Vivagoal – Berita Bola – Untuk kesekian kalinya, Timnas Inggris gagal berprestasi di turnamen besar. Namun mereka masih mempercayakan posisi juru taktik kepada Gareth Southgate. Inggris seakan terjebak dengan optimisme semu bersama mantan juru taktik Middlesbrough itu.
Optimisme sempat muncul kala Southgate mampu hantarkan Inggris menembus semifinal Piala Duia 2018 lalu. Ia dianggap mampu menjadi messiah bagi sepakbola Inggris yang haus akan prestasi. Meski menganggap diri sebagai penemu sepakbola, secara prestasi mereka justru seret gelar.
Piala Dunia 1966 menjadi satu-satunya gelar yang nagkring di almari mereka. Setelah membawa Inggris menjadi juara empat dalam turnamen, asa pun meninggi kala tim tiga Singa sukses dihantarkan ke final Euro 2020 lalu.
We’ll be back. @England pic.twitter.com/Db4PiebMP4
— Trent Alexander-Arnold (@TrentAA) December 11, 2022
Optimisme fans Inggris memuncah. Laga final yang dimainkan di Wembley pun seakan mampu menjadi pelepas dahaga terbaik untuk memulangkan sepakbola ke rumah. Namun, Italia mampu menampar mereka dengan keras kala menang atas Inggris melalui drama adu penalti dengan skor 3-2. Sepakbola belum kembali ke rumah.
Baca Juga:
- Obrolan Vigo: Timnas Belanda yang Diam-Diam Menghanyutkan
- Obrolan Vigo: Ryan Giggs, si Kidal nan Kontroversial
- Obrolan Vigo: Sebastien Haller, Roller Coaster Karir Sang Ujung Tombak
- Obrolan Vigo: Luis Nani, Next Cristiano Ronaldo yang Jadi Kutu Loncat
Inggris yang kembali tampil apik di babak kualifikasi Piala Dunia 2022 pun seakan menimbulkan harapan. Dalam 10 laga yang dimainkan. Mereka tampil mulus dengan mengepak 8 kemenangan dan hanya mendulang sepasang hasil imbang dalam periode tersebut.
Membalaskan kekalahan di Euro 2020 atas Italia melalui jalur Piala Dunia sejatinya merupakan sebuah harapan yang ingin diemban semua tim. Harapan lumayan terbuka lantaran hasil di kualfikasi sudah menggambarkan segalanya.
Saat mentas di turnamen resmi. Inggris tampil lumayan. Mereka mendulang dua kemenangan dan satu hasil imbang di fase grup. Harry kane dan kolege kemudian melaju ke fase gugur. Mereka mampu menang dengan skor telak 3-0 atas Senegal di babak 16 besar dan pastikan melaju ke perempat final.
Football isn’t coming home 😅 pic.twitter.com/zambZ6uxDd
— GOAL (@goal) December 10, 2022
Namun jika mau merunut, sejatinya perjalanan Inggris menuju ke perempat final terbilang amat terprediksi. Di atas kertas, mereka hanya bersua berbagai lawan macam Wales, Amerika Serikat dan Iran. Senegal yang menjadi lawan mereka di fase gugur juga tak tampil dalam kekuatan penuh. Inggris tak benar-benar menghadapi lawan sepadan.
Hasil melawan Prancis di babak perempat final seakan menunjukan jika Inggris memang medioker. Memiliki komposisi skuat mentereng, mereka tak mampu berbuat banyak atas Le Bleu. Serangan demi serangan sukses dipatahkan oleh lini belakang Prancis. Kylian Mbappe dan kolega pun akhirnya menang dengan skor 2-1. Inggris kembali ke rumah tanpa membawa sepakbola.
Apa yang Salah?
Banyak pihak yang mungkin bertanya apa yang menjadi kegagalan Inggris di Piala Dunia 2022. Komposisi pemain yang mereka miliki sejatinya hampir tak ada celah dari lini depan hingga barisan pertahanan. Semua pemain terbaik yang mereka punya berada dalam tim besutan Gareth Southgate.
Southgate cenderung memasakan diri untuk mengakomodir skuat yang tak seharusnya ada. Ia berpegang teguh dengan pemain-pemain yang tak on form di level klub seperi Jordan Pickford, Harry Maguire hingga Raheem Sterling dipaksakan tampil. Padahal, ada beberapa nama lain yang mungkin bisa tampil lebih baik.
Selain itu, dirinya juga kurang jeli dalam memasukan pemain pengganti dalam laga melawan Prancis yang membuat Inggris kalah. Dalam laga tersebut, ia memainkan Raheem Sterling dan Jack Grealsih. Keduanya hanya berlari-lari di lapangan layaknya Zohri yang mencari medali emas di trek marathon.
Euro 1996: Gareth Southgate gagal penalti yang menyebabkan Inggris tersingkir dari Euro.
Euro 2021: Kalah adu penalti melawan Italia.
WC 2022: Kalah dari Perancis karena Kane gagal penalti.Memang tidak bersahabat sama penalti 😂 pic.twitter.com/EAXlvWVFwZ
— The Reds Indonesia (@The_RedsIndo) December 11, 2022
Inggris memang memiliki tendensi untuk membuat fansnya kecewa dengan terlempar di momen momen krusial. Piala Dunia 2018, Euro 2020 dan Piala Dunia 2022 menjadi contoh bagaimana tim tiga singa bermain anti klimaks di turnamen besar. Masalah laten ini masih belum bisa dipecahkan sejak mereka juara pada 1966.
Baca Juga:
- 5 Fakta Maroko, Tim Afrika Pertama yang Tembus Semifinal Piala Dunia
- 5 Fakta Mantan Pemain yang Jadi Pelatih Timnasnya di Piala Dunia 2022
- 5 Fakta Kakak Adik di Piala Dunia 2022
- 5 Fakta Pemain Penting yang Absen di Piala Dunia 2022
Ditambah lagi, Southgate bukan soosok yang berpengalaman membawa tim berpestasi meski banyak yang mengklaim Inggris berada dalam masa depan cerah di bawah naungannya. Delusi orang Inggris terhadap prestasi sepakbola mereka memang kelewat besar. Padahal secara taktik, tak ada yang spesial dengan apa yang ditunjukan Southgate.
Lantas jika memang bukan Southgate. Siapa orang yang dirasa tepat untuk menukangi Inggris. Jika memang prestasi yang dicari. Ada satu orang yang bisa mengisi pos tersebut. Orang ini sudah cukup paham dengan sepakbola Inggris luar dalam. Jika diberikan komposisi tim yang ada sekarang Inggris dipastikan bisa berprestasi dan football coming home dari three lions dari David Baddiel, Frank Skinner & the Lightning Seeds tak lagi menjadi olok-olok.
Siapa orang itu? The one and Only, Jose Mourinho.
Selalu update berita bola terbaru seputar sepak bola dunia hanya di Vivagoal.com