Obrolan Vigo: Chelsea, Tim Kaya dengan Mentalitas Medioker

Obrolan Vigo: Chelsea, Tim Kaya dengan Mentalitas Medioker

Heri Susanto - September 15, 2022
Dibaca Normal dengan Waktu Menit

Vivagoal Berita Bola – Meski memiliki status sebagai tim kaya, Chelsea memiliki mentalitas yang medioker. Anti berproses, selalu mementingkan hasil akhir dan selalu mencari jalan pintas seakan menghadirkan entitas tersendiri bagi tim asal London Barat. Ceritanya masih berlanjut sampai hari ini.

Jauh sebelum kehadiran para jutawan yang gila bola dalam tubuh klub pasca era Milenium, Chelsea adalah tim yang biasa. Mereka tak memiliki sejarah panjang layaknya Liverpool, Manchester United Arsenal atau bahkan Nottingham Forest sekalipub. The Blues adalah tim medioker.

Mereka kerap kali turun naik kasta, berjuang dengan masalah finansial hingga akhirnya perlahan bangkit di medio 90an. Berbagai gelar domestik dan kontinental sempat hadir. Nama mereka mulai diperhitungkan. Tim yang bermarkas di Stamford Bridge suskes datangkan sejumlah nama penting macam Gianfranco Zola, Gus Poyet, Marcell Desailly dan sederet nama lain guna membuat tim lebih kompetitif.

Hal-hal menyenangkan terjadi pada 2003. Ken Bates, yang kala itu masih memegang kendali penuh Chelsea melepas klub ke tangan taipan asal Rusia, Roman Abramovic dengan valuasi nilai di angka 60 juta paun. Setelah itu, Chelsea yang kita lihat sebagai tim medioker tak lagi sama.

Dalam interview perdananya sebagai pemilik klub kepada BBC, Abramovic mengaku igin bersenang senang dan memenangkan kesuksesan serta berbagai gelar.  Dari statement awalnya, sudah dipastikan klub bakal sangat royal untuk berupaya “membeli” semua gelar yang tersedia.


Baca Juga:


Dana tak kurang dari 100 juta paun dikucurkan untuk mendatangkan sejumlah bintang di tahun pertama. Namun gelar tak ada yang singgah ke London Barat. Investasi besar pada skuat besutan Claudio Ranieri berujung petaka. The Tinkerman harus didepak dan digantikan Jose Mourinho.

Setelahnya, keran gelar Chelsea seakan menyala deras. Berbagai raihan domestik suksess diraih bersama the Special One. Pemain datang dan pergi layaknya oksigen dan karbondioksida. Hal yang sama berlaku pada pelatih. Siapapun mereka, sebesar apapun pencapaiannya andai membawa tim tampil tak sesuai selera, menyeret pelatih ke jurang pemecatan merupakan solusi terbaik untuk dilakukan.

Mereka tak memiliki pelatih yang bertahan minimum lima musim secara beruntun. Jose Mourinho menjadi sosok yang paling lama melatih Chelsea. Dalam dua periode ia pernah menukangi Chelsea selama 1.204 hari atau setara dengan 3,2 tahun. Sementara untuk pelatih tersingkat yang menukangi klub, di luar para manajer interim macam Guss Hiddink dan Rafa Benitez, dipegang oleh Luiz Felipe Scolari dengan jumlah 223 hari atau setara 7 bulan!

Beberapa pelatih yang membawa kesuksesan bagi Chelsea macam Mourinho, Roberto Di Matteo, Antonio Conte, Carlo Ancelotti  hingga yang terbaru Thomas Tuchel, sosok yang ada di rezim Todd Boehly, resmi dipecat. Alasannya sederhana, tim dinilai mengalami fase buruk dan hal tersebut tak bisa ditolerir. Di balik pemecatan para nahkodanya, the Blues sudah pasti harus mengeluarkan kompensasi yang besar.

Di era Roman Abramovic, the Athletic menyebut jika Dialy Mail Chelsea harus mengeluarkan 112 juta paun hanya untuk membayar kompesasi pelatih yang mereka pecat. Mahar kompensasi terbesar dimiliki oleh Jose Mourinho dengan 23 juta paun dan Luiz Felipe Scolari ada di urutan kedua dengan 12 juta paun. Angka tersebut belum termasuk biaya yang harus mereka tanggung kala memecat Tuchel.


Baca Juga:


Saat uang memiliki kuasa, dan siapa yang bekerja di bawah dianggap tak sesuai dengan rencana untuk, mengutip Abramovic “memberikan kebahagiaan” sudah barang tentu klub akan terus berproses dalam lingkaran setan. Semua orang keluar masuk dengan mudahnya selama ada pengganti yang dianggap sepadan.

Chelsea, siapapun pemiliknya saat ini, memang tak memiliki mentalitas sebagai tim besar yang sabar dalam mempertahankan sosok pelatih guna memberikan legacy layaknya Liverpool, United, Arsenal atau bahkan Manchester City, Real Madrid hingga Barcelona. Mereka yang disebut memiliki jalan panjang yang harus dilalui guna menuai kesuksesan.

Tim-tim di atas sudah memiliki landasan filosofis dalam sepakbolanya seperti Gegenpressing ala Klopp bersama Liverpool, possesion Pep Guardiola yang membuat lawan seakan tak paham sepakbola, Tiki-taka milik Johan Cruyff yang memegang kemudi atas lawan bersama tim Catalan, atau Arsene Way yang berjalan manis di Arsenal.

Terus berganti pelatih, meski gelar sukses dihadirkan hanya akan membuat Chelsea adalah tim kaya tanpa filosofi mumpuni. Skema selalu berganti. Identitas klub terasa buram. Dengan hasil buruk yang diterima dan masifnya pergantian pelatih, apa bedanya the Blues dengan Palermo, Bournemouth atau berbagai tim lain yang kerap berganti nahkoda? Bedanya, mereka hanya tak memiliki banyak uang untuk dibelanjakan guna membeli gelar.

Selalu update berita bola terbaru seputar sepak bola dunia hanya di Vivagoal.com