Vivagoal – Berita Bola – Ada beberapa pelatih sepakbola yang mengalami penurunan karir lantaran berbagai faktor. Soal uang, karir yang hampir habis dan tak adanya tim yang mau melatih membuat mereka rela menangani tim yang secara reputasi lumayan kecil.
Konsistensi seorang pelatih sepakbola setiap tahun bisa saja menjadi sebuah acuan kemana arah karir manajerialnya. Andai terus konsisten mendulang berbagai prestasi baik mengerek performa klub ataupun memberikan gelar juara, bukan tak mungkin tawaran dari klub besar hanya tinggal tunggu waktu untuk menghampiri.
Antonio Conte right now pic.twitter.com/Scygn32qU1
— ODDSbible (@ODDSbible) September 7, 2022
Nama-nama macam Antonio Conte, Julian Nagelsmann hingga yang terbaru Graham Potter mendapatkan kesemaptan menukangi tim yang secara reputasi dan finansial lebih baik dari tim yang mereka tangani sebelumnya. Nama-nama tersebut hanya perlu membuktikan diri layak menukangi tim yang baru yang dibesutnya.
Baca Juga:
- 5 Fakta Fullback Terbaik di Dunia
- 5 Fakta Kapten Klub Terbaik Sepanjang Sejarah
- 5 Fakta Pelayan Terbaik di Dunia Sepakbola
- 5 Fakta Penyerang Murni Paling Berbahaya
Conte sempat hantarkan Tottenham melaju ke Liga Champions musim lalu. Nagelsmann masih sanggup membawa Bayern mendominasi Bundesliga musim kemarin. Sementara Graham Potter sukses buktikan reputasi berkat kondistensi yang ditunjukan Brighton tiga musim terakhir. kini, ia dipercaya melatih Chelsea.
Meski begitu, tak jarang pula berbagai pelatih yang menerima pinangan tim medioker guna menyambung hidup. Marcelo Lippi, Fabio Capello dan Luis Felipe Scolari maenajdi contoh. Tiga nama besar dalam dunia sepakbola sempat menerima pinangan dari tim-tim asal Tiongkok yang memberikan bayaran besar kepada mereka.
Di luar tiga pelatih top tersebut, masih ada beberapa nama lain yang harus mengalami penurunan karir dengan melatih berbagai tim gurem yang sudah barang tentu bakal merusak cv manajerial mereka. Siapa saja? berikut daftarnya.
- Andre Villas-Boas
Andre Villas Boas sempat digadang sebagai the Next Jose Mourinho lantaran keduanya memiliki kemiripan, sukses membawa FC Porto menjadi tim yang disegani di Portugal dan Eropa. Bersama Porto, ia sempat mempersembahkan satu gelar Liga, satu Piala Super Portogal, satu Euro League dan satu Piala Liga Portugal.
Setelahnya, Chelsea mendatangkannya dengan menebus kompensasi di angka 15 juta Euro. Ia dikontrak selama tiga tahun ke depan pada 2011 silam. Namun rentetan hasil inkonsisten yang mengarungi perjalanan the Blues hanya membuatnya selama satu tahun di London Barat.
Setelahnya, AVB melatih berbagai tim yang secara kelas di bawah Chelsea macam Tottenham Hotspur, Zenith st Petersburg dan sempat menukangi tim asal China, Shanghai SIPG. Pelatih asal Portugal terakhir kali melatih Marseille pada musim kemarin.
- Laurent Blanc
Sebagai pemain, Blanc pernah memperkuat berbagai tim besar macam Marseille, Barcelona hingga Manchester United. Berbagai prestasi pernah ia bukukan sebagai pemain dengan berikan berbagai gelar bersama klub yang dibelanya.
Sebagai pelatih, pemenang Piala Dunia 1998 juga punya prestasi yang mentereng. Ia sempat bawa Girondins de Bordeaux serta PSG merajai Liga Prancis. Namanya juga sempat menjadi pelatih Timnas Prancis pada periode 2010-2012.
Pasca karir manajerial di Negeri Anggur, Blanc sempat dikaitkan melatih berbagai kesebelasan besar macam Barcelona hingga Manchester United. Namun, ia justru membuat langkah mengejutkan dengan menukagi tim asal Qatar, Al-Rayyan pada periode 2020-2022 kemarin. Dua musim menukangi klub, ia hanya mendulang presentasi kemenangan di angka 37 persen.
