Site icon Vivagoal.com

Obrolan Vigo: Andriy Shevchenko, Kereta Cepat dari Ukraina

Obrolan Vigo: Andriy Shevchenko, Kereta Cepat dari Ukraina

Vivagoal Berita Bola – Eropa Timur pernah punya beberapa pemain hebat yang mengharumkan negaranya macam Lev Yashin dari Rusia dan Andriy Shevchenko di Ukraina. Nama yang disebut terakhir bahkan memiliki jasa lumayan besar bagi negaranya.

Shevchenko, yang lahir pada 29 September 1976 di Kota Kecil Uni Soviet, Dvirkivschyna sempat gagal mengikuti tes menggiring bola di usia muda. Namun empat tahun berselang, Namanya hadir memperkuat Dynamo Kiev U-14 yang mengikuti turnamen Ian Rush Cup. Ia menjadi pencetak gol terbanyak di turnamen tersebut dan dianugerahi sepatu legenda sepakbola Liverpool itu.

Shevchenko muda mengepak debut profesional di usia 16 tahun. Ia sempat mencuri perhatian kala mencetak hattrick ke gawang Barcelona pada ajang Liga Champions musim 1997/98 di Camp Nou. Dynamo menang dengan skor 4-0 pada laga itu. Nama Shevchenko pun mulai dikenal publik pasca aksi impresifnya tersebut.

Bersama Dynamo, ia sukses persembahkan lima gelar Ukraina Premier League dan tiga Piala Ukraina. Pada musim panas 1999/00, AC Milan sukses mengamankan jasanya di angka 24 juta Euro. Angka tersebut menjadikannya sebagai pembelian yang lumayan mahal bagi Milan pada saat itu. Sebagai gambaran, di musim tersebut, Milan menghabiskan 50 juta Euro untuk belanja pemain, setengahnya mereka habiskan untuk Shevchenko seorang.

Investasi besar Milan nyatanya berjalan sesuai rencana. Sheva bertransformasi sebagai predator yang garang di Serie A. di musim debutnya, ia langsung menjadi top skor Serie A dengan koleksi dengan koleksi 24 gol. Ia menjadi pemain kedua yang sukses mencatatkan diri sebagai top skor di musim debutnya setelah Michel Platini.


Baca Juga:


Memasuki musim keduanya Shea kembali tajam. Dalam dua tahunkarirnya di Milan, 63 gol mampu dilesatkan Sheva. Sebagai seorang striker, ia memang dianugerahi kecepatan yang tinggi layaknya kereta cepat. Performanya sebagai juru gedor menjadi sebuah anomali tersendiri lantaran biasanya pemain dengan tipikal cepat merupakan sebuah winger. Namun di balik gelontoran gol yang ia ciptakan bagi kllub, Milan masih belum bisa mendulang gelar.

Di musim ketiganya, Milan masih belum bisa berbuat banyak di kancah domestik ataupun Eropa. Rossoneri hanya mampu mencapai babak semifinal Piala UEFA dalam dua musim. Mereka juga keok di fase grup Liga Champions dan Rossoneri tak bisa melebihi peringkat tiga di akhir musim dalam tiga tahun terakhir awal karir Sheva.

Peruntungannya meraih gelar hadir semusim berselang. Milan mampu mendulang double winnners kala mendulang Coppa Italia dan Liga Champions dengan mengalahkan Juventus di partai final dalam tajuk All-Italian Final. Milan juga sukses mendulang Piala Super Eropa pasca kalahkan Porto. Dalam laga tersebut, Sheva turut mencetak satu-satunya gol kemenangan di menit ke-10.

Semusim berselang, ia kembali persembahkan gelar Scudetto untuk Milan. Gelar tersebut merupakan yang pertama sejak 1999 silam. Musim tersebut juga menjadi kali kedua Sheva menjadi top skor dengan koleksi 24 gol dari 32 laga yang dimainkan.

Meski punya berbagai kisah manis di Milan, Sheva pernah menjadi sosok yang agak dibenci. Milan sukses merengkuh ke final Liga Champions 2005 lalu. Mereka sempat unggul 3-0  di babak pertama kecolongan. Liverpool yang tampil agresif di babak kedua mampu menyamakan kedudukan. Tak ada gol yang tercipta di babak perpanjangan waktu. Laga harus dijalani dengan tos-tosan.


