Site icon Vivagoal.com

5 Fakta School van De Toekomst, Akademi Ajax Amsterdam

Vivagoal 5 FaktaSchool van De Toekomst atau ‘Sekolah Untuk Masa Depan’ milik Ajax Amsterdam bukan sekadar akademi sepak bola penghasil pemain bintang. Dalam kurun waktu dua dekade terakhir, School van De Toekomst jadi bisnis yang menguntungkan buat Ajax terkait banyaknya pemain binaan mereka yang berhasil mereka jual.

Dianggap sebagai salah satu akademi sepakbola terbaik di dunia, akademi Ajax sudah menghasilkan banyak pemain bintang. Jebolannya tak hanya menjadi bintang di tim utama Der Amsterdammers tapi juga jadi pilar di Tim Nasional Belanda.

Tengoklah deretean pilar Der Oranje sejak era Johan Cruyff pada 1960-an hingga yang teranyar Frenkie De Jong dan Matthijs de Ligt. Semua merupakan lulusan akademi asal Amsterdam tersebut.

Tak heran jika Ajax yang dikenal sebagai tim besar di Eropa paling jarang melakukan belanja pemain di setiap bursa transfer tiap musimnya. Bisa dibilang, mereka sangat antitesis dari kesebelasan-kesebelasan elit Eropa yang getol menghamburkan uang untuk membeli pemain dari luar akademinya.

Soal pembinaan pemain muda, Ajax memang tergolong sebagai tim yang paling serius. Akademi sepakbola mereka dilengkapi fasilitas penunjang yang tergolong komplet dan mewah, termasuk ada delapan apangan pertandingan yang perawatannya super eksklusif.

Dalam setahun saja, Ajax ditaksir harus merogoh kocek hingga 6 juta euro atau setara Rp 97,7 miliar hanya untuk perawatan kompleks olahraganya yang luasnya mencapai 14 hektar, fantastis bukan!

Supaya makin takjub dengan akademi sepakbola Ajax ini, berikut 5 fakta tentang sekolah sepakbola milik raksasa Eredivisie Belanda tersebut:

1. Pencetus Total Football

Banyak yang mengira, Johan Cruyff, legenda timnas Belanda, Ajax dan Barcelona adalah pencetus taktik Total Football. Peninggalannya itu bahkan menjadi masterpiece gaya bermain akademi La Masia milik Barcelona dari kelompok umur hingga senior.

Namun ternyata, adalah Rinus Michael, pelatih akademi, sebelum ditunjuk jadi pelatih tim utama Ajax pada pertengahan musim 1964/65 yang pertama kali memperkenalkan skema permainan Total Football kepada Cruyff.

Oleh Rinus Michael, kurikulum dan filosofi School van de Toemkost disempurnakan. Sedari usia dini, para pemain yang baru berusia 8-12 tahun diperkenalkan dua bentuk pola dasar 4-3-3, yakni 2-3-5 dan 4-2-3-1 ultra offensif.


Baca Juga: 


Penjaga gawang dibiasakan menjadi sweeper dengan memberikan operan pada bek tengah atau bek sayap yang kemudian dihubungkan ke gelandang atau penyerang sayap lewat umpan terobosan. Sementara penyerang tengah diharuskan terus bergerak untuk mengganggu konsentrasi lawan.

Jika mereka kehilangan bola, para pemain akademi Ajax dibiasakan untuk segera merebutnya kembali dalam tempo kurang dari tiga detik. Jika gagal atau gol tercipta, sistem ini akan diulang kembali.

 Pada dekade 70-an, konsep ini membuat timnas Belanda dan Cruyff sukses membius para penikmat sepakbola dunia. Der Oranje mempertontonkan gaya sepakbola dengan konsep menyerang dan bertahan yang stabil. Pergerakan para pemain begitu konsisten dengan timing yang pas dalam mengisi setiap pos. Sangat aktrakfit dan terus mendominasi di seluruh sisi lapangan.

2. Untung Trilunan

Belakangan, akademi Ajax bukan hanya sebagai tempat pembibitan pemain karena faktor ekonominya  bernilai sangat besar. Dalam 10 tahun terakhir, Ajax sudah meraup 501,98 juta euro atau setara  8,1 triliun rupiah dari penjualan para pemain yang menuntut ilmu disana.

