Obrolan Vigo: Klub Indonesia Jadi Biang Masalah Minimnya Striker Lokal

Obrolan Vigo: Klub Indonesia Jadi Biang Masalah Minimnya Striker Lokal

Heri Susanto - July 21, 2022
Dibaca Normal dengan Waktu Menit

Vivagoal Berita Bola Sejak lama, Timnas Indonesia tak memiliki penyerang lokal dengan kualitas yang mumpuni. Klub-klub Indonesia sedikit banyak bertanggung jawab akan tirisnya penyerang lokal berkualitas lantaran kerap menggunakan pemain asing.

Jika sedikit menarik ke belakang, Timnas Indonesia sempat memiliki beberapa nama besar di sektor depan. Di medio 90 hingga awal 2000an, Timnas banyak disesaki pemain depan dengan reputasi tinggi macam Rocky Putiray, Peri Sandria, Kurniawan Dwi Yulianto, Bambang Pamungkas hingga Ilham Jaya Kesuma. Namun setelah era tersebut, peranan pemain lokal mulai tergerus oleh sosok asing.

Setelah era tersebut, banyak pemain asing yang dipercaya mengisi lini serang klub-klub lokal. Nama-nama beken macam Oscar Aravena, Christian Gonzalez, Emannuel De Porras hingga Hilton Moreira sukses membuktikan diri bersama klubnya masing-masing dengan gelontoran gol yang emreka buat.

Bahkan, beberapa nama yang disebut di atas pernah memuncaki daftar top skor sementara. Gonzalez misal. Penyerang berdarah Uruguay sempat empat kali mendulang gelar sepatu emas semasa kiprahnya di Indonesia. Di sisi lain, sejak digulirkannya kompetisi sejak 1994 sampai hari ini, baru empat pemain lokal yang merajai gelaran top skor Liga Indonesia.

Hal tersebut sedikit banyak mendasari kepercayaan tim-tim Indonesia kepada penyerang asing. Bahkan, sejak 2010, naturalisasi pun digalakan guna mendapatkan penyerang berkualitas di Timnas Indonesia. Nama-nama macam Gonzalez, Irfan Bachdim hingga Kim Kurniawan masuk dalam gerbong pertama naturalisasi.


Baca Juga:


Dua nama yang disebut pertama menuai sukses bersama timnas. Dengan kesuksesan tersebut, PSSI pun mulai menggenjot beberapa nama lain, termasuk penyerang untuk kembali dinaturalisasi. Jhonny van Beukering sempat berpindah warga negara guna menuai sukses layaknya Gonzalez. Namun ia gagal membuktikan diri.

Setelah van Baukering, banyak pemain berposisi penyerang yang masuk program naturalisasi dengan alih-alih menambah stabilitas lini depan Timnas meski pada akhirnya hal tersebut seakan menjadi akal-akalan klub untuk memaksimalkan jumlah pemain asing dalam skuat mereka.

Beberapa nama macam Beto Goncalves, Greg Nwokolo, Stefano Lilipaly hingga Ilja Spasojevic resmi menjadi WNI. Sebagian besar dari mereka sempat memperkuat timnas meski untuk saat ini nama-nama tersebut ditepikan. Bahkan, Spasojevic yang musim lalu sempat meenjadi top skor dengan 23 gol tetap tak dipanggil.

Masifnya penyerang asing yang dinatuaslisasi juga mengundang kritik dari berbagai pihak. Hedri Susilo yang merupakan mantan manajer Persiraja Banda Aceh mengklaim jika banyaknya pemain asing, khususnya di sektor penyerang sedikit banyak membantu menghingarkan kompetisi. Namun secara kualtias, ia merasa pemain asing tersebut terbilang standar dan kurang menonjol.

“Sedikit membantu, tapi kualitas pemain asing di kita bukan yang terbaik di levelnya,” kata Hendri kepada MNC Portal Indonesia.  “Seperti saya bilang pemain asing standarnya biasa saja tidak ada yang menonjol,” katanya.

Tak hanya Hendri, Shin Tae-yong yang tengah melatih timnas Indonesia juga mengeluhkan sulitnya mencari penyerang asing untuk Timnas. Ia sudah mencari beberapa nama lokal untuk mengisi pos lini depan. Namun belum ada satu pun yang bisa diandalkan sehingga Shin mau tak mau memutar otak dengan menggunakan skema false nine.


Baca Juga:


“Kompetisi harus kuat baru bisa Timnas Indonesia kuat. Memang masalah yang paling besar di Liga Indonesia itu bek dan striker yang selalu diisi oleh pemain asing,” ujar Shin Tae-yong dalam wawancaranya di YouTube Sport77 Official.

“Pembinaan usia dini juga harus bisa membuat penyerang baik. Tetapi, sampai saat ini, tidak bisa dibuat. Strategi yang saya inginkan memang tanpa penyerang utama,” jelas Shin Tae-yong.

Skema false nine memang lumayan banyak digunakan oleh berbagai tim Eropa. Para penyerang biasanya hanya digunakan sebagai pematik lini depan dan para geladang serta winger akan menjadi penentu arah serangan.

Pola tersebut sudah lumayan lama diperagakan Spanyol di Piala Dunia 2010 dan Euro 2021, Timnas Prancis di Piala Dunia 2018 sempat memperagakan taktik itu dan menuai kesuksesan. Di level klub, Manchester City dan Liverpool mampu tampil dominan dengan skema tersebut.

Dengan skema yang sat ini diterapkan Shin dan masih belum redupnya penyerang asing yang mentas di kompetisi nasional, bukan tak mungkin dalam beberapa waktu ke depan false nine bakal menjadi andalan Shin bersama Timnas.

Sejatinya, penyerang lokal tetap akan ada sampai kapanpun. Namun saat kehadirannya tak lagi dipandang lantaran kebiasaan menggunakan juru gedor migran, bukan tak mungkin bibit-bibit potensial tersebut bakal tertelan dalam kelam.

Selalu update berita bola terbaru seputar sepak bola dunia hanya di Vivagoal.com