- Nuno Espirito Santo
Mantan penjaga gawang asal Portugal memiliki karir yang lumayan berliku sebagai pelatih. Ia sempat menukangi Rio Ave apda 2012 hinggq 2014. Di sana, namanya mulai bersinar pasca hantarkan tim melaju ke dua final Piala Portugal serta Piala Liga Portugal. Ia juga sempat hantarkan tim mentas di Europa League untuk kali pertama sepanjang sejarah.
Setelahnya, Santo mendapat kesempatan melatih Valencia dan sempat hantarkan tim lolos ke Liga Champions pada 2015 lalu. Namun karirnya di sana hanya bertahan setahun lantaran hasil buruk yang diderita tim.
Nuno Espírito Santo 🇵🇹 pic.twitter.com/0CAM4okRje
— Marcelo (@t_3ni) September 6, 2022
Ia sempat kembali sejenak ke FC Porto sebagai juru taktik sebelum menerima pinangan Wolves yang tengah mencoba berkembang. Bersama tim yang bermarkas di Molineux, ia membawa tim menjuarai EFL Championship dan setelahnya menjadi kuda hitam di Premier League dengan kekuatan Portugal Connection yang kental dalam skuat.
Espirito Santo kemudian menerima pinangan Tottenham Hotspur untuk menggantikan peran Jose Mourinho. Namun di sana, karirnya tersendat lantaran berbagai hasil buruk yang diterima tim asal London Utara. Di Spurs, ia hanya bertahan lima bulan dan saat ini pelatih asal Portugal tengah menangani raksasa Arab Saudi, Al-Ittihad.
Baca Juga:
- Obrolan Vigo: Flexing ala Barcelona adalah Cara Terbaik untuk Mengarungi Hidup
- Obrolan Vigo: Erik ten Hag adalah Sosok yang Dibutuhkan Manchester United
- Obrolan Vigo: Hakan Sukur yang Merana Karena Politik
- Obrolan Vigo: Christian Gonzalez, Penyerang Naturalisasi Tersubur
- Jose Antonio Camacho
Legenda hidup Real Madrid memiliki jalan yang lumayan berliku dalam karir manajerialnya. Pasca pensiun, ia sempat menjadi asisten pelatih di Real Madrid pada 1989 dan emlatih beberapa tim Spanyol lain. Camacho sempat sebentar menukangi Real Madrid pada 1998 sebelum menerima piangan Timnas Spanyol di medio 2000-2004.
Pasca mundur dari Timnas Spanyol, Camacho kemudian berkelana dari satu tim ke tim lain untuk ditangani. Benfica, Real Madrid, Osasuna higga Timnas Tiongkok pernah dibelanya. Tak behenti sampai di sana, ia juga pernah menjadi pelatih Timnas Gabon pada periode 2016-2018 lalu.
- Sven Goran Eriksson
Di antara sejumlah nama yang tersemat di atas, karir manajerial Sven Goran Eriksson mungkin yang terbilang lumayan panjang. Sosok asal Swedia sudah memulai karir sejak medio akhir 1970an dengan menukangi beberapa tim negara asalnya.
Petualangan Eriksson di Eropa Mukai berjaln pada medio 1980. Ia pernah menukangi Benfica, AS Roma, Fiorentina, kembali ke Benfica dan menukangi Golden Generation Sampdoria yang berisikan Roberto Mancini, Rudd Gullit hingga Gianluca Paglicua.
Em 1982/83, última época com uma sequência vitoriosa assim, o treinador Sven-Goran Eriksson 🇸🇪 levou o Benfica a:
🏆 Conquistar o Campeonato Nacional
🏆 Conquistar a Taça de Portugal
🥈 Chegar á Final da Taça UEFAO que virá para 2022/2023??#EuAmoOBenfica 🔴⚪️🦅 https://t.co/alKnJKVlzV pic.twitter.com/nOYrfi7IXT
— Iúri | 🇵🇹 🇸🇪 🇮🇹 (@IuriPereira09) September 6, 2022
Lazio juga sempat dibawanya menjuarai piala Winners dan Serie A. Karirnya berlanjut menukangi berbagai tim mulai dari Timnas Inggris, Manchester City, TImnas Meksiko hingga Pantai Gading.
Setelah Pantai Gading, karir Eriksson di atas kertas sejatinya sudah rampung. Ia menerima setiap tim yang ingin meminangnya macam Leicester City, beberapa tim asal China serta terakhir menukangi Timnas Filipina pada 2018-2019 lalu.
Selalu update berita bola terbaru seputar sepak bola dunia hanya di Vivagoal.com