Bandingkan dengan Barcelona yang sudah jarang mengorbitkan pemain akademinya pasca kepergian Pep Guardiola tahun 2012 silam dengan hanya meraup 112,7 juta euro atau sekitar 1,83 triliun rupiah dari pemain jebolan akademi La Masia.

Dalam dua musim terakhir saja, Ajax bahkan mampu mengantongi 227,1 juta euro atau setara 3,69 triliun rupiah dari penjualan pemain yang mereka bina. Matthijs de Ligt dan Frenkie De Jong jadi penyumbang terbesar dengan keduanya berhasil dilego masing-masing di angka 85,5 juta euro dan 75,5 juta euro. Sementara saat melepas Hakim Ziyech ke Chelsea, nilainya mencapai 40 juta euro.

3. Eksportir Pemain Terbaik

Ajax punya nama mentereng sebagai klub pemilik akademi sepakbola terbaik di Eropa dan sekaligus penemu bakat muda terbaik dari segala penjuru dunia. Di saat yang bersamaan, mereka sering tak punya kemampuan untuk menjaga anak-anak muda di skuadnya dari godaan klub raksasa.

Lima titel Liga Champions jadi bukti sahih kebesaran Ajax. Namun soal materi, mereka tak ada apa-apanya. Bahkan sebelum ada deretan taipan dari Timur Tengah, Ajax sudah kerepotan untuk menangkis uang yang dipunya klub semacam Manchester City, Real Madrid dan Barcelona.

Jika disebutkan satu-satu persatu, deretan nama jebolan akademi yang menjadi pemain terbaik di Eropa  masih sangat panjang. Seperti ada Justin Kluivert, Jan Verthonghen, Jasper Cillessen, Christian Eriksen, Daley Blind dan yang terbaru Frenkie De Jong dengan Matthijs de Ligt.


Baca Juga: 


Nama-nama di atas merupakan bukti kalau akademi Ajax memang eksportir kelas kakap khusus untuk pemain muda terbaik di dunia yang mungkin akan terus berlanjut di masa mendatang.

4. Tulang Punggung Timnas Belanda

Selain mampu menelurkan pemain bagi tim utama Ajax, pemain hasil didikan akademi mereka juga menjadi tulang punggung Timnas Belanda. Sedari dulu, ada banyak pemain binaan Ajax yang masuk dalam skuad Belanda dan jadi motor permainan Der Oranje hingga menjadi legenda.

Sebut saja; Johan Cruyff, Ruud Van Krol, Marco Van Basten, Dennis Bergkamp, Marc Overmars, Edwin Van Der Sar, Marten Stekelenburg, Ruud Gullit dan masih banyak lagi lainnya.

Sayangnya, meski punya deretan pemain bintang, Belanda belum sekalipun bisa juara Piala Dunia. Hal itu pulalah yang membuat Belanda dijuluki ‘Raja Tanpa Mahkota’.

5. Ironi Dibalik Kesuksesan Akademi

Punya filosofi sepakbola menyerang ala Total Football, plus kemampuan menciptakan banyak pemain bintang, prestasi mereka di kompetisi Eropa sangatlah miris. Kali terakhir Ajax menjuarai Liga Champions terjadi pada 25 tahun lalu, yakni saat mengalahkan AC Milan dengan skor tipis 1-0.

Mencapai kesuksesan yang konsisten dengan skuat yang terus ‘dipereteli’ setiap musimnya tentu bukan perkara mudah. Bahkan menjadi juara Liga Belanda membutuhkan perjuangan bagi Ajax ditengah ancaman exodus pemain-pemainnya.


Baca Juga: 


Jelang bursa musim bursa musim panas tahun ini, nama-nama macam; Andre Onana, Donny van de Beek, Sergino Dest, Nicolas Tagliafico dan David Neres tengah menjadi aset panas yang banyak diincar klub elit.

Meski demikian, satu hal yang pasti, untuk ukuran kesebelasan yang pemain-pemainnya sering dibajak kesebelasan lain, regenerasi berkelanjutan dari Ajax Amsterdam membuat klub ini tetap hidup dan menjadi salah satu yang paling besar.

Selalu update berita bola terbaru seputar sepak bola dunia hanya di Vivagoal.com

Exit mobile version