 20 mil. Simple facts.” #LazioAtalanta #SerieA pic.twitter.com/0Jn2aCsRLw
— LazioLand (@Lazio_Land) February 10, 2023
Ia juga menemukan skema Sarri-Ball yang mengedepankan possession plus kombinasi sepakbola menyerang. Tak semua pelatih bisa menemukan ciri khas dalam permainannya. Sarri mampu menemukan hal tersebut.
Baca Juga:
- 5 Fakta Pemain Masa Depan Manchester City
- Sempat Tak Terdengar, Berikut 5 Fakta Pelatih yang Sukses Naik Kelas
- Dikuasai Pebisnis, Inilah 5 Fakta Bakal Calon Ketua Umum PSSI
- 5 Fakta Pelatih yang Tak Pernah Bermain Sebagai Pesepakbola
Laman sepakbola ternama dari Prancis, L’Equipe mendeskripsikan Sarriball meruoakan tiki-taka yang berjalan vertikal. Skema tersebut sempat ia peragakan kala masih menukangi Napoli, Chelsea dan Lazio saat ini.
Vivagoal memiliki 5 fakta soal Sarri. Beberapa sudah banyak ditahui dan beberapa hal lain masih belum banyak diketahui. Apa saja itu?
- Mantan Pegawai Bank
Sarri tak pernah main sepakbola secara profesional. Ia sempat menjalani trial dengan Torino dan Fiorentina. Namun dirinya gagal. Ia mencari peruntungan dengan bergabung bersama Figline. Namun karirnya selesai lebih cepat dan putuskan pensiun dini.
Untuk menyambung hidup, ia kemudian menjadi pegawai bank di Bank Monte dei Paschi yang berlokasi di Siena. Namun hasrat sepakbolanya masih tetap membara. Ia menjadi pesepakbola paruh waktu. Pagi hingga sore dihabiskan di kantor dan sore harinya ia mentas bersama tim amatir.
Coming up next, #LazioAtalanta: Maurizio Sarri’s 250th #SerieA💎 match!
Congratulations Mister 👏👏👏 pic.twitter.com/6N1iXZPAs6
— Lega Serie A (@SerieA_EN) February 11, 2023
Dirinya menekuni hal tersebut hingga usia 30 tahun. Setelahnya, ia memutuskan terjun ke karir manajerial dengan menukangi tim divisi bawah, Stia.
- Berprestasi Di Usia Senja
Banyak manajer yang mendulang kesuksesan di usia muda. Pep Guardiola hingga Julian Nagelsmann bisa menjadi contoh menjadi pelatih muda yang berprestasi. Sarri? Ia membutuhkan waktu 60 tahun untuk mendulang gelar bergengsi.
Bersama Chelsea pada 2018/2019, ia mampu hantarkan the Blues memenangi Europa League. Gelar tersebut merupakan gelar pembuka baginya. Setelahnya, keran Piala mampu ia persembahkan bersama Juventus pada 2019/20.
- Banyak Menukangi Tim Kecil
Seperti dipaparkan di awal, Sarri lebih banyak menukangi tim medioker. Kesempatan manajerialnya baru datang 20 tahun berselang sejak awal karirnya. ia mendapatkan kesempatan menukangi tim yang namanya lumayan terdengar, Empoli pada 2012 hingga 2015.
Kala menukangi Azzurri, ia membantu tim asal Tuscan promosi ke Serie A pasca enam tahun absen dengan duduk di posisi kedua. Namun di musim 2014/15, ia gagal membawa tim bertahan di Serie A. setelahnya, Sarri menukangi kota kelahirannya, Napoli, Chelsea, Juventus dan saat ini tengah membesut Lazio.
Baca Juga:
- Obrolan Vigo: Niclas Fullkrug, Pembuktian si Medioker
- Obrolan Vigo: Tak Terkalahkan, Barcelona Ada di Jalur yang Tepat?
- Obrolan Vigo: Gerard Pique, Sosok Kelas Dua yang Menjadi Legenda Barcelona
- Obrolan Vigo: Pentingkah Membeli Pemain Saat Deadline Day?
- Perokok Aktif
Sari dan rokok adalah integral tak terpisahkan. Ia merupakan pecandu rokok kelas berat. Bahkan, mantan pemain Napoli, Dries Mertens mengklaim jika dalam satu hari, Sarri pernah menghabiskan lima sampai enam bungkus rokok per hari guna meredakan stress sebagai juru taktik.
Namun kala menukangi Chelsea di Inggris, ia agak kesulitan untuk merokok antaran larangan merokok yang diberlakukan okeh FA. Sebagai ganti, ia pernah kedapatan mengunyah filter rokok dalam berbagai kesempatan kala menukangi Chelsea.
Keluhan lantaran tak bisa merokok pernah ia sampaikan kala Arsenal menang atas Chelsea pada 2018 lalu. Kini, ia sudah bebas kelepas kelepus lantaran sudah berada lagi di Italia dan hal tersebut memungkinkannya sebat di setiap laga.
- Dipecat Dua Tim Besar
Karir manajerial Sarri sebagai pelatih tak lepas dari insiden pemecatan. Ia pernah dua kali dipecat oleh tim besar yakni Chelsea dan Juventus. Padahal, bersama dua tim tersebut, Sarri lumayan memberikan prestasi.
Kegagalan membuat tim berjalan stabil baik di lapangan dan ruang ganti menjadi alasan bagi Sarri dipecat dari jabatannya. Bersama Chelsea, ia didepak lantaran tak memiliki strategi jitu kala tim tengah terpuruk. Hal yang sama juga terjadi di Juve. Bahkan pemecatannya bersama si Nyonya Tua terjadi 12 hari pasca Juve memenangkan Serie A.
Selalu update berita bola terbaru seputar sepak bola dunia hanya di Vivagoal.com