Vivagoal – Berita Bola – Pada medio 90an, banyak berbagai negara di dunia yang melahirkan playmaker berbakat. Portugal seakan tak ingin ketinggalan dengan menghadirkan Manuel Rui Costa. Sang pemain memiliki ciri khas stylish kala mentas di lapangan.
Medio 90an, berbagai negara penghasil pesepakbola terbaik memang getol menghasilkan pemain bintang yang mentas di belakang striker. Argentina punya Ariel Ortega, Uruguay memiliki Alvaro Recoba, Brazil memiliki Rivaldo dan Prancis punya Zinedine Zidane. Rata-rata pemain tersebut sukses memberikan dampak besar bagi klub dan negaranya.
Portugal juga memiliki dua nama besar, Luis Figo dan Manuel Rui Costa. Bahkan, nama yang disebut pertama harus sedikit di geser ke kanan guna memberikan ruang bagi Rui Costa di timnas dalam berbagai ajang yang dimainkan Selecao das Quinas.
Happy Birthday Rui Costa! 🎂 pic.twitter.com/TgGbUXeCkP
— Classic Football Shirts (@classicshirts) March 29, 2022
Jika Figo memulai karirnya bersama Sporting CP, maka Rui Costa memperkua tim rival, SL Benfica. Masuk di tim utama sejak tahun 1990an, pemain kelahiran Amadora, 29 Maret 1972 sempat dipinjamkan ke Fafe guna menambah jam bermain. Semusim pasca dipinjamkan, sosok yang ditemukan Eusebio ini kembali ke Benfica dan menjadi pemain reguler dalam dua musim setelahnya.
Baca Juga:
- Obrolan Vigo: Claudio Ranieri yang Tak Perlu Melatih Lagi
- Obrolan Vigo: Edin Dzeko yang Serupa Anggur
- Obrolan Vigo: Paul Pogba yang (Ternyata) Biasa-Biasa Saja
Di lini tengah, ia berpartner dengan Joao Pinto. Keduanya sukses hantarkan the Eagles menduang dua Piala Super Portugal, satu Piala Portugal dan satu gelar juara liga. Setelahnya, ia hengkang ke Italia dengan mahar 6 juta Euro menuju Fiorentina. Di Italia, ia mulai membuktikan diri dengan berperan penting dalam tim dengan menjadi pemain tengah terbaik di Italia bersama Zinedine Zidane, Alex Del Piero hingga Francesco Totti.
Bersama Fiorentina, duet mematikannya dengan Gabriel Batistuta berbuah gelar Coppa Italia, Piala Super Italia. Pasca batigol hengkang, Fiorentina masih meraih satu gelar Coppa lain bagi klub asal Firenze. Semusim sebelum Fiorentina dinyatakan bangkrut, Rui Costa dan Francesco Toldo dilego ke tim asal milan. Costa merapat ke AC Milan sementara Toldo bergabung dengan Inter Milan.
AC Milan dan Kejayaan
Rui Costa hengkang ke Milan dengan mahar 43 juga Euro. Angka tersebut menjadi rekor pembelian Milan kala itu. Ia langsung nyetel dengan tim dengan menjadi penyokong terbaik bagi sepasang penyerang emas AC Milan kala itu yakni Filippo Inzaghi dan Andriy Shevchenko.
Berbagai kejayaan sukses ia berikan kepada Milan. Gelar Scudetto yang belum pernah ia raih sukses didapatkan bersama Rossoneri. Sementara berbagai gelar lain macam Piala Super Italia, Coppa Italia hingga Liga Champions di musim 2002/03 sukses direngkuh bersama Milan.
Namun, semusim pasca mendulang gelar Liga Champions, Milan mendatangkan Ricardo Kaka guna menjadi suksesor Rui Costa yang kian menuia. Hal tersebut membuatnya sedikit terpinggirkan dalam skuat. Meski begitu, posisinya di timnas masih lumayan aman.
Euro 2004 yang dihelat di Portugal boleh dibilang menjadi turnamen terakhir yang dimainkan Rui Costa. Lini tengah Portugal lumayan berwarna kala itu. Ada Luis Figo di sisi kanan, Costa di tengah dan Cristiano Ronaldo yang masih menjadi wonderkid di sisi kiri. Portugal lumayan dijagokan dalam turnamen.
Tergabung di Grup A bersama Yunani, Spanyol dan Rusia, mereka harus keok di laga perdana kontr negeri dewa-dewa. Namun mereka mampu memaksimalkan keadaan pasca menang atas Spanyol dan Rusia. Di fase gugur, Ricardo dan kolega sukses mengalahkan Inggris via adu penalti dan menaklukan Belanda di fase semifinal dengan skor 2-1.
Baca Juga:
- 5 Fakta Calon Pemain Terbaik Liga 1 2021/22
- 5 Fakta Pelatih dengan Karir Tersingkat
- 5 Fakta Tim Ibukota Tersukses
- 5 Fakta Tim Unggulan di Europa Conference League
Portugal kembali bersua dengan lawan pertama mereka di turnamen, Yunani pada babak final. Portugal yang dijagokan bisa menjadi juara di rumahnya sendiri harus mengalami kenyataan pahit. Yunani di bawah asuhan Otto Rehaggel bermain defensive di sepanjang laga, sukses mencuri gol via Angelo Charisteas melalui tandukan di menit ke-57, Portugal secara tragis keok di babak final.
Setelah membela Timnas, ia masih bermain untuk AC Milan hingga 2006 dan memutuskan kembali ke Benfica setelahnya. Namun hingga memutuskan pensiun pada 2008, tak ada satu pun gelar yang sukses dipersembahkan sang maestro kepada klub yang membesarkan namanya itu.
Eleitos os Órgãos Sociais do Clube para o quadriénio 2021-2025. Rui Manuel César Costa é o 34.º Presidente da história do Sport Lisboa e Benfica. pic.twitter.com/jEZ1O76692
— SL Benfica (@SLBenfica) October 10, 2021
Meski demikian, nama Rui Costa masih akan terpatri sebagai salah satu playmaker terbaik yang pernah dihadirkan Portugal. Umpan-umpan presisi, sepakan yang akurat serta kepiawaiannya dalam mengeksekusi bola mati akan selalu dikenang.
Pasca memutuskan pensiun, Costa sempat menjadi direktur olahraga Benfica dan berperan dalam mendatangkan sosok-sosok penting dalam klub macam Jose Antonio Reyes, Quique Sancchez Florez, Ramires hingga Javi Garcia.
Baru-baru ini, ia juga sukses menjadi Presiden Benfica pada Oktober 2021 lalu. Rui Costa menang telak dalam voting dengan jumlah 84,5 persen suara. Kemenangan tersebut membuatnya menjadi presiden ke-34 klub.
Felix Aniversaario
Selalu update berita bola terbaru seputar sepak bola dunia hanya di Vivagoal.com