Vivagoal – Berita Bola – Dunia sepakbola saat ini tengah berduka menyusul tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10) malam kemarin. Ada beberapa momen serupa yang pernah hinggap di dunia sepakbola.
Sejatinya, berbagai tregedi pilu dalam dunia sepakbola pernah terjadi baik di dalam maupun luar lapangan. Sejarah mencatat agaimana tragisnya indisen yang melibatkan Manchester United pada Munich Air Disaster di tahun 1958. Skuat yang hendak terbang dari Belgrade ke Manchester mengalami kecelakaan di Munich. Hampir sebagian besar skuat meninggal dunia. Namun Setan Merah mampu bangkit setelahnya.
Sebelum itu, kecelakaan pesawat lain terjadi pada tim Torino di tahun 1949. Torino hang selesai menjalani laga persahabatan kontra Benfica hendak pulang ke Turin. Generasi emas harus berakhir tragis pasca kecelakaan di Superga. Kehebatan Il Torro yang tengah menjadi jagoan di Italia seketika selesai.
#OnThisDay in 1949 the Tragedy of Superga, the goodbye to #GrandeTorino pic.twitter.com/K2ZLoru2We
— OldFootballPhotos (@OldFootball11) May 4, 2018
Tak hanya di luar lapangan, kisah tragedi sepakbola juga terjadi di sekitaran Stadion. Supporter yang mendukung kesebelasan kerap menjadi korban. Masih segar dalam ingatan bagaimana dua fans Persib Bandung harus meregang nyawa kala bersua Persebaya Surabaya di Piala Presiden 2022 kemarin lantaran terhimpir dan berdesakan saat hendak masuk ke Stadion. Di luar itu, banyak kasus yang melibatkan penonton, terlebih saat laga-laga krusial terjadi.
Baca Juga:
- 5 Fakta Grup A Piala Dunia 2022
- 5 Fakta Pemain Top Dunia yang Pernah Dirumorkan Main di Indonesia
- Jarang Terjadi, Inilah 5 Fakta Pemain Brazil yang Gagal
- 5 Fakta Pesepakbola yang Karirnya Berantakan Karena Cedera
Merangkum dari berbagai sumber, Vivagoal akan memberikan beberapa fakta kelam terkait tragedi sepakbola. Ada lebih dari puluhan korban meregang nyawa lantaran sepakbola. Tiga di antaranya terjadi di masa lampau dan dua lain terjadi di era milenium. Berikut daftarnya.
- Tragedi Stadion Nacional (Peru, 328 Orang Tewas)
Tragedi yang terjadi pada 24 Mei 1964 menjadi kisah paling kelam dalam dunia sepakbola. Kala itu, Timnas Peru bersua dengan Timnas Argentina untuk laga kualifikasi Olimpiade Tokyo.
Peru sempat tertinggal 0-1 pada laga tersebut, La Blanquirroja sempat samakan kedudukan. Namun wasit menganulir gol tersebut. Fans yang kesal langsung menggeruduk lapangan. Polisi yang berjaga menembakan gas air mata guna menghalau fans.
Hal tersebut menimbulkan kepanikan. Banyak penonton yang hendak keluar stadion lantaran sesak napas. Hal tersebut berakibat fatal. Mayoritas fans mengalami kekurangan napas dan pendarahan. Tercayat, 328 jiwa harus tewas dalam insiden tersebut.
- Tragedi Stadion Accra Sports (Ghana, 126 Orang Tewas)
Laga derby antara Hearts of Oak vs Asante Kotoko dihelat pada 9 Mei 2001 lalu. Oak mampu membalikan keadaan setelah sebelumnya sempat tertinggal 0-1. Di akhir laga, mereka menang dengan skor 2-1 atas rival sekotanya itu.
Fans Kotoko yang tak terima dengan hasil pertandingan menjebol kursi dan melemparkan ke arah lapangan. Polisi langusng menembakan gas air mata yang membuat penonton berhamburan guna menyelamatkan diri. Hal tersebut membuat kepanikan dari massa.
Today Is Exactly 19 Years Ago, On 9th May 2001, That 127 Football Fans Died At The Accra Sports Stadium During A Match Between Arch-Rivals Accra Hearts Of Oak And Kumasi Asante Kotoko. It Is Undoubtedly The Saddest Day In Ghana Sports And Africa’s Worst Sporting Tragedy. RIP 🙏🏼 pic.twitter.com/Dd4fp6VdDr
— Kay Dee (@kaydeegh_) May 9, 2020
Banyak penonton harus berdesakan mencari pintu keluar. Sialnya, beberapa pintu dalam keadaan terkunci sehingga penonton terjebak di dalam tribun. Tercatat, ada 126 orang yang tewas lantaran insiden sepakbola paling berdarah di Eropa itu.
- Tragedi Stadion Kanjuruhan (Indonesia, 125 Orang Tewas)
Baru-baru ini, laga antara Arema dan Persebaya harus menyisakan pilu. 126 fans Singo Edan harus meregang nyawa. Sebelumnya, Panpel pertandingan sudah meminta kepada PT LIB untuk memajukan jam kick off pada sore hari lantaran tingginya intensitas yang bakal terjadi pada pertandingan. Namun rencana pemajuan jadwal ditolak.
Pertadingan tetap digelar pukul 20:00 WIB, Arena kalah dengan skor 2-3. Fans turun ke lapangan guna memprotes pemain dan ofisial Arema. Aparat keamanan langusng mengambil langkah represif guna memukul mundur fans. Polisi langsung melontarkan gas air mata ke arah supporter.
Hal tersebut membuat fans Arema berhamburan untuk keluar dari Stadion. Namun lantaran berdesakan dan sulitnya bernapas, banyak fans yang harus meregang nyawa. Menurut laporan yang beredar, 153 nyawa melayang. Meski begitu, rilis resmi Polri mencatat 125 orang meninggal.
Baca Juga:
- Obrolan Vigo: Newcastle United. Tim Kaya yang Masih Harus Berproses
- Obrolan Vigo: Per Mertesacker, Pekerja Keras yang Membumi
- Obrolan Vigo: Suka atau Tidak, Semua Pemain dan Pelatih Terbaik Akan ada di Premier League!
- Obrolan Vigo: Serie A Bakal Begitu-Begitu Saja
- Tragedi Hissborough (Inggris, 96 Orang Tewas)
Laga antara Liverpool dan Nottingham Forrest pada Piala FA 1989 menjadi momen kelam bagi sepakbola Inggris. 96 fans Liverpool meninggal dunia lantaran membludaknya penonton yang ingin menyaksikan laga.
Hal tersebut membuat laga dihentikan. Ratusan fans harus mengalami luka-luka lantaran berdesakan karena ada penonton yang ingin keluar dan masuk di waktu bersamaan. Insiden tersebut pada akhirnya membuat revolusi terjadi di Inggris. Tribun berdiri tak lagi diperkenankan.
- Tragedi Badai Kathmandu (Nepal, 93 Orang Tewas)
Selain Indonesia, tragedi sepakbola terkelam lain pernah hadir di Asia. Pada 12 Maret 1988 laga antara Janakpur Cigarette Factory melawan tim asal Bangladesh Liberation Army dihelat untuk memperebutkan Tribhuvan Challenge Shield 1988 di Dasharth, Kathmandu, Nepal.
93 Orang dinyatakan tewas dan 100 lainnya harus terluka lantaran mencoba menyelamatkan diri dari hujan es yang seketika turun. Kala itu, atap stadion memang banyak yang tak memiliki atap.
Selalu update berita bola terbaru seputar sepak bola dunia hanya di Vivagoal.com