Baca Juga:


Dua penendang Milan, Serginho dan Pirlo gagal mengoversi penalti. Sementara dua pemain Liveprool, Djibril Cisse dan Dimitar Hamman mampu mengonversi bola. Sepakan 12 pas Shevchenko bisa diantisipasi Jerzy Dudek. Milan kalah dengan skor akhir 3-2. Asa membawa pulang Liga Champions kedua mereka harus dikubur rapat-rapat.

Shevchenko sempat membuat keputusan mengejutkan setelah menerima pinangan memperkuat Chelsea pada 2006 lalu. Dana tak kurang dari 31 juta paun dikeluarkan sebagai pelicin untuk mempermulus kepindahannya ke London Barat. Kepergian Sheva merupakan momen yang amat berat bagi Milan. “Kepergiannya adalah momen yang menyakitkan selama saya di Milan,” ungkap Galliani seperti diwartakan Thesefootballtimes.

Chelsea dan Menjadi Pelatih

Shevchenko di Milan dan Chelsea adalah dua hal yang berbeda. Bersama the Blues, ia nampak kesulitan menemukan permainan terbaiknya. Meski mampu memainkan 51 pertandingan di musim perdana, ia hanya mampu mengoleksi 14 gol dan 10 assist bagi timnya

Masuk di musim kedua, Sheva menderita cedera hernia yang mengganggu performanya di lapangan. Ia hanya main 25 kali dan mencetak 8 gol di lintas kompetisi. Tak puas dengan performanya, ia dipinjamkan ke Milan pada 2008 lalu. Bersama Rossoneri, ia hanya mencetak dua gol dari 26 laga. Gol tersebut membuatnya menjadi top skor kedua klub di bawah Gunnar Nordahl.

Chelsea pun melepas sang pemain ke Dynamo Kiev, tim pertamanya dulu. Bersama raksasa Ukraina, ia bermain hingga 2012 dan memberikan gelar terakhir Piala Super Ukraina. Ia juga sempat mencetak gol terkahirnya bagi timnas di ajang Piala Eropa 2012 yang dihelat di Polandia dan Ukraina.

Pasca pensiun, ia mulai terjun ke dunia politik dan aktif bermain golf. Sheva mulai menjejal karir sebagai pelatih. Ia memulai karir manajerial sebagai asisten pelatih Mykhaylo Formenko. Ia kemudian diangkat sebagai pelatih Timnas pada 2016. Di awal masa jabatannya, Ukraina menempati posisi juru kunci di Euro 2016, di bawah Irlandia Utara

Meski gagal total di percobaan pertamanya, Sheva langsung merubah skema. Ukraina yang tadinya bermain mengandalkan counter-attack perlahan namun pasti memainkan skema men yerang dengan tiga pola yakni 4-3-3, 4-2-3-1, atau 4-1-4-1. Ukraina pun mulai menuai hasil. Mereka memang gagal lolos ke Piala Dunia 2018. Namun mereka mampu lolos ke Euro 2020 dengan memuncaki Grup B di fase kualifikasi. Dari 8 laga yang dihelat, mereka memenangkan enam laga dan dua kali imbang.


Baca Juga:


Lolos dengan hasil bagus, tren positif tersebut dilajutkan di Euro 2020. Meski hanya menempati peringkat tiga terbaik di fase grup, mereka melaju kencang. Di babak 16 besar, Ukraina menggasak Swedia dengan skor tipis 0-1. Namun di babak perempat final, mimpi indah mereka dikubur Inggris dengan skor 4-0. Meski kalah, Sheva sudah mencatatkan tinta emas dalam karir manajerialnya.

Perjalanan Timnas hingga ke fase perempat final merupakan capaian terjauh yang pernah dilalui negeri Eropa Timur itu di sepanjang keikutsertaan mereka pada ajang Piala Eropa. Sebagai pemain, ia juga pernah meraih catatan serupa kala membawa tim melaju hingga fase yang sama di ajang Piala Dunia 2006.

Saat ini, Sheva sudah memutuskan mundur dari jabatannya sebagai pelatih timnas. Kereta cepat itu sudah berhenti. Namun ia akan berjalan kembali. Ia memiliki satu harapan dalam karir manajerialnya, melatih mantan timnya dulu, AC Milan. “Milan adalah rumah saya dan saya ingin kembali. Jika saya punya kesempatan, saya akan memanfaatkannya semaksimal mungkin,” ujarnya.

Z Dnem Narodzhennia, Andriy

Selalu update berita bola terbaru seputar sepak bola dunia hanya di Vivagoal.com

Exit mobile version