Site icon Vivagoal.com

Obrolan Vigo: Eropa Terlalu Jauh untuk Pemain Indonesia

Obrolan Vigo: Eropa Terlalu Jauh untuk Pemain Indonesia

Vivagoal Berita Bola – Belakangan, banyak pemain asal Indonesia yang merumput di Eropa. Di luar dari pemain keturunan, sedikit di antara mereka yang langsung memegang peran penting bagi timnya masing-masing.

Kehadiran pemain baru Indonesia di Eropa sejatinya bukan barang baru. Pada medio 90an, melalui program PSSI Primavera. Dua pemain nasional macam Kurniawan Dwi Yulianto dan Bima Sakti direkrut Sampdoria Primaverea untuk mentas di sana.

Nama yang disebut pertama sempat melanjutkan karir di FC Luzern. Bahkan, namanya sempat tercatat sebagai pesepakbola Indonesia pertama yang mencetak gol di ajang Piala Intertoto pada medio 90an lalu. sementara Bima Sakti hanya sebentar bermian di sana sebelum habiskan karir di Indonesia.

Melompat jauh ke 2018, Egy Maulana Vikri langsung menjadi bahan pembicaraan tatkala memutuskan bergabung dengan kontestan Ekstraklasa, Lechia Gdanks. Di sana, ia banyak menghabiskan karir bersama tim muda Lechia dan sempat menjadi kameo tim senior dalam beberapa laga yang dimainkan tim berjuluk Bialo-Zieloni.


Baca Juga:


Pasca kedatangan Egy, berturut-turut pemain Indonesia mulai tertular virus latah untuk mentas di Eropa. Beberapa nama macam Witan Sulaeman, Brylian Aldama, Nur Yufa, Andi Pangestu, Iner Sontany Putra, David Maulana, Ronald Sesmot hingga Bagus Kahfi. Rata-rata dari mereka mentas di Liga Serbia, Bosnia Herzegovina, Belanda dan Kroasia.

Dua nama yang disebut pertama lumayan mencuri perhatian lantaran mendapatkan eksposur tinggi. Witan dan Brylian Aldama. Witan semapt bermain di FK Radnik dan hengkang ke Lechia Gdanks. Bersama dua tim tersebut, ia jarang mendapatkan kesempatan main.

Sementara Brylian seakan hanya menjadi alat marketing bagi tim-tim asal Kroasia lantaran tak ada catatan resmi terkait dirinya. Bahkan baru-baru ini, kontraknya bersama HNK Rijeka resmi diputus.

Eropa yang Terlalu Jauh bagi Pemain Indonesia

Foto: Instagram DirectorBalda

Kiprah pemain Indonesia di Eropa sejatinya memang masih jauh panggang dari api. Terlebih, tim-tim yang diperkuat para pemain bukanlah tim besar di negaranya masing-masing. Saat ini, mungkin hanya Egy dan Witan yang lumayan bersinar bersama dua timnya

Dua nama tersebut terbilang lumayan mendapatkan menit bermain reguler bersama FK Senica. Egy,  yang bergabung sejak bursa musim panas tahun lalu sukses mendulang 23 laga di lintas kompetisi dan mendulang dua gol serta empat assist. Sementara Witan yang bergabung di bursa musim dingin kemarin sudah mengreasikan tiga gol dan satu asssit dalam 8 laga yang sudah dimainkan.

Asa keduanya untuk terus di Eropa terbilang besar. Egy saat ini masih memiliki kontrak hingga 2023 mendatang. Ia memiliki klausul perpanjangan kontrak hingga dua musim ke depan. Sementara Witan yang bergabung dengan status pinjaman dari Lechia masih terikat kontrak hingga 2023.

Hal berbeda justru didapatkan Bagus Kahfi. Sosok yang di awal musim ini didatangkan FC Utrecht untuk memperkuat tim mudanya justru jarang mendapatkan tempat. Total, pemain kelahiran Magelang, 20 tahun lalu baru mengepak satu laga sebagai pemain pengganiti dan bermain tiga menit.


Baca Juga:


Belakangan, media asal Belanda, ad.nl menyebut jika Utrecht melepas sang pemain. Bahkan laman transfermakrt sudah menuliskan jika Bagus Kafhi saat ini tak memiliki klub.

“Ini berarti bagi Kahfi, petulangannya di Utrecht akan berakhir. Pemain Indonesia berusia 20 tahun yang sangat populer di negaranya berharap Utrecht sebagai jalannya menembus Eropa, kini harus mencari klub baru. Ada kemungkinan FC Utrecht akan duduk dengan para pemain di level selanjutnya,” tulis Ad.nl.

Dengan minimnya kesempatan bermain di Eropa, para pemain Indonesia seakan memberi gambaran jika Eropa tak memiliki tempat bagi para talenta lokal yang mencoba mengadu peruntungan di sana. Kehadiran para pemain seakan hanya menjadi jalan untuk memuluskan langkah marketing klub. Tak percaya? Silahkan gubrik sendiri berapa jumlah followers di klub mereka masing-masing di laman instagramnya.

Perbedaan main di Eropa yang lumayan mengutamakan ketahanan fisik serta pemahaman taktik yang mendalam bisa jadi menghambat karir pemain Indonesia di benua biru. Meski mimpi adalah kunci, memakasakan diri mentas di Eropa namun kemampuan tak mumpuni untuk dua hal tersebut sudah barang tentu bakal menjadi bumerang tersendiri. Kecuali tujuan mentas di sana demi instastory agar lebih catcy, hal itu jelas menjadi cerita lain.

Andai Eropa terlalu jauh, kompetisi di Asia Tenggara mungkin bisa menjadi destinasi yang menarik. Bambang Pamungkas, Elie Aiboy, Andik Vermansyah hingga Ryuji Utomo dan Yanto Basna sudah terbukti menuai sukses dan menjadi pilar bagi timnya masing-masing kala mentas di Malaysia dan Thailand.

Sementara untuk Asia Timur, Rocky Putiray, Ansawi Mangkualam, Irfan Bachdim hingga Pratama Arhan pernah mejejal karir di Hong Kong, Korea dan Jepang. Mengikuti jejak para pemain tersebut sejatinya merupakan langkah tepat untuk diambil sebelum akhirnya kembali mentas di Indonesia dengan bekal yang sudah mumpuni.

Selalu update berita bola terbaru seputar sepak bola dunia hanya di Vivagoal.com

Exit mobile version