Obrolan Vigo: Andriy Shevchenko, Kereta Cepat dari Ukraina

Obrolan Vigo: Andriy Shevchenko, Kereta Cepat dari Ukraina

Heri Susanto - September 29, 2021
Dibaca Normal dengan Waktu Menit

Vivagoal Berita Bola – Eropa Timur pernah punya beberapa pemain hebat yang mengharumkan negaranya macam Lev Yashin dari Rusia dan Andriy Shevchenko di Ukraina. Nama yang disebut terakhir bahkan memiliki jasa lumayan besar bagi negaranya.

Shevchenko, yang lahir pada 29 September 1976 di Kota Kecil Uni Soviet, Dvirkivschyna sempat gagal mengikuti tes menggiring bola di usia muda. Namun empat tahun berselang, Namanya hadir memperkuat Dynamo Kiev U-14 yang mengikuti turnamen Ian Rush Cup. Ia menjadi pencetak gol terbanyak di turnamen tersebut dan dianugerahi sepatu legenda sepakbola Liverpool itu.

Shevchenko muda mengepak debut profesional di usia 16 tahun. Ia sempat mencuri perhatian kala mencetak hattrick ke gawang Barcelona pada ajang Liga Champions musim 1997/98 di Camp Nou. Dynamo menang dengan skor 4-0 pada laga itu. Nama Shevchenko pun mulai dikenal publik pasca aksi impresifnya tersebut.

Bersama Dynamo, ia sukses persembahkan lima gelar Ukraina Premier League dan tiga Piala Ukraina. Pada musim panas 1999/00, AC Milan sukses mengamankan jasanya di angka 24 juta Euro. Angka tersebut menjadikannya sebagai pembelian yang lumayan mahal bagi Milan pada saat itu. Sebagai gambaran, di musim tersebut, Milan menghabiskan 50 juta Euro untuk belanja pemain, setengahnya mereka habiskan untuk Shevchenko seorang.

Investasi besar Milan nyatanya berjalan sesuai rencana. Sheva bertransformasi sebagai predator yang garang di Serie A. di musim debutnya, ia langsung menjadi top skor Serie A dengan koleksi dengan koleksi 24 gol. Ia menjadi pemain kedua yang sukses mencatatkan diri sebagai top skor di musim debutnya setelah Michel Platini.


Baca Juga:


Memasuki musim keduanya Shea kembali tajam. Dalam dua tahunkarirnya di Milan, 63 gol mampu dilesatkan Sheva. Sebagai seorang striker, ia memang dianugerahi kecepatan yang tinggi layaknya kereta cepat. Performanya sebagai juru gedor menjadi sebuah anomali tersendiri lantaran biasanya pemain dengan tipikal cepat merupakan sebuah winger. Namun di balik gelontoran gol yang ia ciptakan bagi kllub, Milan masih belum bisa mendulang gelar.

Di musim ketiganya, Milan masih belum bisa berbuat banyak di kancah domestik ataupun Eropa. Rossoneri hanya mampu mencapai babak semifinal Piala UEFA dalam dua musim. Mereka juga keok di fase grup Liga Champions dan Rossoneri tak bisa melebihi peringkat tiga di akhir musim dalam tiga tahun terakhir awal karir Sheva.

Peruntungannya meraih gelar hadir semusim berselang. Milan mampu mendulang double winnners kala mendulang Coppa Italia dan Liga Champions dengan mengalahkan Juventus di partai final dalam tajuk All-Italian Final. Milan juga sukses mendulang Piala Super Eropa pasca kalahkan Porto. Dalam laga tersebut, Sheva turut mencetak satu-satunya gol kemenangan di menit ke-10.

Semusim berselang, ia kembali persembahkan gelar Scudetto untuk Milan. Gelar tersebut merupakan yang pertama sejak 1999 silam. Musim tersebut juga menjadi kali kedua Sheva menjadi top skor dengan koleksi 24 gol dari 32 laga yang dimainkan.

Meski punya berbagai kisah manis di Milan, Sheva pernah menjadi sosok yang agak dibenci. Milan sukses merengkuh ke final Liga Champions 2005 lalu. Mereka sempat unggul 3-0  di babak pertama kecolongan. Liverpool yang tampil agresif di babak kedua mampu menyamakan kedudukan. Tak ada gol yang tercipta di babak perpanjangan waktu. Laga harus dijalani dengan tos-tosan.


Baca Juga:


Dua penendang Milan, Serginho dan Pirlo gagal mengoversi penalti. Sementara dua pemain Liveprool, Djibril Cisse dan Dimitar Hamman mampu mengonversi bola. Sepakan 12 pas Shevchenko bisa diantisipasi Jerzy Dudek. Milan kalah dengan skor akhir 3-2. Asa membawa pulang Liga Champions kedua mereka harus dikubur rapat-rapat.

Shevchenko sempat membuat keputusan mengejutkan setelah menerima pinangan memperkuat Chelsea pada 2006 lalu. Dana tak kurang dari 31 juta paun dikeluarkan sebagai pelicin untuk mempermulus kepindahannya ke London Barat. Kepergian Sheva merupakan momen yang amat berat bagi Milan. “Kepergiannya adalah momen yang menyakitkan selama saya di Milan,” ungkap Galliani seperti diwartakan Thesefootballtimes.